Chapter 19: Rumah sakit.
"Maksud lo apa hah?" Alfin menarik tangan Aska.
"Apa? Kenapa anda marah?" Aska tersenyum mengejek.
"Lo ada hubungan apa sama Aurora hah?"
"Mana ada," Aska menjawab santai dan pergi begitu saja setelah melepaskan tangannya dari cengkraman Alfin.
"Ck," umpat Alfin.
***
"Kita mau kemana sih?" Seru seseorang.
"Ck, diem bentar," bisik temannya.
Yang disuruh diam hanya menurut kesal.
"Napa kesini sih? Ngapain ke Rumah Sakit Jiwa? Akhirnya sadar kalo kamu itu ga waras selama ini?"
"Enak aja! Ya kau itu yang ga pernah waras dari awal ketemu."
"Btw kenapa kita berdua aja? Ga ngajak si Kasya?"
"Apa jangan-jangan..."
"Gausah ngadi-ngadi lo, Kasya masih waras daripada lo sendiri yang ngejar Alfin terus." Derra melangkah duluan tidak peduli.
Setelah Derra berbincang sejenak dengan penjaga resepsionisnya, mereka pun diijinkan ke tempat yang ditujukan Derra.
"Emang mau ngapain sih kita? Gue khilaf deh serius, jangan beneran bawa gue ke sini dong." Intonasi bicara Ravel sedikit cemas.
Derra menghentikan langkahnya di koridor rumah sakit itu. Ravel ikut berhenti yang di belakangnya dengan bingung. Derra menoleh ke arah Ravel.
"Wih, wih. Langka banget lo ngomong gini. Tapi gue lebih waras dibanding lo, kewarasan lo masih masuk KKM kewarasan. Ya meski cuman rata-rata ke bawah." Derra tersenyum meremehkan.
"Lo pikir nilai raport apa? Nilai gw selalu rata-rata ke atas ya enak aja." Ravel menyejajarkan langkahnya dengan Derra. Bahkan sempat memukul bahu Derra sejenak.
"Ini ruangan apa?" Tanya Ravel setelah Derra berhenti di depan pintu kamar pasien.
"Kamar pasien, masa ga tahu,"
"Ya tahu lah, maksudnya ini ruangan siapa?"
"Tadi nanyanya apa sekarang siapa, yang bener yang mana nih?" Derra menatap malas ke arah Ravel.
Ravel melotot ke arah Derra. Membuang waktu saja jika dirinya diajak kesini untuk sekedar dijahili. Mana mereka belum ganti seragam sekolah, entah bagaimana Derra bisa membujuk penjaga resepsionis tadi. Mana ada anak kelas tujuh menegah pertama datang kesini untuk sekedar main-main?
"Lo gabakal rugi gue janji. Malah lo bakal seneng," seolah Derra tahu apa isi pikiran Ravel. Setelah itu Derra membuka pelan-pelan pintu kamar itu. Takut mengganggu penghuninya.
"Yuk lah masuk," ajak Derra.
Belum sempat Derra menarik tangan Ravel, Ravel menggeleng keras dan masih berdiri di ambang pintu.
"Kalo gue kenapa-napa engga lucu. Lo lupa ini rumah sakit jiwa? Disini orangnya pada stress semua. Bisa aja pas gue masuk tahu-tahu di gigit." Ravel bergidik ngeri menunjuk seseorang yang terduduk menunduk ditutupi rambut panjangnya di ranjang kasur.
Derra hanya tersenyum miring. Memangnya ini ruangan Zombie apa?
Derra tetap menarik tangan Ravel untuk masuk kesana. Dengan ragu Ravel berjalan di belakang Derra. Ravel menutupi matanya dengan tangan satunya, takut saja orang yang di hadapannya nanti memiliki fisik yang aneh atau apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Teen Fiction[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...