Saat ini, Tooru masuk ke dalam kamar dan menatap Hayase yang masih terisak itu.
"Si penculik sudah menghubungi ayah.. " Ujar Tooru
"Ren.. Senpai, Ren... Ia harus minum susunya..."ujar Hayase sembari berusaha bangun dan duduk sambil menunjuk ke ranjang Ren.
"Kau ingin ikut? " tanya Tooru.
"Ren.. " tangis Hayase
"Aku akan meminta perawat mencabut infusmu, namun... Jangan menangis lagi. Tetaplah kuat hingga kita menemukan Ren" Ujar Tooru sembari mencium keningnya
"Blah..! Mengapa aku menciumnya?! " Pikirnya yang ingin meledak sendiri saat ini.
Ia kemudian beranjak keluar mencari perawat yang tinggal untuk melepaskan infus Hayase. Namun, sebelum ia keluar Hayase sudah melepaskan infusnya sendiri.
"Kau.. Benar-benar nekat! " Seru Tooru
"Ren.. Dimana? Ini ibu nak... Sudah saatnya makan siang" ujar Hayase
"Bisakah kau bertingkah lebih normal!!! " bentak Tooru sembari menamparnya
" Aku juga Frustasi!! Aku takut! Aku takut bagaimana jika anak itu sudah mati!? "bentak Tooru
Kedua orang tuanya pun kini menghampiri keduanya. Mereka terlihat begitu terkejut melihat Hayase yang kini tersungkur dilantai dengan pipi begitu memerah.
" Aargh!! Aku ingin berharap ia selamat... Jangan merusak harapanku! Keluar sekarang! "Ujar Tooru sembari menariknya keluar dari kamar itu.
Rasa kesal Tooru benar-benar semakin menjadi-jadi. Sementara Hayase pun kini hanya terdiam mengikuti Tooru.
" Peluk yang erat!"Ujar Tooru memastikan kembali Hayase yang duduk di belakangnya itu.
"Jika kau mati, kau tidak akan melihat Ren lagi. Karena itu, tetaplah hidup untuk memastikannya tetap selamat" ujar Tooru
"Tooru.. Hayase... Sebaiknya Hayase bersama ibu di mobil" ujar sang ibu, namun Tooru mengabaikannya dan segera melesat begitu saja.
"Anak itu kasar sekali! Temperamennya begitu buruk!! Aku pikir ia sudah baik-baik saja dengan Hayase..
" Kemarilah, berhenti bergumam "ujar ayah Tooru yang baru saja memasukkan koper-koper berisi uang itu ke dalam mobil
.
.
.
Sesampainya mereka di taman bermain, Tooru membantu sang ayah menurunkan koper-koper itu, sementara beberapa polisi kini berbaur di antara para pengunjung itu untuk mengawasi mereka.
" Aku tidak tahu akan seramai ini.. Semoga Gin dan yang lainnya... Bisa melakukan pekerjaan mereka"pikir Tooru
Ia masih termenung di depan bangku taman itu dan berharap si penculik benar-benar akan meninggalkan Ren disana.
"Tooru... Ayo, jangan berdiri disini" ujar sang ayah pelan
Tooru pun menurut dan segera menunggu dari kejauhan bersama yang lainnya.
Hayase pun kini tampaknya lebih tenang dan tidak memalingkan pandangannya dari kursi itu.
Sekitar 10 menit menunggu, seseorang yang menggunakan kostum boneka mendekat, dan memasukan beberapa koper itu ke dalam troli yang dibawanya, kemudian meletakkan Ren di atas kursi itu.
Tepat setelah ia meletakkannya, jerit tangis Ren terdengar disertai dengan teriakan beberapa pengunjung yang melihat cipratan darah memenuhi bangku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE LOVED
RomanceKariya Hayase (Ω) putra seorang politisi ternama dinegerinya. Ia hidup dibawah aturan yang begitu ketat,hingga tidak begitu familiar dengan dunia luar. Hingga pada suatu waktu Sekolahnya yang merupakan langganan juara Nasional Baseball itu mengharus...