dua puluh tujuh

15.2K 952 32
                                    

"Ma, Kak, Zeindra ingin menikah."

Deg.

Seperti terhantam batu besar, kini hati Caca benar-benar hancur saat mendengar kata sakral yang menyakitkan itu. Dugaan Caca benar, Zeindra akan menikah dengan Megan.

Caca melepaskan pelukan pada Lian dan berjalan pergi begitu saja tanpa menghiraukan teriakan Lian yang terus menyebut namanya. "Ca tunggu!" Cegah Zeindra.

"Ca tunggu saya!" Zeindra memeluk Caca dari belakang. Mereka benar-benar merindukan pelukan ini.

"Lepasin saya pak, sudah cukup hati saya terluka. Saya melepas Ibnu dan bapak balik untuk memberi kabar bahwa bapak akan menikah dengan Megan. Hiks...hiks.."  Caca bahkan tidak kuat menahan air matanya saat ini.

Zeindra mengeratkan pelukannya dan tersenyum mendengar perkataan itu. Caca masih cemburu dengannya, berarti tandanya mereka masih saling mencintai.

"Kamu jangan salah paham."

"Semuanya sudah jelas pak. Bapak dan Megan memang akan menikah."

Kini pelukan mereka terlepas, Zeindra membalikan tubuh Caca untuk berhadapan dengannya. Wajah putih dan cantik yang sudah lama tidak ia lihat dari jarak sedekat ini membuat semuanya terasa canggung. "Saya memang akan menikah. Namun bukan dengan Megan, melainkan kamu."

Zeindra merogoh kantongnya dan mengeluarkan sekotak cincin berlian sembari berlutut disana. "Kamu mau kan menikah dengan saya?"

Caca tertegun dan tidak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya campur aduk, dia belum memahami situasinya. "Ih Zeindra! Kamu kan milik aku."

Wajah Caca menatap sinis Megan yang berjalan mendekatinya. "Hehe canda Ca. Lo boleh kok nikah sama Zeindra, sumpah gue ikhlas." Megan tersenyum manis menatap calon istri mantan pacarnya ini.

"Jadi, kamu mau kan jadi istri saya dan jadi ibu untuk Lian?" Tanya Zeindra sekali lagi.

Senyuman mengembang disetiap sorot mata yang menatap adegan romantis ini. Lian pun ikut tersenyum bahagia saat ayahnya melamar sang tante idamannya.

"MAU!!"

Mereka menoleh pada Lian yang berteriak antusias. "Hehe soalnya tante cantik lama banget jawabnya, Lian enggak sabaran."

Semua tertawa melihat tingkah gemas itu dan Caca pun akhirnya mengangguk. "Iya pak saya mau jadi istri dan ibu Lian."

Senyuman Zeindra mengembang sangat lebar, akhirnya cintanya terbalaskan oleh Caca dan dia menemukan pengganti Alesya sekarang. "Terima kasih." Zeindra memeluk erat Caca.

"Ih papa! Lian kan mau peluk juga."

"Dasar pengganggu." Gumam Zeindra.

Mereka bertiga berpelukan bahagia disana. Mama pun sempat menangis menatap adegan ini. "Udah dong pelukannya. Mending kita masuk ke dalam yuk." Ajak Asya.

Zeindra dan Caca tertawa malu. "Ayo sayang kita masuk." Ajak Zeindra.

Mereka masuk ke dalam rumah dan Zeindra serta Megan menceritakan semuanya yang terjadi diJerman beberapa hari lalu.

Flashback On.

Zeindra sedang bergegas berlari dibandara untuk mencari Caca yang diculik. "Sialan! Siapa yang berani menyentuh milikku."

"Zein!"

Zeindra menoleh dan ternyata itu Megan. "Saya tidak punya waktu."

"Aku tau keberadaan Caca."

Langkah Zeindra terhenti saat mendengar pernyataan itu. "Dimana dia? Pasti kamu yang menculiknya."

"Uupsss.. ada syaratnya. Aku akan memberi tau dimana Caca dan kamu harus ikutin kemauan aku, gimana?"

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang