Chapter 20

41 6 10
                                    

Mataku mengerjap-ngerjap ketika alarm ku berdering keras. Aku menyingkap selimut yang menutupi tubuhku lalu beringsut turun. Setelah menyelesaikan rutinitasku, aku duduk di meja belajarku. Membuka-buka materi debat yang harus ku pelajari. Seluruh mosi sudah selesai kami bedah kemarin.

Menjadi pembicara ketiga rasanya tidak begitu sulit. Maksudku, tugasku ketika lomba nanti hanya memaparkan kembali argumen pembicara pertama dan kedua dengan lebih meyakinkan serta memberikan sanggahan pada tim lawan. Sementara itu, Kak Liam sebagai pembicara pertama harus menyampaikan status quo dan banyak perintilan lain. Alma sebagai pembicara kedua bertugas memberikan argument dengan bukti-bukti konkret.

Bunda mengetuk pintu kemudian masuk dengan segelas susu dan beberapa cookies di tangannya. Tak lupa senyum tulus yang selalu menghiasi wajahnya.

"Nih, buat anak Bunda. Semoga lancar lombanya ya," ucap bunda sambil meletakkan susu dan cookies di meja belajarku.

Aku tersenyum kemudian mengucapkan terima kasih. Bunda membalas tersenyum sambil mengelus kepalaku singkat.

"Oiya, tadi Harry telpon. Katanya mau jemput kamu pagi ini." Ucap bunda saat berjalan keluar. Aku yang sedang memberi tanda bagian penting dengan stabilo tiba-tiba menghentikan aktivitasku saat mendengar ucapan bunda.

"Jemput? Ini kan udah libur semester Bunda," Bunda hanya mengangkat bahunya seolah tidak mengerti. Astaga, apa Kak Harry tidak tahu jika lombaku tinggal besok? Lagipula, kenapa tidak menghubungiku saja?

Aku menyelesaikan kegiatanku lalu pergi mandi. Selesai mengenakan pakaianku, aku memeriksa instagramku. Mataku membulat ketika melihat Adit mengunggah instagram story di akunnya. Setelah 4 tahun lebih tidak ada kabar dan tidak satu pesanku pun yang ia balas, pagi ini dia muncul.

Aku reflek membuka kiriman instagram storynya dan mendapati dirinya yang mengenakan pakaian rapi dan..... Toga?

Aku berniat mengetikkan balasan untuk bertanya apakah ia benar-benar sudah lulus sebelum akhirnya menghapus kembali pesan yang ku tulis. Entah mengapa, aku mendadak tidak berniat melakukannya.

Suara klakson terdengar di bawah diikuti suara Bunda yang meneriakkan namaku. Aku buru-buru turun untuk memeriksa, meski sudah jelas siapa yang datang.

"Harry pinjem Dea sebentar ya, Tante?" Ia buru-buru menarik lenganku saat aku sampai dihadapannya. Apa katanya? Meminjam? Dia pikir aku buku perpustakaan?!

Bunda hanya mengangkat jempolnya memberikan isyarat mengizinkan. Astaga, apa bunda bersekongkol dengan Kak Harry?

"Mau kemana sih Kak?" Tanyaku ketika di dalam mobilnya. Ya, hari ini Kak Harry tidak mengendarai motornya yang biasa ia pakai.

"Rahasia"

Aku mencebikkan bibirku kesal. Kak Harry hanya terkekeh sambil memfokuskan pandangannya pada jalanan.

Merasa pertanyaanku tidak terjawab, aku memilih menatap jalanan kota yang tidak terlalu ramai pagi ini. Tiba-tiba pikiranku kembali pada kiriman instagram story milik Adit. Ada banyak pertanyaan di kepalaku. Bagaimana ia bisa sudah lulus sekarang? Kemana dia selama ini? Mengapa tidak satupun pesanku di balas? Terakhir, mengapa ia mengingkari janjinya sendiri? Tidak, aku hanya berniat menanyakan yang pertama.

"Ga mau turun nih?" Suara serak milik Kak Harry tiba-tiba saja menginterupsiku.
"Udah sampe?" Tanyaku sambil berusaha melepas seat belt yang melilitku.
"Sejak lima menit yang lalu, kamu aku panggil-panggil ga nyaut De. Mikirin apa sih?
"Em, itu. Lomba besok. Ya, lomba besok." Bohongku. Kak Harry mengernyit sebentar.
"Oke, dan yang kamu bilang barusan adalah alasanku bawa kamu kesini."

Aku mengamati sekitar. Tempat ini cukup ramai. Banyak orang berjualan aneka makanan dan barang di sini. Tempat ini semacam ruas jalan yang ditutup sehingga banyak pedangang yang berderet menjual dagangannya.

Aku melirik Kak Harry dengan heran.

"Kamu pasti stress kan mikirin lomba besok. Aku mau ajak kamu makan bubur ayam paling enak di kota ini." Ucapnya membaca pikiranku. Aku hanya terkekeh mendengarnya.

Kak Harry menarik lengaku. Kami berjalan di atas troroar sehingga deretan pedangan dapat terlihat dengan jelas. Tanpa sadar aku menarik kedua ujung bibirku.

Aku duduk bersila sementara Kak Harry memesan makanan untuk kami. Mataku menyapu sekitar. Tempat ini cukup ramai meski letaknya diujung ruas jalan.

Tidak ada percakapan apapun sampai makanan kami sampai. Aku sibuk mengamati sekitar. Beberapa pasang mata memerhatikan kami sejak tadi.

"Kenapa mba? Pacar saya cantik kan?" Aku tersedak es teh saat mendengar ucapan Kak Harry pada seorang perempuan tak dikenal yang sedari tadi memerhatikan kami. Perempuan itu pun buru-buru memfokuskan diri pada makanannya.

"Sorry. Ga bermaksud kok De. Aku tau kamu pasti risih diperhatiin mba yang tadi kan?" ucapnya sambil mengulurkan kotak tissue karena es teh yang ku minum sedikit keluar sehingga mengenai ujung bibirku saat aku tersedak.

Aku tidak menjawab pertanyaan Kak Harry. Separuh diriku berterima kasih kepadanya karena telah membebaskanku dari tatapan-tatapan yang membuatku risih. Tapi separuhnya mengutuk ucapan Kak Harry. Tidak bisakah ia menjawab dengan kalimat yang lain?

Aku menandaskan makananku sesaat setelah milik Kak Harry tandas. Kak Harry tidak berbohong tentang rasa bubur ayam ini. Benar-benar enak!

"Bagus, udah ga kayak keong makannya." Ucapnya sambil mengacak rambutku. Aku terkekeh canggung setelahnya.

"Aku emang ga kayak keong tau kalo makan." Ucapku senormal mungkin.

Ku pikir, setelah makan kami langsung pulang. Ternyata aku salah. Kak Harry mengajakku berkeliling sebentar. Mungkin lain kali aku bisa mengajak bunda atau Kak Manda kesini. Sungguh, pasti mereka kalap. Segala jenis barang dijual disini. Mulai dari peralatan dapur hingga tanaman kaktus. Aku tertawa geli membayangkannya.

"Makasih ya Kak," ucapku ragu saat kami berjalan menuju parkiran. Kak Harry tersnyum menampakkan lubang pada pipinya yang tercetak sempurna.

"Sama-sama. Maaf tadi pagi ga bilang sama kamu langsung. Kesannya kayak nyulik ya?" Aku reflek mengangguk. Tawa Kak Harry meledak kemudian.

Aku menikmati waktuku pagi ini. Entah mengapa, segala persoalan terasa ringan ketika aku di dekatnya. Bahkan soal Adit, aku tidak terlalu memikirkannya sekarang. Kak Harry seperti cerahnya pagi yang datang setelah malam gelap.

Cerita dikit ya fwens, adegan Adit ngirim insta story kelulusannya itu berasal dari kejadian nyata ex crush aku wkw
Kaget tapi bangga banget deh, udah lulus aja. Selamaaaatt A.Md.T 🎉🎉

Tinggalin jejak kalo enjoy sama ceritanya yaak :*

Love,
nadiyastyls

TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang