Chapter 15: Akhir dari cerita?
*Brukk.
Terlambat. Mau sekuat apapun pengemudi truk itu mengerem, akhir alur tak bisa dipungkiri.
Aurora terpental beberapa meter dari jalanan itu. Aurora hanya bisa terbaring tak sadarkan diri sambil memeluk kucing itu. Jangan lupakan tubuhnya yang digenangi darah.
Pengemudi truk itu panik dan memanggil ambulans dengan ponselnya. Setelah menelepon, entah apa yang dipikirkan pengemudi itu. Dirinya langsung pergi tanpa mengakui maupun menanggung jawab perbuatannya itu.
*Ninuninuninu
Suara mobil berwarna putih itu datang. Mereka dengan cepat membawa tubuh Aurora dan beberapa polisi ikut datang untuk menyelidiki kecelakaan misterius itu.
Aurora masih terbaring lemas saat tubuhnya sudah di bankar rumah sakit. Entah kemana kucing hitam itu, yang penting sekarang adalah keselamatan Aurora.
Saat beberapa perawat dan dokter mendorong bankar itu, tiba-tiba ponsel di saku seragam Aurora bergetar. Salah satu perawat mengambilnya dan mungkin bisa menghubungi keluarga korban.
Tepat sasaran, yang menelepon adalah mamahnya. Aurora kini tengah di ruang gawat darurat. Sedangkan perawat yang membawa ponsel Aurora sedang di luar ruangan.
Perawat itu mengangkat telepon itu.
"Arra, kamu kok belum pulang? Jam tambahan belajarmu kan udah selesai daritadi? Aduh Arra kalo mau main di rumah temen bilang mamah dulu dong. Ini udah jam enam maghrib. Nanti mamah suruh papah jemput kamu ya? Kamu lagi di–"
"Selamat sore, nyonya."
"Eh? Maaf kamu siapa? Dimana anak saya?" Mamah Aurora sedikit terkejut karena yang mengangkat teleponnya bukan anaknya.
"Saya adalah salah satu perawat di Rumah Sakit Palang Merah. Saya menemukan ponsel anak anda di saku seragamnya. Dan mengenai hal itu..."
"Anak anda kecelakaan saat di jalan utara kota. Kini anak anda sedang dirawat di ruang gawat darurat. Kami mohon anda datang secepatnya. Terima kasih."
*Pyarr
Bagaikan petir menembus hati Mamahnya Aurora. Piring yang Ia bawa untuk menyiapkan makan malam jatuh seketika.
Mamahnya... Terlalu shock. Dirinya tidak bisa berkata-kata lagi. Terduduk dengan mata berkaca-kaca.
Tapi mamahnya tidak lama bersedih, dirinya dengan cepat bersiap-siap menuju rumah sakit yang dibilang perawat tadi. Soal suaminya bisa dijelaskan nanti. Mamahnya kini hanya bisa berlinang air mata atas anak semata wayangnya itu.
Saat Mamahnya hendak membuka knop pintu utama. Secara bersamaan, Elle suaminya membuka pintu dari depan.
"Eh? Norra kamu kenapa? Kenapa nangis? Dimana Arra?" Tanya Elle setelah melihat wajah istrinya.
Norra tidak berkata apapun. Dirinya langsung mendaratkan kepalanya di dekapan dada Elle. Menjatuhkan air matanya di setelan jas suaminya itu.
"Arra..." Norra dengan suara seraknya.
"Kenapa sama Arra, Norra? Jawab." Elle mengelus rambut istrinya.
"D-dia."
"Dia kenapa, Norra?"
"Dia kecelakaan, Elle!" Norra kembali menuangkan air matanya.
Elle terbelalak setelah mendengar perkataan istrinya itu. Elle pun menyuruh Norra menjelaskan semuanya. Setelah diperjelas, mereka berdua dengan cepat menuju rumah sakit yang dari awal sudah menjadi tujuan Norra.
Masa bodoh soal aturan lalu lintas. Elle mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali dirinya hampir menabrak kendaraan lain. Norra yang melihat itu berusaha menenangkan suaminya itu. Tentu Norra sama sedih dan marahnya dengan Elle. Namun bedanya, Norra masih bisa mengendalikan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Novela Juvenil[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...