Hari ini sudah tiga hari sejak kejadian aku bertemu Kak Harry di toko buku bersama Avie. Aku hanya bermalas-malasan di kamar karena hari minggu dan aku juga tidak berniat pergi kemana-mana. Biasanya aku hanya keluar untuk sekedar minum kopi bersama Niall dan Eci.
Hari ini Eci ada acara dirumah neneknya, sementara Niall kali ini memilih tinggal dirumah karena mamanya sedang ada jatah libur.
Aku merebahkan diri di kasur sambil bersiap menonton video Stand Up Comedy favoritku yang beberapa hari lalu aku beli dalam bentuk digital download. Sampai terdengar suara pintu kamarku yang terbuka.
“De, temenin Kakak ke keluar yuk!” Kak Manda, kakakku mengajak keluar tepat sebelum aku memencet tombol power pada laptopku.
“Kemana kak?”
“Ke Café, kakak mau ketemu Louis.” Sekedar informasi, Bang Louis adalah pacar Kak Manda.Berpikir sebentar sebelum aku akhirnya mengangguk mengiyakan ajakan Kak Manda. Peduli setan dengan aku yang akan menjadi obat nyamuk selama mereka pacaran. Aku bosan berada di kamar tanpa melakukan apapun. Aku benci menganggur.
“Beneran nih Kak, janjiannya di Café sini?” Tanyaku memastikan. Sudah 30 menit aku dan Kak Manda menunggu Bang Louis. Minumanku sudah kutenggak habis. Bersiap memesan minuman kedua, namun perhatianku terinterupsi oleh suara lonceng pintu menandakan seseorang masuk. Ralat, karena yang ku lihat ada dua orang masuk.
Kak Manda melambaikan tangan pada Bang Louis memberi tanda keberadaan dirinya. Aku masih mengamati orang yang datang bersama Bang Louis yang ternyata adalah Kak Harry.
Oke, aku bingung detik ini juga. Bagaimana mungkin Bang Louis datang bersama Kak Harry? Aku kemudian menunduk, berpura-pura memilih menu. Aku menyimpan pertanyaan ini, rasanya aneh untuk ku tanyakan.
“Udah lama ya nunggunya?” Bang Louis membuka pertanyaan sambil mendudukkan bokongnya di kursi. Ku beri tahu, aku dan Kak Manda duduk bersebelahan sementara Bang Louis dan Kak Harry tepat di depan kami. Tentu saja Bang Louis di depan Kak Manda, sehingga Kak Harry berhadapan denganku.
“Engga kok.” Jawab Kak Manda cepat. Bagaimana mungkin dia mengatakan tidak padahal kami sudah datang sejak 30 menit lalu. Dasar Bucin.
“Eh iya, kenalin ini temen aku namanya Harry.” setelahnya Kak Harry menjabat tangan Kak Manda lalu menjabat tanganku sambil menatapku sebentar.
Aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Kemudian selanjutnya menyebutkan pesanan keduaku untuk menghilangkan kecanggungan. Kak Harry hanya diam sambil mengangguk sesekali ketika ditawari menu.
Setelahnya, percakapan hanya diisi oleh Kak Manda dan Bang Louis.
Entah apa yang mendorong Kak Harry untuk ikut Bang Louis kencan. Apa dia se-gabut aku juga? Kenapa tidak pergi dengan Avie aja? Atau pergi bersama Kak Zayn Dan teman-temannya. Dia kan populer, pasti banyak teman bukan? Aku tenggelam dengan pikiran-pikiranku sendiri.
Aku hanya mengaduk-aduk jus melon ku dengan sedotan.
“Kamu adeknya pacarnya Louis?” aku menunjuk diriku sendiri memastikan bahwa pertanyaan itu memang ditujukan untukku. Kak Harry hanya mengangguk. Sementara Bang Louis dan Kak Manda masih asyik ngobrol.
Aku mengangguk sekilas kemudian kembali menunduk.
“Tenang, disini aku ga bakal bilang kamu ga sopan.” ucapnya seolah mengerti yang ku pikirkan. Rupanya dia masih mengingat kejadian interview OSIS lalu. Aku tersenyum malu.
“Kak Harry temennya Bang Louis?” tiba-tiba datang keberanian diri untuk berbicara pada Kak Harry setelah ia mengantarku pulang empat hari yang lalu.
“Kamu ga budeg Alifia. Louis tadi udah bilang.”
“Oiya, baju ayah kamu masih di rumah.”
“Eh, iya kak gakpapa.”“Alif...”
“Kak Harry...”
“Kamu duluan.” Kak Harry mempersilakan“Kok Kak Harry bisa temenan sama Bang Louis. Maksudku______”
“Ya, rumah kami deketan gitu. Orang tua kami juga udah temenan jadi ya, terpaksa deh temenan sama Louis.” Kak Harry sedikit berbisik kemudian terkekeh. Aku ikut terkekeh mendengarnya. Mungkin ini kali pertama kami terkekeh bersama? Ya Tuhan, apa aku sudah gila?Setelah 45 menit mengobrol, Kak Manda menyelesaikan acaranya. Aku dan Kak Manda berpamitan kepada Bang Louis dan Kak Harry saat akan keluar dari Café. Ku lihat Kak Harry sedikit tersenyum. Aku baru sadar dia memiliki lesung pipi pada kedua pipinya. Astaga, kenapa aku jadi memperhatikannya. Anehnya, hatiku terasa hangat setelah mengobrol santai dengan Kak Harry. Ku pikir, dia tidak segalak dugaanku. Tanpa sadar aku masih tetap tersenyum sepanjang perjalanan pulang.
“Harry temen kamu De?”
“Kakak kelas Dea Kak.”
“Oh, kirain. Soalnya kayak udah akrab gitu tadi.”
Apa tadi kami terlihat seakrab itu?Oioii terima kasih sudah baca sampai sini, maap kalo tida jelasszz
Kritik dan sarannya boleh dong cangtip ;)
Jangan lupa tekan icon bintang dan comment yakk :*
Love,
nadiyastyls
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit
Teen FictionApa rasanya ditinggalkan cinta pertama? Patah? Atau bersyukur, sebab cinta selanjutnya akan datang. "Ku biarkan dia tenggelam agar kau bisa terbit" my very first story