Chapter 39

19 1 0
                                    

it's been a long time haha


Aku merebahkan tubuhku. Masih pukul delapan malam, tetapi otot tubuhku meminta jatah istirahatnya. Sebulan terakhir tugas-tugasku lumayan banyak. Mungkin karena mendekati kenaikan kelas dan minggu depan sudah libur Ujian Nasional.

Omong-omong soal Ujian Nasional, satu bulan terakhir aku jarang sekali bertemu Kak Harry. Ia sangat sibuk dengan persiapan Ujian Nasional dan ujian masuk perguruan tinggi.

Setiap hari kami berada di sekolah yang sama, tetapi hanya satu minggu sekali kami benar-benar meluangkan waktu untuk sekadar jalan-jalan keluar. Aku tidak mempermasalahkannya, justru senang Kak Harry berusaha keras untuk mimpinya.

Aku meraih ponselku yang terletak di tepi tempat tidurku. Membuka beberapa pesan grup yang tidak begitu penting. Ada juga pesan dari Eci dan Niall yang keduanya sama-sama mengeluhkan tugas. Aku membalas beberapa pesan sesaat sebelum ada video call masuk.

"Hai Kak, ada apa?" Tanyaku memulai obrolan. Aku meletakkan ponselku pada kepala ranjang kemudian mengikat rambutku yang mulai panjang.

"Gapapa. Iseng buka roomchat terus liat kamu online aja. Sayang kalo ga dimanfaatin buat video call." Jawabnya memperhatikanku mengikat rambut. Aku hanya mengangguk sambil ber-oh ria.

"Ngiket rambut aja cakep banget sii." Gerakan tanganku berhenti. Bukan karena salah tingkah, tetapi karena memang sudah selesai mengikat rambutku. Aku tertawa.

"Ketawanya bagus. Ketawa terus ya kalo sama aku." Kali ini aku tersenyum melihat sorot matanya

"Kalau sedih berarti aku ga boleh sama Kakak?" Ucapku yang sebenarnya bercanda.

"Kalau sedih, ya aku bikin seneng lagi lah." Katanya dan kami tertawa.

Kami diam beberapa saat. Bahkan suara angin di antara pepohonan di luar jelas terdengar sekarang.

"Kak"

"Dea" Ucap kami bersamaan, oke ini mulai seperti sinetron.

"Aku di ajak ke Bandung sama Adit." Aku memutuskan bicara lebih dulu. Biasanya di alur sinetron, perempuan duluan bukan?

Aku menyadari perubahan raut wajah Kak Harry, tetapi ia kemudian tersenyum lagi. "Ya gapapa, kapan?"

"Pas libur kenaikan sekolah. Kakak ga bisa ikut ya?"

"Kayaknya engga, harus belajar buat ujian masuk universitas. Gapapa, pergi sama Adit aja."

"Okey, aku belum bilang iya ke Adit sih. Ijin ayah bunda dulu kemarin."

Kak Harry hanya tersenyum simpul.

"Tadi Kak Harry mau bilang apa?" Mengingat tadi kami melewati adegan memanggil nama secara bersamaan seperti sinetron.

"Eum, jadi senin depan kan aku udah Ujian Nasional. Aku punya tiga permintaan."

"Oke, pertama?"

"Doain ya, semoga bisa lewatin semua ujian terus doain juga lolos ujian seleksi universitas dan dapet Hukum."

"Woaah, oke Hukum. Oh oke, aku speechless, keren banget aaa." Aku kehabisan kalimat. "Kedua?"

"Abis UN nanti ada promnight. Cukup segini aja kamu tau kan apa permintaannya." Ia menunjukkan smirknya.

"Request menu makanan? Tapi panitia prom belum dibentuk." Aku pura-pura tidak mengetahui.

"Ya Allah. Cakep tapi bego." Ucap Kak Harry spontan lalu menutup mulutnya.

"Aku harus iket rambut lagi ga biar cakep?" Jawabku mendelik.

"Eh maksudnya gini lho sayang, aku mau kamu jadi pasangan aku pergi ke prom." "Moga-moga yang ini ga salah ngomong." Kalimatnya yang terakhir hanya ia ucapkan lirih.

"Hahahah, iya tauu. Tapi ada syaratnya." Kataku usil.

"Apa?" Ia menaikkan sebelah alisnya. Oh kemampuan itu aku punya.

"Besok Kakak harus nemenin aku nonton series kesukaan aku."

"Deal, itu permintaan nomor tiga juga. Di rumahku ya tapi?"

"Eh? Serius? Malu ga si Kak?"

"Engga sih. "

"O-okay deal."

"Aku jemput besok jam 8 pagi. Harus udah mandi, pokoknya siap tinggal kencan." Kak Harry tertawa. Sudah berapa kali ia tertawa?

"Aku bisa kesana sendiri, kirimin lokasinya aja sii daripada bolak balik Kak." Kataku memberi solusi, benar kan?

"Gak. Tuan Putri harus pergi sama Pangeran." Ia tertawa geli.

"Dih, ga pantes pake segala Tuan Putri sama Pangeran." Ucapku.

"Ya masa Santriwan Santriwati." Dan tawaku pecah.

"Itu lebih bagus." Kataku kemudian.

Obrolan kami tidak begitu penting setelahnya. Aku bahkan lupa apa obrolan terakhir kami. Aku juga tidak ingat kapan sambungan video call kami mati. Tiba-tiba saja hari sudah pagi saat Bunda menyingkap gorden kamarku.

"Bangun, katanya mau pergi ke rumah Kak Harry kan?" Kata Bunda menggoyangkan tubuhku yang setengah sadar. Kok Bunda tau?

"Harry barusan nelpon katanya kamu disuruh siap-siap." Lanjut Bunda seolah mengerti apa yang ada di pikiranku. Aku duduk menyender pada kepala ranjangku dengan selimut yang masih membungkus ¾ bagian tubuhku.

"Buruan mandi Dea. Bunda ga tanggung jawab kalo tiba-tiba Kak Harry dateng." Aku berjalan gontai melihat jam yang masih menunjukkan pukul 5 pagi. Seriously?

Aku menyelesaikan kegiatanku di kamar mandi. Kemudian bersiap mengenakan setelan celana kulot putih dengan kaos lengan panjang berbahan rajut. Ah, rajut memang selalu jadi yang terbaik.

Selesai bersiap, ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Setelah ini dunia harus tahu bahwa ini mandi terlamaku. Aku sedikit memuji diriku di depan cermin. "Cantik juga, kau siap kencan hari ini" ucap dewi batinku centil.

Aku turun ke bawah dan membantu bunda menyiapkan sarapan. Beberapa kali bunda menyenggol lenganku menggoda. Aku hanya tersenyum pura-pura risih. Bagaimana tidak? Yang terjadi saat ini adalah jutaan kupu-kupu berterbangan memenuhi hatiku. Bahkan saat aku belum melihatnya.

Suara motor Kak Harry terdengar saat aku masih sarapan. Dia tiga puluh menit datang lebih awal. Bunda bangkit, namun aku menyuruhnya kembali duduk. Aku ingin menyambut tamuku pagi ini.

"Dea aja," Ujarku yang disambut anggukan oleh bunda. Ayah yang juga memerhatikanku tersenyum kecil.

"Selamat pagi Santriwati. Sudah siap?" Tanyanya dan aku tertawa kemudian mengajaknya masuk.

"Aku abisin sarapan dulu ya. Kakak udah sarapan?"

"Udah, aku tunggu kamu disini ya?" Katanya menunjuk sofa ruang tamuku. Aku mengangguk.

Aku tidak jadi menyelesaikan sarapanku karena kepalang senang. Aku mengambil sling bag kecil kemudian berpamitan pada ayah, bunda, dan kak Manda.

"Berangkat dulu ya, tante, om. Izin bawa Dea." Kata laki-laki jangkung di sebelahku ini sambil mencium tangan ayah dan Bunda. Ayah dan bunda hanya mengangguk tersenyum mengantarkan kami sampai pintu depan.

Perjalanan menuju rumah Kak Harry tidak terlalu jauh, hanya saja sedikit macet karena hari ini hari Minggu. Aku menikmati perjalanan dengan bonus aroma parfum dari laki-laki ini.

Ini kali pertama aku ke rumahnya sejak 3 bulan kami berpacaran. Tentu saja aku gugup. Satu-satunya hal yang menenangkanku sekarang adalah tangan Kak Harry yang sejak tadi tidak berhenti mengusap lututku dengan irama yang seolah-olah mengatakan "tenang, gapapa kok".


Dipublish untuk perayaan Harry Styles yang meranin Starfox di MCU. Congrats my baby boy :))))

Love,

nadiyastyls

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang