tujuh

33.7K 2K 21
                                    

Author POV.

Hari ini adalah hari minggu, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang. Hari minggu memang selalu jadi hari favorite bagi siapapun karena bisa melepas penat dan beban dari hari sebelumnya. Namun hal ini tidak berarti bagi Zeindra, buktinya sekarang dia masih sibuk dengan laptopnya.

"Ah padahal saya benar-benar ingin istirahat dari semuanya." Gumamnya sambil sedikit memijat kepalanya.

"Papa sakit?" Tanya Lian sedikit khawatir.

"Tidak sayang, papa baik kok." Zeindra langsung mencubit gemas anaknya ini.

Lian kini kembali bermain robot-robotan favoritenya disofa sedangkan Zeindra melanjutkan pekerjaannya.

"Assalamualaikum." Zeindra menoleh ke arah pintu namun Lian masih asik dengan mainannya.

"Eh kalian datang?"

Ternyata itu mama, Asya dan Irvan suaminya Asya. "Ini weekend loh Zein, masa kamu kerja mulu." Ujar Asya yang melihat adiknya ini terlalu sibuk.

"Iya nih Zein, udahlah santai dulu." Sambung Irvan suami Asya.

Mama langsung mengusap lembut punggung Zein dari belakang. "Zein jangan dipaksa ya?"

"Ma, Zein enggak tau harus gimana lagi? Cuma ini yang bisa Zein lakuin." Terlihat wajah frustasi dari diri Zein.

Irvan kini bermain dengan Lian sedangkan  Asya ikut menghampiri adiknya. "Zein, cari mama buat Lian ya? Biar kamu ada yang urusin. Kamu maupun Lian butuh sosok ibu dan istri."

Zein bingung dengan dirinya, selalu ada niatan untuk mencari istri baru tapi semuanya enggak bisa nerima Lian. Zein hanya ingin perempuan yang bisa nerima statusnya sebagai duda anak satu bukan hanya seorang duda.

"Aku udah coba cari kak, tapi? Sulit yang bisa nerima Lian."

Mama langsung peluk Zein. "Jodoh enggak kemana Zein, kamu pasti bakal temuin perempuan yang pas."

"Caca?" Mama dan Zein langsung menoleh ke arah Asya.

"Kenapa?" Tanya Asya bingung saat di tatap oleh kedua orang tersayangnya ini.

"Yang aku lihat Caca orangnya baik, cantik, sopan dan bahkan kayaknya bisa nerima Lian. Iya kan Zein?" Tanya Asya.

Zein sedikit menimang-nimang perkataan kakaknya itu, apa yang dikatakan Asya memang benar. Caca itu cantik, baik, sopan dan kayaknya beneran bisa nerima Lian dihidupnya. Tapi? Apa dia mau sama Zein?

"Tapi belum tentu Caca mau sama Zein apalagi perbedaan umur kami yang lumayan jauh."

"Emang Caca umur berapa?" Tanya mama.

"Setau Zein dia 24 tahun ma."

"Astagfirullah Zein, aku sama kakakmu aja beda 10 tahun loh." Sambung Irvan yang masih main bareng Lian.

"Iya bang aku tau, tapi disini status aku duda anak satu. Ya mungkin aja Caca bisa terima aku, tapi orang tuanya?"

Asya mengangguk paham dengan pemikiran adiknya ini. Bagaimana pun juga dengan status Zein yang emang udah duda anak satu pasti sulit diterima oleh keluarga Caca. Apalagi putri mereka cantik dan pintar pastinya mereka ingin calon suami yang benar-benar pas.

Namun apa salahnya dicoba? Sesuatu tidak akan menemukan jawaban tanpa dicoba bukan?

Irvan kini menghampiri adik iparnya yang beneran terlihat bingung.
"Kenapa enggak dicoba aja Zein? Semuanya hanya butuh dicoba agar kamu dapat jawabannya."

Irvan sama Asya emang jodoh banget kayaknya, bahkan punya pemikiran yang sama. "Bener kata Irvan, semuanya harus dicoba dulu." Ujar mama mengiyakan.

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang