Aku telah satu jam berdiri di depan kaca. Mencoba-coba hampir seluruh pakaian yang ku punya. Akhirnya, aku kembali pada pilihan pertama. Dress selutut berwarna putih bergambar bunga matahari-bunga matahari kecil. Tadinya aku ingin memakai celana jeans dengan sweater oversize milikku seperti biasa tetapi entah kenapa sore ini aku ingin memakai dress.
Jalanan tidak terlalu ramai dan aku menikmati perjalanan kami. Mobil Kak Harry melaju dengan kecepatan sedang dan aku tidak tahu kemana dia akan membawaku. Di perjalanan kami tak banyak bicara, hanya bergumam menyanyikan lirik lagu yang terputar di speaker mobil milik Kak Harry.
“Kita mau kemana sih Kak?” Saat mengetahui rute yang kami lewati sangat asing.
“Rahasia.” Aku hanya mendengus.
Mobil Kak Harry berhenti di kawasan sekitar pantai. Kak Harry turun lalu tampak berjalan ke arah bagasi. Tak lama, ia mengetuk kaca mobil lalu memintaku keluar. Aku menurut.
Kami berjalan cukup jauh dari parkiran. Kak Harry membawa satu ransel dan satu tas jinjing. Aku menawarinya bantuan, tapi dia selalu menolak. Apa manusia di depanku ini tak punya rasa lelah?
“Kita hampir sampai.” Kak Harry mengatakannya sambil menatap lurus. Ia seolah menyemangatiku, atau mungkin menyemangati dirinya sendiri?
“Nah itu mereka.” Aku menatap lurus arah yang ditunjukkan Kak Harry. Tidak terlalu jauh sebenarnya, tetapi aku baru menyadarinya. Eci, Niall, Kak Zayn, Azka, Deva, dan seorang perempuan cantik. Astaga, acara apa ini?
“Alif ikut juga? Rapi amat kayak mau ketemu presiden.” Ucap Niall yang kemudian terdengar suara pekikan karena Eci baru saja mencubit perut buncitnya. Niall benar, aku salah kostum. Ah, kalau tahu begini aku lebih baik memakai jeans ku.
Kak Harry menurunkan barang bawaannya lalu membuka ranselnya kemudian mengambil tenda. Ia dengan sigap membantu Kak Zayn dan perempuan cantik tadi yang sudah sibuk memasang pasak-pasak tenda.
“Kamu serius camping pake dress?” Kali ini Eci yang menanyaiku. Oh, ku kira dia dipihakku tadi ternyata pasangan ini kompak sekali menyinggung outfitku.
“Aku bahkan ga tau kalo kita camping.” Jujurku.
“Anak-anak band ngerayain kemenangan kemarin Lif. Terus kita ngide ngadain camping gitu.” Jelas Niall, aku hanya manggut-manggut sambil memperhatikan perempuan cantik yang sekarang sedang memasang tenda kedua bersama Kak Zayn dan Kak Harry. Tenda kedua mereka hampir terpasang sempurna menghadap pantai.
“Pacarnya Kak Zayn, Gisantia. Cantik ya?” Ucap Eci yang mampu membaca pikiranku. Aku hanya mengagguk. Mereka terlihat cocok, meski aku belum mengenal Gisantia itu.
“Heh Gendut, bantuin kek!” ucap Azka yang juga sedang memasang tenda. Aku terkekeh mendengarnya. Omong-omong tentang Azka dan Deva aku baru mengetahui namanya dua hari lalu dari Eci. Payah, padahal kami satu angkatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbit
Teen FictionApa rasanya ditinggalkan cinta pertama? Patah? Atau bersyukur, sebab cinta selanjutnya akan datang. "Ku biarkan dia tenggelam agar kau bisa terbit" my very first story