Chapter 23: Kunjungan Aska.
Kamis, 26 Agustus 2021
Sudah hampir satu minggu kini aku dirawat inap. Aku kesel, dua hari lagi ujian. Aku siap aja soal belajar tapi orang tuaku? Kenapa mereka terlalu overprotective? Aku tahu kondisiku disini makin memburuk, namun aku bosan sekali, benar-benar bosan! Alfin juga jarang mengunjungiku karena dirinya yang disuruh belajar setiap hari. Tentu saja aku memaklumi,karna pasti aku juga disuruh begitu saat mendekati ujian.
Entah kenapa mamah sama papah selalu ninggalin aku sekarang. Setiap malam aku selalu was-was. Kehadiran Aska yang entah kenapa mengerikan selalu menggangguku di malam hari! Apakah Aska bukan seorang manusia? Agak masuk akal juga kalo dia bukan manusia. Tapi tolong, aku benar-benar ingin pergi dari sini juga sekarang.
Aku juga mendapat kabar dari Alfin bahwa Rahma pindah sekolah. Aku benar-benar sedih padahal aku belum menemuinya. Tapi aneh, inikan mau lulus kenapa pindah sekarang?
Katherine, dia dikabarkan koma saat ini. Entah apa penyebabnya, Alfin juga tidak tahu. Aku benar-benar sedih sekarang. Yang satu pindah tanpa alasan, yang satu koma tanpa alasan juga, dan yang ini...
Menderita perlahan tanpa alasan.
Aku tahu itu berlebihan untuk perkataan "menderita", tapi aku disini serasa di sel penjara. Aku hanya ingin satu hari saja bisa masuk sekolah dan mengatakan beberapa perpisahan jika misal aku menetap di rumah sakit hingga kelulusan atau bahkan selamanya.
Bagaimana dengan sekolah lanjutanku?
Entahlah, sudah dari SD aku bersama Alfin, dan entah yang kali ini bersama lagi atau tidak.
Tapi aku sudah memutuskan akan memilih SMA, dan aku tahu tujuan SMA ku. Karna dulu Alfin sempat bertanya aku memilih SMA atau SMK.
Jurusan? Itu belum kupikirkan haha. Aku yakin kalo Alfin ikut SMA, dia pasti ambil jurusan IPS atau Bahasa.
Dia benci bertemu hitung-hitungan hahaha.
Dan aku masih bingung sampai sekarang, kemana papah? Dia tidak menjengukku lagi. Apakah sesibuk itu pekerjaannya hingga melupakan diriku?
Aku sedih.
Mamah juga, sering pergi tanpa alasan atau alasannya aneh.
Seperti... Mereka menyembunyikan sesuatu dariku.
Sama seperti Rahma dan Katherine. Mereka terlihat ganjal dengan ceritanya.
Alfin? Sebenarnya aku ingin sekali tertawa mendengar ceritanya yang sehari-harinya selalu diuntit Ravel. Aku tertawa terbahak-bahak saat Alfin menceritakan Ravel mengatakan I LOVE YOU hingga satu sekolah dengar. HAHAHAHAHA!! Alfin mendengus kasar saat aku menertawakannya.
Siapa suruh jadi orang tampan? Jadi rebutan deh.-Aurora, to herself
Aurora pun menutup diary nya itu dan menghembuskan nafas pelan. Aurora hanya bisa mencurahkan isi hidupnya ke buku diary barunya ini. Buku ini sudah terisi banyak lembaran cerita Aurora. Apalagi jika bukan keluhannya di rumah sakit itu.
Ini sudah hampir tengah malam. Aurora tidak akan bisa tidur sekarang. Pasti akan ada Aska yang mendatanginya.
Aurora memegang selimutnya kuat-kuat.
Wajahnya begitu cemas. Udaranya mendadak lebih dingin dari biasanya, padahal suhu AC nya biasa saja.
Aurora tahu bahwa dirinya tidak sendiri di ruangan ini. Aurora pun bergumam pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Teen Fiction[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...