Chapter 6

39 7 9
                                    

Aku membuka lokerku, bersiap mengambil kaos olahraga karena hari ini jadwal pelajaran olahraga di kelasku.

Aku menemukan bungkusan paper bag berwarna coklat didalamnya. Aku menutup Kembali lokerku, memastikan jika nomor loker ini memang nomor lokerku dan ternyata benar. Aku mengambil paper bag itu lalu memeriksa isinya.

Sebuah kaos abu-abu lengan panjang dengan celana training yang dibungkus dalam plastik persis seperti pakaian yang selesai di laundry. Tanpa mencari tau siapa pengirimnya aku sudah dapat menebaknya. Tentu saja, hanya Kak Harry yang meminjam kaos ini.

Aku mengeluarkan bungkusan pakaian itu kemudian mendapati sebungkus cokelat. Apa Kak Harry salah memasukkan cokelat ini? Untuk apa dia memberiku cokelat?

“Buat kamu.” aku kaget lalu menoleh dan mendapati pengirim paper bag ini. Kak Harry tersenyum menampakkan lesung pipi yang kini jadi bagian favoritku. Aku mengucapkan terima kasih lalu tersenyum.

“Kak Harry!” aku memanggil namanya setelah ia berlalu 5 langkah dariku.

Kak Harry menoleh dan menaikkan kepalanya seolah bertanya ‘ada apa?’.

“Kenapa ngasih saya cokelat? Saya ga minjemin Kakak cokelat. Saya kan cuma minjemin baju Ayah.”

“Anggap sebagai ucapan terima kasih untuk dua hal. Pertama karena udah minjemin baju Ayah kamu. Kedua karena kemarin udah jadi temen ngobrol aku, jadi aku gak gabut nungguin Louis pacaran.”

“Makasih.”
“Kamu udah bilang tadi Lif, dan ya sama-sama.” Kak Harry lalu Kembali berjalan meninggalkanku.

Ku rasakan pipiku memanas seketika. Hatiku juga berdebar. Astaga, aku melupakan rasa ini setelah Adit pergi 4 tahun lalu.

“Selamat Ulang Tahun Dea!” ucapnya sambil membawa kue dan lilin dengan angka 12.
“Sekarang tiup lilinnya sambil make a wish.” katanya.

Hari itu, aku berdoa agar aku bisa seterusnya bermain bersama Adit, pergi ke sekolah bersama Adit, mengerjakan PR bersama Adit.
Nyatanya, pada hari itu adalah terakhir kali Adit memberiku kejutan ulang tahun. Ia pergi untuk melanjutkan sekolahnya di Padang karena ayahnya pindah tugas.
Rasanya, doaku justru berbanding terbalik dengan kenyataan. Hari itu, pertama kalinya aku menangis di hari ulang tahunku.

Adit tidak pernah kembali meski ia berjanji akan menemuiku setiap aku berulang tahun. Sejak saat itu aku belum lagi merasakan debaran yang sama dengan seseorang.

Aku tidak begitu menyukai cokelat. Biasanya Kak Manda yang menghabiskannya jika aku membeli namun tidak habis. Tapi kali ini, aku ingin menyimpannya, menghabiskannya sendiri, bahkan kalau perlu aku tidak mengijinkan bungkusnya berakhir di tempat sampah. Astaga, aku selalu berlebihan untuk urusan ini.

Aku membanting diri di kasur ku yang empuk. Meraih boneka pandaku lalu memeluknya. Aku hanya tidak menyangka Kak Harry bisa sebaik itu. Ku kira dia hanya kakak kelas sombong yang menggunakan kepopuleran untuk segala kepentingannya. Aku menguap beberapa kali sampai akhirnya benar-benar jatuh tertidur.

Aku membuka mataku ketika mendengar suara adzan. Setelah sholah shubuh, aku mengecek ponselku dan mendapati beberapa notifikasi pada instagramku.

@harrystyles started following you

Aku mengucek mataku beberapa kali memastikan yang kulihat adalah benar. Aku menekan tombol follow back setelah sedikit memeriksa apakah itu memang benar-benar Kak Harry.

@harrystyles
Makasih ya Lif, udah di follow back 😊

Aku terkekeh geli melihat emotikon yang ia gunakan. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bertubuh atletis dengan rambut panjang sebahu dan berwajah garang tapi tampan bisa menggunakan emotikon semenggemaskan itu.

@alifiahussein
Iya kak sama-sama

Ku lihat Kak Harry mengetik sejenak namun tidak ada pesan masuk. Aku membuka buku Bahasa Indonesia dan mendapati bahwa tugas menulis puisiku belum ku kerjakan karena semalam aku tidak belajar. 

Aku mencari buku bersampul biru dengan gambar bintang-bintang milikku.

Buku kumpulan puisiku.

Aku memutuskan untuk menyalin puisi lamaku karena tidak sempat untuk membuat baru.

Hari ini pelajaran Bu Ina berlangsung seperti biasanya. Bu Ina selalu menyenangkan. Hari ini beliau membacakan puisi yang ia tulis sendiri. Aku terpukau melihat penghayatan Bu Ina membacakan puisi miliknya.

“Selanjutnya, Ibu minta Alif maju kedepan. Bacakan puisimu, Nak.”

Aku terlonjak kaget kemudian celingukan melihat teman-teman yang sudah menatapku seolah memberiku sinyal untuk membacakan puisiku di depan. Eci hanya menyenggol lenganku sementara Niall yang duduk di belakangku  menepuk pundakku untuk segera maju.

Aku melangkah maju. Rasanya aneh, membacakan puisiku sendiri dihadapan teman-teman, apalagi setelah penampilan Bu Ina yang keren tadi.

Bagian 1

“Kepada hati yang merindu pagi
Pemilik sajak puisi yang gagal menjadi narasi
Yang siap jatuh bukan pada tatap yang pertama kali
Tapi, pada diplomasi-diplomasi dan intuisi

Kepada penulis sajak senja yang ingkar
Yang menaruh janji pada mentari yang penuh harap
Berbual manis pada waktu yang tiris
Berlagu pada ruang kosong hingga pagi kembali

Seandainya senja bisa lebih lama memeluk langit
Seandainya waktu bisa sedikit saja lebih lamban
Bukan karena sang pujangga membenci pagi
Tapi, mentari masih ingin mendengar puisinya
Yang merdu meski tak pernah mampu ia dengar

Tapi hari ini, sang pujangga justru pergi
Mungkin puisinya sudah bukan tentang mentari
Mungkin juga bukan tentang senja mereka
Atau mungkin ia sudah tidak lagi berpuisi”

Setelah selesai, ku dengar tepuk tangan dari teman-temanku. Niall di belakang bahkan sampai bersiul memuji hingga ditegur Bu Ina. Aku bersemu merah. Sebetulnya ini adalah puisi yang ku tulis untuk Adit waktu itu.

Aku ke kantin bersama Niall dan Eci. Niall memesan satu porsi mie ayam jumbo dengan segelas es teh, sementara aku dan Eci memesan nasi goreng sosis dan segelas air mineral karena Eci membawa minum sendiri.

Saat sedang makan, kurasakan ponselku bergetar. Aku kemudian meraihnya dan mendapati sebuah pesan Instagram.

@harrystyles
Bagus tadi puisinya Lif.

Aku hampir tersedak ketika membaca pesan tersebut.

Gimana puisi Alif?

Kritik, saran, vote, comment kalo mau aja siii wkwk

Love,
nadiyastyls

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang