Chapter 44

5 1 1
                                    

Tidak ada obrolan atara aku dan Adit setelah pertemuan kami di café itu. Bahkan selama di kereta pun aku memilih untuk tidur atau mendengarkan musik dari ponselku.

“Dijemput siapa Lif nanti?” Tanya Eci disebelahku. Omong-omong Eci sudah berbaikan dengan Niall malam tadi jadi Niall yang akan menjemputnya dari stasiun.

“Kak Harry,” Jawabku jujur. Ku lihat Adit sedikit menengok ke arahku. Untuk sepersekian detik, mata kami bertemu.

“Kamu jadi dijemput Niall kan?” Tanyaku berbasa basi. Eci hanya mengangguk.

“Udah baikan nih?” Tanya Avie ramah. Lagi-lagi Eci hanya mengangguk sambil tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

Dua jam kemudian kereta kami sampai di stasiun. Adit dan Avie berpamitan kepada kami. Lebih tepatnya Avie yang berpamitan karena Adit terlihat tidak berkontribusi apapun. Mereka pulang menggunakan motor Adit yang ia titipkan di rumah teman Avie yang letaknya tak jauh dari stasiun.

“Berantem ya sama Adit? Kenapa si?” Tanya Eci saat kami sedang menunggu jemputan masing-masing.

“Engga, biasa aja.”

“Ya udah ga apa-apa kalau belum mau cerita.” Sambung Eci. Aku hanya mengangguk.

From : Kak Harry
Omw menjemput oleh-oleh dari Bandung

Aku membaca pesan tersebut dan membalasnya dengan emotikon jempol. Sebelumnya aku sudah mengabari Kak Harry kalau aku sudah sampai di stasiun.

“Hi girls!” Sapa seseorang yang langsung bisa ku kenali suaranya.

Eci langsung berhamburan memeluk kekasihnya yang selalu lapar itu. Niall mengusap puncak kepala Eci. Sedetik kemudian pelukan mereka terlepas dan Niall memberiku high five.

“Mau ditemenin nunggu ga Lif?” Tanya Eci.

“Ga usah, Ci. Kamu pasti cape kan? Duluan aja gapapa.” Jawabku.

“Ya udah kita duluan aja yuk, aku ga sabar buka oleh-oleh dari kamu.” Ucap Niall yang kemudian disikut oleh Eci.

“Yakin nih gapapa?” Tanya Eci memastikan.

“Yakin kan, Lif?” Ucap Niall yang lagi-lagi mendapat sikutan dari Eci.

“Bercanda sayang.” Ucap Niall nyengir.

“Iya yakin. Lagian Kak Harry udah di jalan kok. Bentar lagi paling sampai.” Ucapku meyakinkan.

“Ya udah kalau gitu. Kita duluan ya!” Ucap Eci. Aku mengangguk.

“Iya. Hati-hati. By the way makasih ya Ci udah nemenin liburan ke Bandung.”

“Aku lagi yang harusnya makasih, udah diajak. Next kalau ada lagi kabarin aja.” Ucap Eci sambil terkekeh.

“Hahaha siap. Ya udah gih, Niall udah ga sabar mau buka oleh-oleh tuh. Nanti kabarin ya kalau udah sampai!” Ucapku sambil melirik Niall. Yang dilirik hanya cengar-cengir seperti biasa.

Saat punggung Eci dan Niall sudah tidak terlihat lagi, aku membuka ponselku dan mendapat pesan kalau Kak Harry sudah hampir sampai. Aku membalasnya dengan memberi tahu posisiku sekarang.

Sepuluh menit kemudian, sosok laki-laki berambut keriting itu terlihat oleh mataku. Aku tersenyum dan berjalan menghampirinya. Ia merentangkan tangannya dan dengan senang hati aku memeluknya dengan erat. Aku menghirup aroma parfumnya yang menenangkan itu. Kita belum bicara apapun sampai pelukan kami terlepas.

“Kangen,” Ucapku masih menatap mata hijaunya yang kelewatan indah.

“Masa sih? Aku sih kangen banget ya.” Ucapnya dan aku memeluknya sekali lagi.

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang