Chapter 13: Katak dan murid baru.
"Yeyy!!" Teriak gadis kecil berambut sebahu itu sambil berlari.
"Hujannya deras! Aku suka!" Teriak senang gadis kecil itu sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.
Saat gadis itu sibuk berlarian senang, tiba-tiba dia mendengar suara yang selalu datang saat hujan.
Gadis kecil itu mencari ke arah suara itu, lantas dia melirik ke arah genangan air.
"Ih Katak!!" Gadis kecil itu sontak menghampiri katak itu.
"Unch, Katak nya imut banget! Dibuat sate boleh engga ya sama mamah?" Tanya polos gadis kecil itu yang kini kedua tangannya memegang Katak itu.
"Warna Kataknya kayak Selada deh! Aku makan ah! Kata mamah, makanan yang warnanya hijau berarti sehat. Kayak sayuran sama katak imut ini."
"Selamat makan!"
Gadis kecil itu tersenyum puas. Lantas perlahan mengarahkan katak itu ke mulutnya, Katak itu hanya meronta-ronta berusaha melepas diri dari pemangsanya.
Kepala Katak itu sudah separuh masuk mulut gadis kecil itu, Katak itu tidak terlalu besar.
"Eh! Jangan dimakan dong!" Sahut tiba-tiba di belakang gadis itu.
Gadis kecil itu terhenti, menoleh ke belakang. Namun Katak itu tetap dipegang gadis itu.
"Emang kenapa kak? Kan kata mamah, makanan yang warnanya hijau itu berarti sehat." Balas gadis kecil itu bingung.
"Lepasin aja, kasihan tahu." Suruh anak laki-laki sepantaran gadis kecil itu.
"Engga semua bisa dimakan. Hewan Amfibi begini engga baik dimakan."
"Apalagi salah satunya ada yang beracun."
Gadis kecil tadi yang menatap Katak itu, buru-buru membuang Katak itu jauh-jauh. Demi mendengar kata "beracun".
Untung saja dibuangnya hanya dijatuhkan. Katak itupun mendaratnya dengan keempat kaki mungilnya itu. Dan lompat sejauh mungkin dari gadis aneh yang hendak memakannya.
"Iuh! Beracun? Nanti Arra sakit gimana dong? Nanti Mamah sama Papah pasti sedih!" Kecewa gadis kecil itu.
Anak lelaki itu hanya tersenyum kecil. Jadi, namanya Arra? Mereka kini berpayung di bawah payung hitam yang dibawa anak lelaki itu.
"Jadi, nama kamu Arra?"
Arra yang tadinya menunduk sedih, mendongak. Wajahnya kembali senang.
"Iya! Kalo nama kamu siapa? Kita kayaknya umurnya sama deh! Ayo berteman!" Seru Arra.
Anak lelaki itu hanya terkekeh. Mereka berdua berdiri diantara gemerintik derasnya hujan. Itulah kenapa Arra daritadi berteriak. Untung saja anak lelaki itu membawa payung jadi Arra bisa melihat wajah siapa yang mengajaknya bicara, begitupun anak lelaki itu kepada Arra.
Suasana sepi sekali, sepi orang-orang maksudnya. Ramainya hanya diisi derasnya hujan.
"Kamu betulan mau tahu aku?"
Arra menggangguk antusias.
"Nama aku... Hmm..."
"Nama kamu hmm?"
"Bukan haha, kayaknya aku engga bisa kasih tahu namaku."
"Kenapa engga ih? Arra engga suka rahasia-rahasia an!" Cemberut Arra sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Karena... "
"Mamah papah kamu nyariin kamu tuh." Tunjuk anak lelaki itu yang membuat Aurora menoleh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Teen Fiction[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...