Chapter 38

28 1 1
                                    

Aku menepati janjiku pada diri sendiri untuk bercerita kepada Eci. Tentu saja peliharaannya yang banyak makan itu juga ikut, karena bagaimana pun juga ia adalah temanku. Eci menyimak seluruh ceritaku dengan antusias. Kau tau? Memiliki teman yang mendengarkanmu dengan seantusias ini adalah karunia besar.

"Gila sih, kamu berani banget Lif." Ucap Eci di sela-sela ceritaku.

"Tau tuh, ga nyangka aku." Niall menimpali dengan mulutnya yang tersumpal keripik kentang.

"Aku juga ga tau bisa senekat itu. Aku aja kaget sama perbuatanku kemarin." Jawabku jujur.

"By the way, nanti jadi kan makan-makannya?" Sudah bisa ditebak siapa yang berbicara.

"Yee gendut! Makan mulu perasaan. Perut sama otak isinya lemak semua tuh." Ucap Eci dan aku hanya tertawa melihat mereka.

Hari ini pembelajaran biasa, tidak ada yang istimewa. Oh, tunggu ada yang istimewa. Beberapa kali Kak Harry melewati koridor kelasku. Sesekali ia menengok dan matanya bertemu denganku. Jangan lupakan senyum dengan lesung pipi spektakulernya. Pasti Si Keriting itu sengaja membuatku tersipu. Eci berkali-kali menyenggol pundakku saat Kak Harry melintas.

"Senyumnya ga usah ditahan kali Lif. Malu amat sama pacar sendiri." Aku tak menggubris kalimat Eci. Dia seratus persen benar, hanya saja sekarang sedang pelajaran kimia. Aku memperhatikan saja belum tentu paham.

Aku menyelesaikan catatanku sampai jam pelajaran habis. Bu Susi menutup pelajaran dengan berdoa. Belum sempurna tubuh Bu Susi menghilang dari kelas, Niall sudah dengan cantiknya berdiri di samping tempat dudukku dan memasang wajah tak sabaran.

"Ci, kamu ga pernah kasih makan piaraan kamu apa gimana sih?" Niall yang sadar aku sedang membicarakannya langsung memukul kepalaku dengan pensil.

"Shh sakit tau Yel, batal ya!" Kataku dengan nada kesal.

"Yeu, ngancemnya ga asik. Maap deh bucin baru." Eci disampingku terkikik.

"Tabok nih?" Kataku siap mengangkat tangan.

"Udah-udah, ditungguin tuh." Kata Eci sambil memajukan dagunya ke arah depan kelas.

Aku menggaruk tengkukku malu. Kak Harry menatapku dengan senyum yang sama seperti saat ia melintas di depan koridor kelas tadi. Ah, pasti dia melihatku beradu mulut dengan Niall tadi.

"Yuk?" Akhirnya aku mendengar suara favoritku. Ia menjulurkan tangannya dan aku reflek menerimanya. Oh begini rasanya pacaran. Niall merangkul Pundak Eci sambil beberapa kali berkata "Ciee".

Kami naik di mobil Kak Harry. Sekadar informasi, pagi tadi aku diantar Bang Louis dan Kak Manda padahal aku sudah menyiapkan motorku. Tapi Bang Louis memaksa. Aku yakin ini ulah Kak Harry.

Letak McD tidak jauh dari sekolah kami. Sesampainya disana Niall benar-benar seperti anak TK yang mendapat buka puasa pertamanya. Eci meringis ke arah Kak Harry. Maafin Si Tukang makan ini ya Kak, begitu maksud ekspresinya.

Kami memesan makanan kami, lebih tepatnya Niall memesan makanannya. Aku, Kak Harry, dan Eci hanya memesan cheeseburger dan teh botol.

Beberapa menit kemudian, meja kami penuh dengan makanan -makanan Niall tentu saja-.

"Mari makan guys." Ucap Niall santai.

"Mari makan gundulmu itu! Ga sopan banget sama kakak kelas si Yel." Eci berbisik tapi masih dapat ku dengar. Aku menengok ke arah Kak Harry dan ia juga tertawa kecil.

"Selagi bisa, Ci. Kapan lagi bisa morotin kakak kelas, yakan?" Ucap Niall sama sekali tidak berbisik. Eci melotot, kami semua tertawa.

Makanan kami akhirnya tandas. Kak Harry juga sempat memesan segelas soda tadi. Aku meneguk sisa teh botol milikku. Setelahnya kami bersiap pulang.

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang