Chapter 11: Silent Stalker.
"Huftt." Hembus nafas Aurora.
Aurora sedang menatap dirinya di cermin wastafel toilet, sambil mencuci tangannya.
Aurora mematikan kran air wastafel, kini dirinya memandang gadis berambut panjang. Itu adalah dirinya sendiri.
Sejenak, Aurora membenarkan anak poninya yang menutupi wajahnya.
Aurora merasa aneh, perasaan yang belum pernah dirinya rasakan.
Bukan cinta, tapi suatu firasat. Tapi dirinya tidak bisa mengetahui firasat apakah itu? Baik atau buruk?
Aurora menghembuskan nafas pelan. Akan tidak sopan bila membuat orang menunggu lebih lama. Siapa lagi jika bukan Aska? Toh, pertanyaan terakhirnya belum terjawab.
Aurora keluar dari toilet perempuan, Aurora yang melirik ke arah meja dimana dirinya dan Aska duduk. Anehnya, dimana Aska?
Aurora menoleh kesana kemari, tapi tidak ada orang yang dicarinya.
"Aurora." Seseorang yang di belakang Aurora, menepuk bahu Aurora.
Aurora menoleh ke belakang. Oh, Aska.
"Maaf tadi aku sedang membayar, ini vanilla latte mu dibawa pulang saja ya." Ramah Aska sambil menyodorkan gelas yang berisi vanilla latte itu.
Aurora hanya berkedip. Lantas mengambil gelas kertas yang biasa dibuat kopi itu. Dengan ragu tentunya.
Aska tak keberatan membayari Aurora. Padahal Aurora tadi merasa tidak enak, sudah mencurigai dan dibalas sebaik ini oleh Aska.
Mereka beriringan keluar dari cafe itu.
"Aurora." Sahut pelan Aska.
"Hm?"
"Sore nanti kamu free engga?"
Aurora terlihat berpikir sejenak, lantas menjawab.
"Aku pikir iya, kenapa?"
"Tidak apa, hanya ingin mengajakmu berjalan-jalan."
"Hmm aku pikir tidak bisa.
"Kenapa?"
"Ayahku terlalu overprotective."
"Aku akan menjagamu."
"Aku akan pergi."
"Aku akan bersamamu."
"Aku lebih baik rebahan."
Pada akhirnya, Aurora meninggalkan Aska yang terhenti berusaha mengajak Aurora. Aurora kini sedang di lift, hendak menuju kamarnya.
Aurora kini memainkan ponselnya sejenak, sembari menunggu lift nya sampai menuju tujuannya.
Namun, Aurora melihat suatu pesan yang amat menyebalkan. Dan dari orang yang amat menyebalkan juga.
Alfin punya Ravel.
"Hayo lagi kemana kok lama, pasti mendadak lupa rumah–eh hotel. Cepet balik ke kamar, atau aku aduin ke mamahmu."
Aurora hanya melotot melihat pesan itu. Lantas tidak berniat membalasnya, langsung memasukkan ponselnya di saku jaketnya. Lagipula dia sudah mau sampai.
Ting.
Lift terbuka, kali ini dengan tujuan yang benar. Entah apa maksud tadi dirinya ke lantai yang salah. Dan berujung bertemu laki-laki menyebalkan berikutnya di hidupnya setelah Alfin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Terakhir
Teen Fiction[FIKSI REMAJA-MISTERI] *Juga sedikit bumbu romansa remaja dan gore(ngan) ringan. Aurora dengan kehidupannya yang damai dan bahagia. Orang tua yang amat perhatian, sahabat selayaknya kakak sendiri, dan teman-temannya yang seperti keluarga. Kedata...