Chapter 18

35 6 4
                                    

Aku duduk di barisan depan, menyaksikan Niall yang sedang tampil membawakan sebuah lagu yang asing. Ia mewakili kelasku dalam cabang lomba menyanyi. Aku menikmatinya, meski aku tidak tau liriknya. Si Tukang Makan ini ternyata suaranya bagus juga. Aku bertepuk tangan riuh saat ia membungkukkan badannya tanda selesai.

Eci langsung menabrakkan tubuhnya pada Niall tepat setelah ia turun dari panggung. Astaga, anak itu terlalu bangga sampai tidak tau malu. Beberapa pasang mata menyaksikan ulah Eci. Aku hanya tersenyum canggung sambil menahan malu.

“Hebat, Si Gembrot. Bagus ih suaranya” kataku yang berniat memuji tetapi tak ingin Niall besar kepala. Ia menoyor kepalaku kemudian setelahnya hanya tersenyum jemawa. Ia mendudukkan bokongnya sambil menyerobot biskuit yang ku beli dari kantin. Dasar, tukang makan!

“Bagus ga lagu aku? Aku nulis sendiri loh,” ujar Niall semangat. Aku dan Eci hanya terkekeh.

“Iya bagus. Bisa daftar Indonesian Voice Kids tahun depan.” Tawaku benar-benar pecah setelah mendengar kalimat Eci. Niall juga ikut tertawa sambil menyikut lengan Eci.

”Kami perwakilan 11 IPA 5 akan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Change My Mind”.” Ujar suara yang sangat ku kenal.

Aku menghentikan aktivitas tertawaku. Menengok pada sumber suara untuk dua hal. Suara seraknya yang sangat ku kenal dan lagu dari boyband favoritku.

Kak Harry tidak sendiri. Ia bersama Kak Zayn dan satu temannya yang tidak ku kenal. Kak Harry meraih gitar yang tadi dipakai oleh Niall sementara temannya yang tak ku kenal duduk diatas cajon. Kak Zayn berada ditengah Kak Harry dan teman satunya.

Suara riuh langsung memenuhi aula saat petikan gitar Kak Harry terdengar. Tanpa sadar aku melengkungkan senyumku. Ku lihat Kak Harry juga tersenyum saat mata kami tidak sengaja bertemu.

The end of the night
We should say good bye
But we carry on
While everyone’s gone

Memori saat pesta ulang tahun Niall tiba-tiba saja terputar di kepalaku. Tatapannya, sikapnya yang sok cuek, juga saat ia memakaikan jaketnya pada tubuhku, semuanya jelas tergambar sekarang.

Never felt like this before
Are we friends or are we more
As I’m walking towards the door
I’m not sure

Suara seraknya mengingatkanku pada kejadian beberapa waktu lalu saat aku dan Kak Harry menonton festival layang-layang. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Ia benar-benar mewujudkan mimpiku. Lalu tentang doa kami di hari itu. Apapun itu, ku harap Tuhan mengabulkannya.

But baby if you say you want me to stay
I’ll change my mind
Cause I don’t wanna know I’m walking away
If you’ll be mine
Won’t go, won’t go
So baby if you say you want me to stay
Stay for the night
I’ll change my mind

Mereka menyelesaikan lagunya. Aku malu mengakui ini, tapi pipiku memanas sejak pertama kali petikan gitarnya terdengar hingga akhir lagu.

Penampilan mereka benar-benar menyihir penonton seisi aula. Tidak ada riuh terdengar selain pujian-pujian atas penampilan mereka. Seluruh penonton bertepuk tangan menyaksikan penampilan mereka.

Kak Harry hanya tersenyum ke arahku. Aku segera menunduk berpura-pura tidak menyadari tatapannya yang belum terlepas dariku.

“Ekhmm,” aku mendongak dan mendapati Niall dan Eci yang menatapku dengan tatapan menggoda yang serupa. Mereka tersenyum-senyum. Niall menyenggol-nyenggol lenganku sementara Eci beberapa kali mencolek daguku. Ya Tuhan, jodohkan saja kedua temanku ini.

***
Aku sedang menenggak jus mangga yang ku pesan sebelum seseorang mendudukkan dirinya di kursi depanku. Aku mendongak dan manik mataku langsung bertemu hijau miliknya.

“Hei,” sapanya terdengar canggung.
Aku membalas dengan sapaan yang sama.

15 menit kami hanya duduk. Aku menyedot-nyedot jus manggaku yang sebetulnya sudah tandas.
“Masih haus? Mau aku pesenin jus mangga lagi De?” ucapnya. Aku langsung mengentikan kegiatanku kemudian menggeleng.

“Kak Harry kenapa ga muncul di OSIS dari kemarin?” aku membuka pertanyaan.
“Avie.” Ia hanya menjawab dengan nama itu. Aku mengernyit.

“Yeah.. Avie kan juga di OSIS. Aku cuma ga mau negrusak moodnya aja De kalo aku muncul depan dia lagi.” Ia mengembuskan napasnya pasrah.

Aku hampir melupakan fakta bahwa Avie juga anggota OSIS, sama sepertiku dan Kak Harry. Bagaimana aku bisa tidak sadar bahwa sejak hari pertama class meeting aku belum bertemu Avie?

“Avie juga ga nongol di OSIS sejak pembukaan class meeting. Kakak tau dia kenapa?”
“Engga. Tapi pasti gara-gara aku.” Ucapnya. Aku merasa kasihan mendengar jawaban Kak Harry.

Aku menepuk-nepuk singkat punggung Kak Harry. Ia menoleh padaku. Aku tersenyum kearahnya yang selanjutnya ia balas dengan ucapan ‘terima kasih’.

“Tadi lagunya bagus.” Ucapku kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Lagunya aja?” Jawabnya sambil mencebikkan bibirnya. Aku hanya tertawa gemas.

“Ya, Kak Zayn juga.” Jawabku sengaja. Kak Harry memutar bola matanya mendengar jawabanku, Aku tertawa melihat ekspresinya.

“Dih, pundung cerintanya?” Aku menggodanya. Kak Harry memutar kursinya sehingga membelakangiku. Aku terkekeh karenanya.

“Ya deh, maaf. Gitarisnya juga keren kok. Beneran deh,” Aku menaikkan jari telunjuk dan jari tengahku seolah memberi tanda jika aku bersungguh-sungguh mengatakannya. Kak Harry memunggungiku, ia tak melihatnya bodoh.

“Dimaafin. Tapi dengan satu syarat.” Ucapnya masih tidak membalikkan badannya.
“Apa?”
“Temenin aku beli jus mangga kayak yang kamu minum.”

Aku tertawa kemudian mengangguk. Menyadari Kak Harry yang tidak melihat anggukanku, aku kemudian menjawabnya.
“Okey, yuk?!” Kak Harry langsung menarik tangaku semangat. Aku tidak menolaknya saat menyadari bahwa hanya ada kami berdua yang jajan di kantin.

Lama tidak muncul, ada yang kangen Dea dan Kak Harry tidaa?? 🙈

Terima kasih masih membaca sampai chapter ini. Luv ya 💘

Klik ikon bintang dan kasih komen kalau enjoy sama ceritanya ya fwens 😽

Love,
nadiyastyls

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang