Chapter 41

16 0 0
                                    

Kak Harry sibuk dengan persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Lusa ia akan melaksanakan ujian itu. Segala yang Kak Harry rencanakan tentang kuliahnya akan ditentukan besok lusa. Seminggu terakhir kami tidak sempat mengobrol bahkan lewat pesan sekalipun.

Aku mendapat jatah libur sekolah setelah ujian semester. Dan, ya aku dan Adit akan benar-benar pergi ke Bandung. Entah akan seperti apa liburan kami, yang jelas aku masih merasa canggung dengan Adit.

"Keretanya berangkat nanti malem De, aku beli empat tiket sih. Siapa tau kamu mau ajak orang lain. Biar rame aja," Ucap Adit di telepon.

"Siapa ya, Kak Manda mungkin?" Ucapku sedikit bertanya. Aku masih menyiapkan keperluanku selama dua hari di Bandung.

"Ide bagus, aku juga mau ajak dia sih rencananya. Itu juga kalau kamu ga keberatan." Ucapnya ragu-ragu yang membuatku berhenti dari aktivitasku.

"Ide bagus sih, nanti aku ajak Kak Manda. Kalau engga mungkin ajak Eci sih."

"Oke deal. Sampai ketemu nanti malem, ya!" Ucap Adit sebelum menutup sambungan telepon kami.

***

Gerimis turun sejak tadi sore. Ayah yang mengantar aku dan Eci ke stasiun. Aku tidak jadi pergi dengan Kak Manda karena ia juga punya agenda dengan pacarnya. Aku menatap jalanan luar yang sudah basah oleh air hujan sambil berdoa. Katanya kalau kita berdoa saat hujan turun, kemungkinan terkabulnya lebih besar.

"Oi, ngelamun aja. Mikirin Kak Harry ya?" Kata Eci saat mobil Ayah telah berhenti tepat di depan stasiun.

"Ya, gitu deh. Besok dia ujian Ci, aku malah seneng-seneng." Kataku sambil bersiap turun. Ayah sudah dengan cekatan membantu menurunkan tas ranselku.

"Yaaa. Gapapa, kan mau bantuin ngerjain soalnya juga ga bisa. Doain aja lah semoga lancar." Ucap Eci yang ku balas dengan anggukan.

Aku dan Eci berpamitan kepada Ayah.

"Have fun ya? Kalo ada apa-apa langsung hubungi Ayah." Kata ayah memberi pesan. Aku tersenyum dan mengiyakan nasihatnya. Sejurus kemudian mobil ayah sudah melesat membelah jalanan kota.

Adit sudah berdiri di depan peron sendirian. Terlihat mengutak atik ponselnya. Ia memakai setelan celana panjang berwarna hitam dan kaos yang tertutup hoodie.

"Hai, udah lama?" Tanyaku sambil celingukan mencari seseorang yang bersama Adit. "Dia mana? Jadi kamu ajak kan?"

"Oh, jadi. Baru ke kamar mandi dia."

"Oh iya, ini Eci. Temen aku, Dit." Ucapku yang disusul dengan uluran tangan Eci. Adit menerimanya sambil memperkenalkan dirinya.

"Nah itu dia!" Ucap Adit menunjuk seorang perempuan dengan setelan celana pendek dan hoodie yang berwarna senada dengan milik Adit.

Lamat-lamat aku perhatikan perempuan ini. Mataku tidak mungkin salah. Perempuan itu Avie. Avie yang pernah hampir mencelakaiku. Avie, mantan pacar Kak Harry walaupun sepertinya tidak cukup pas untuk disebut mantan pacar.

"Dea, ini Avie. Adik temen aku yang pernah aku ceritain. Avie, ini Dea, temen aku. Dan ini Eci, temennya Dea." Kata Adit memperkenalkan kami. Eci menyikut lenganku beberapa kali. Aku menatap Avie masih belum berkedip. Liburan kali ini akan terasa sangat panjang.

Avie tersenyum simpul. Seolah kejadian waktu itu tidak pernah ada dalam timeline kita. Aku akhirnya membalas senyumnya senormal mungkin. Apapun yang telah kita lewati dulu, Avie adalah perempuan yang akhirnya dipilih Adit.

Kereta menuju Bandung tiba sepuluh menit setelah kecanggungan diantara aku dan Avie. Kami berempat kemudian naik dan menempati tempat duduk kami. Avie bersebelahan dengan Adit. Aku dan Eci berada di baris sebelahnya. Kabar bagus, karena jujur saja aku bingung saat berhadapan dengan Eci.

Aku membuka ponselku untuk mengecek pesan masuk. Bibirku terangkat ke atas saat melihat chat dari Kak Harry. Anak itu harusnya sedang belajar sekarang.

From : Kak Harry

Have fun liburannya ya anak cantik :)

To : Kak Harry

Semangat ujiannya ya anak ambis :p

From : Kak Harry

Hahaha, udah jalan keretanya?

To : Kak Harry

Udah nih kak, baru aja. Kakak udah belajar?

From : Kak Harry

Udah nih, istirahat bentar

To : Kak Harry

Kalo cape tidur aja ya. Besok lagi, anak penurut disayang Dea ;)

From : Kak Harry

Tenang, segala perintah yang mulia tuan putri Dea akan saya laksanakan

To : Kak Harry

Dih lebay deh mulai

Kak Harry tidak membalas pesan yang ku kirim terakhir. Mungkin ia sudah mulai belajar lagi. Aku benar-benar bangga dengan usahanya. Apapun hasilnya nanti, untukku dia tetap yang terbaik dari semuanya. Aku kemudian mengirim satu pesan lagi setelahnya.

To : Kak Harry

I miss you already

Aku tidak menceritakan soal Avie. Biar hal itu jadi cerita nanti saat aku bertemu Kak Harry lagi.


Balik nulis lagi nih, emang yang kaga balik cuma one direction sih

kangen banget guaa sama Dea sama Kak Harry. Tapi lagi sibuk banget cari duit soalnya harga tiket konser Harry setara motor Nmax :"

Enjoy, eh ada yang baca kaga si wkwkw


Love,

nadiyastyls

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang