Aku berjalan setengah berlari menuju kantor kepala sekolah. Ada beberapa berkas yang harus ku ambil. Hari ini kegiatan class meeting resmi dibuka. Beberapa cabang lomba akan diselenggarakan hari ini.
Omong-omong soal Avie dan Kak Harry, mereka selesai tiga hari yang lalu. Aku tidak bertanya detil mengenai itu, yang jelas Kak Harry melakukan apa yang ia katakan sewaktu kami jogging. Avie tidak baik-baik saja. Di kelas ia terlihat tidak ceria seperti biasanya. Wajar saja, siapa yang akan terima-terima saja dijadikan bahan taruhan bukan? Aku sering kasihan melihatnya.
Aku sedang berkumpul di ruang OSIS untuk menyiapkan pertandingan basket. Kak Harry tidak kelihatan batang hidungnya sampai briefing kami selesai. Karena tugasku sebagai sekretaris panitia telah selesai hari ini, aku mendapat tugas sebagai koordinator lapangan di pertandingan basket bersama Shanin dan Kak Ayu.
Aku mengambil botol minum ku di loker sebelum pergi ke lapangan. Saat membuka loker milikku, aku menemukan sebotol minuman isotonik dengan secarik kertas tertindih dibawahnya. Ini bukan pertama kalinya, sudah sejak seminggu yang lalu aku menerima kiriman seperti ini entah cokelat, kue, atau sebotol infused water dengan irisan lemon.
Aku meraihnya dan membaca tulisan dibawahnya. Tulisan yang sangat ku kenal.
"D-Day!!! Cheer up, Dea xx -H"
Aku menarik kedua ujung bibirku membentuk lengkung senyum paling manis setiap membaca kata-kata yang ia kirimkan. Tunggu. Ia tidak ikut briefing tapi bisa mengirimiku minum? Keterlaluan.
Aku meninggalkan minuman isotonikku dan mengambil sebotol air putih yang ku bawa dari rumah. Sedikit berlari menuju lapangan basket. Kak Ayu dan Shanin pasti sudah menungguku.
Pertandingan dimulai lima menit setelah aku datang. Pertandingan hanya wajib diikuti oleh kelas 10 dan 11. Kelas 12 boleh ikut hanya jika ingin, atau dengan kata lain tidak diwajibkan mengingat fokus mereka adalah untuk ujian akhir.
Pertandingan pertama yaitu antara kelas 11 IPS 2 dengan 10 IPA 4, atau kelasku sendiri. Niall adalah salah satu pemain dari kelasku. Cukup menggelitik melihat Niall ikut pertandingan basket. Sependek yang aku tahu, satu-satunya olahraga yang ia sukai hanya golf.
Pendukung dari masing-masing kelas berteriak menyemangati sejak peluit ditiup untuk pertama kali. Niall bermain sangat payah. Bola yang ditambak ke ring selalu meleset, belum lagi lemparannya yang malah diarahkan pada musuh.
Adegan terlucu seorang Niall Horan adalah memantulkan bola dan mengenai wajahnya sendiri. Seisi lapangan benar-benar menertawakan permainannya. Niall yang ditertawakan justru senang dan ikut menertawakan dirinya. Tipikal Niall.
"Lif, Nin, abis ini kelas 11 IPA 5 nih lawan 11 IPS 1. 11 IPA 5 belum ada yang dateng nih, gimana dong?" Ucap Kak Ayu dengan sedikit panik.
"11 IPA 5 bukannya kelasnya Kak Harry ya Kak?" Shanin bertanya memastikan.
"Iya, tapi belum ada yang kelihatan nih. Harry ga tau dimana."
"Aku yang nyari aja gimana Kak?" Aku berusaha menawarkan bantuan. Kak Ayu mengangguk setuju.Aku mencoba menelpon Kak Harry, tapi tidak diangkat. Beberapa kali mengiriminya pesan juga belum ia baca. Aku berjalan menuju kelasnya. Tetapi yang kudapati selanjutnya adalah ruangan yang kosong. Bagaimana mungkin tidak ada seorangpun disini?
Aku berjalan menuju kantin. Tempat terakhir yang ku tuju. Berharap semoga bertemu segerombolan anak kelas 11 IPA 5.
Tebakanku benar. Kak Harry dan segerombolan temannya ada di sana sedang menyantap soto. Lihatlah, aku mencarinya sampai kesetanan mereka malah asyik menikmati soto?!
"Alif, ada apa?" Tanya Kak Harry. Ia tak pernah memanggilku 'Dea' di depan teman-temannya. Aku bersyukur untuk itu. Setidaknya, tidak akan ada yang menanyaiku macam-macam tentang panggilan Kak Harry.
"Giliran kelas Kakak yang tanding basket. Udah ditunggu di lapangan." Ucapku cepat. Kak Harry hanya mengangguk sambil mengatakan 'oke'. Aku kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan mereka.
"Gimana Lif, udah?" Tanya Kak Ayu.
"Udah Kak, bentar lagi mereka kesini kok."
Kak Ayu dan Shanin hanya mengembuskan napas lega.Kak Harry ikut bermain. Ia telah bersiap dengan kaos putih lengan pendek dan celana training sekolah. Ia bermain cukup bagus. Supporter yang berada di pinggir lapangan beberapa kali meneriakinya.
Teriakan bahkan semakin keras ketika Kak Harry berhasil memasukkan bola ke ring lawan. Ia tersenyum ke arahku, sementara aku hanya menunduk karena ku yakin pipiku saat ini sudah semerah tomat.
Selepas pertandingan aku menuju kelas. Mencari Niall dan Eci untuk bertanya apa aku harus mengerjakan remidi atau tidak.
"Kamu ga ada yang remidi Lif. Gila ya, aku sama Eci aja remidi. Kamu malah engga." Ucap Niall. Aku masih terengah-engah sehabis berlari.
"Tau tuh, si Alif ga solid ya Ni." Imbuh Eci. Aku hanya terkekeh mendengarnya.
"Yaudah sini, mau aku bantuin ga?" Tawarku pada Eci dan Niall. Air muka mereka berubah dengan segera dari yang tadinya kesal menjadi berbinar penuh dengan harapan.
Selesai membantu mengerjakan remidi milik Eci dan Niall, aku berjalan keluar kelas bermaksud ingin ke loker mengambil minuman isotonik yang tadi pagi diberikan Kak Harry.
Langkahku tiba-tiba canggung mendengar suara Kak Harry dan dua temannya di belakangnku. Suara tertawanya yang renyah membuat ritme tersendiri pada jantungku.
"Eh, Lif. Remidi apa hari ini?" Tanyanya ketika aku memutuskan untuk berhenti dan duduk di depan sebuah kelas sambil pura-pura mengecek ponselku.
"Eum, ga ada Kak. Kakak remidi apa?" Tanyaku basa-basi agar terlihat normal.
"Fisika nih. Gila susah banget, ya ga Zayn?" ucapnya sambil menoleh ke arah Kak Zayn.
"Yoi, parah." Jawab Kak Zayn sambil mengangguk."Kita duluan ya, Lif." Ucap Kak Harry sambil berjalan melewatiku. Kak Zayn dan satu teman lain yang aku tidak kenal namanya hanya mengekor.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Segala urusanku di OSIS sudah selesai dan hari ini aku tidak ada remidi. Jadi ku rasa aku akan pulang, sekadar untuk mengistirahatkan diri. Aku berpapasan dengan Kak Harry di depan ruang guru saat aku hendak menuju parkiran. Kak Harry tersenyum canggung.
"Tadi, Kak Harry keren pas main basket." Kata-kata itu keluar begitu saja saat kecanggungan menyelinap diantara kami. Aku merutuki diriku sendiri yang secara terang-terangan memuji performa Kak Harry saat bermain basket.
"Emang," Jawabnya lebih santai dan tersenyum gemas dengan sedikit mengacak rambutku. Anehnya, rambutku yang diacak-acak, tetapi hatiku yang terasa porak poranda. Ya Tuhan!
Chapter paling banyak adegan aslinya woii. Aku lagi kangen SMA soalnya wkw
Yang mau nonton Niall kejedot bola basket ada kok videonya, ngakak banget ga boong wkw
Tetep, jangan lupa vote dan comment fwens :*
Love,
nadiyastyls
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit
Teen FictionApa rasanya ditinggalkan cinta pertama? Patah? Atau bersyukur, sebab cinta selanjutnya akan datang. "Ku biarkan dia tenggelam agar kau bisa terbit" my very first story