empat

37.3K 2.1K 8
                                    

Pagi ini seperti janji Ibnu semalam bahwa dia akan menjemput Caca dan berangkat ke kantor bareng.

"Pagi Caca~" sapa Ibnu yang baru saja tiba didepan rumah Caca.

Caca pun langsung salim ke ayah bunda untuk pergi ke kantor. "Caca pergi ya. Assalamualaikum."

"Kita pergi ya om tante, Assalamualaikum." Kali ini Ibnu yang berucap.

"Walaikumsalam"

Ibnu menghidupkan musik dari radionya supaya keadaan tidak terlalu hening. "Gue kira lo enggak bakal jemput Nu." Kata Caca.

Ibnu tertawa kecil sembari menatap Caca sekilas. "Gue udah janji Ca, harus ditepati dong." Caca hanya ngangguk-ngangguk doang.

















Mereka baru saja tiba di tempat parkir. "Ayo Ca." Ajak Ibnu. Mereka berdua pun jalan berdampingan memasuki area kantor.

Jihan yang baru saja tiba di kantor kaget melihat pemandangan ini. "Cie pergi bareng nih." Ledek Jihan sambil cubitin pipinya Caca.

Caca langsung menepis tangannya Jihan yang nyubitin pipinya. "Apasih Jihan! Udah ah sana."

"Cie enggak mau diganggu berduaan sama Ibnu. Jangan senyum-senyum lo Nu!" Kini Jihan memukuli lengan Ibnu.

Lalu Caca menarik tangan Ibnu dan meninggalkan Jihan. "Jihan belum minum obat Nu, biarin aja."

"Woi! Gue ditinggalin!" Teriak Jihan.

Tanpa disadari Zeindra yang juga baru saja tiba pun menatap ketiga karyawannya dari jarak yang tidak terlalu jauh. "Mereka ada hubungan apa?" Gumamnya.

Zeindra pun mencoba tidak menghiraukan hal itu dan memilih langsung keruangannya. "Pagi pak bos." Sapa Jihan saat Zeindra melewatinya.

"Pagi Jihan, semangat kerjanya."

Jihan langsung senyum-senyum saat dikasih ucapan semangat oleh bosnya.

Tugas dan tugas, inilah yang sedang Caca hadapin sekarang. Setiap hari pasti tugasnya sangat banyak, namun Caca memang terkenal dengan kerja kerasnya sehingga seberat apapun dia pasti bisa selesaikan tugasnya.

"Tumben ya enggak ada suara berisik Lian? Atau dia enggak ikut pak Zein?" Ucapnya sambil menatap kaca ruangannya.

Biasanya Lian selalu datang untuk bermain dengannya, namun kali ini tidak ada bahkan ketika jam istirahat hampir tiba. "Akhirnya selesai juga, mau ke ruangan pak Zein dulu deh anter berkas." Gumamnya.

Caca pun membawa beberapa berkas yang harus diserahkan ke Zeindra.
"Eh Jihan ntar ke kantin bareng ya." Ucap Caca yang melewati ruangan Jihan.

"Ah entar lo sama pak bos, gue ditinggalin lagi kayak kemarin."

"Enggak! Intinya nanti bareng." Caca langsung melangkah pergi melanjutkan perjalanannya menuju ruangan Zeindra.

Ttok ttok.

"Permisi~"

"Masuk aja."

Caca menatap Zeindra yang kini fokus pada layar laptopnya, ini pertama kalinya dia masuk ke ruangan ini. Satu kata buat ruangan ini yaitu 'Mewah', desainnya simple namun sangat elegan.

"Pak ini berkas yang sudah selesai saya rekap semuanya." Ucap Caca hati-hati.

Kelihatannya Zeindra sedang di mood yang tidak baik. "Letakan disini." Ucapnya tanpa menatap Caca.

Caca mengangguk lalu meletakan berkas itu ke meja dekat Zeindra. "Hmm pak?" Panggil Caca gugup.

Zeindra kini menatapnya. "Lian enggak ikut ya?" Tanya Caca.

"Enggak, dia sama oma nya." Lagi-lagi Zeindra menjawab dengan aura dingin.

"Oh baiklah pak, saya permisi." Caca akhirnya memutuskan untuk tidak bertanya lebih tentang Lian, melihat kondisi bosnya yang mungkin sedang tidak bisa diganggu.

"Caca."

Caca kaget banget saat tiba-tiba bosnya manggil dan dia berusaha noleh dengan sangat hati-hati. "Jangan lupa makan."

Singkat, namun mampu membuat jantung gadis berumur 24 tahun ini tidak karuan. "Ah, terima kasih pak, pak Zein juga." Caca langsung melesat keluar dari ruangan tersebut.

"Eh Caca, lo kenapa? Kok gugup banget kayaknya?" Tanya Ibnu yang tidak sengaja bertemu dengan Caca.

"Enggak kok, gue enggak apa-apa."

"Ke kantin yuk." Ajak Ibnu.

"Ayo tapi ajak Jihan dulu."

Mereka bertiga duduk dikantin sambil memakan santapan masing-masing. "Enak banget ya masakan di kantin ini." Puji Jihan.

"Iya Han, enggak kayak lo yang enggak pandai masak kan?" Ledek Ibnu dengan tawanya.

"Caca belain gue dong, masa gue diledekin sama Ibnu." Adu Jihan yang merasa dirinya di zholimin.

Namun Caca hanya membalas dengan senyuman singkatnya dan melanjutkan makannya. "Eh lihat pak bos makan sendirian tuh, anak nya enggak ikut ya?" Bisik Jihan yang melihat Zeindra makan sendiri dengan damai.

Caca dan Ibnu langsung mengikuti arah pandang Jihan. Namun tidak ada komentar dari dua orang ini sehingga Jihan pun ikutan diam.

"Ca lo lagi ada masalah ya?" Tanya Ibnu tiba-tiba.

"Eh enggak kok, gue cuma jenuh aja habis ngerjain tugas banyak banget." Ibnu pun akhirnya ngangguk-ngangguk.
















Jam pulang baru saja tiba dan seperti biasa Caca harus memesan ojek online dan menunggu driver.

"Ca maaf ya gue hari ini enggak bisa nganterin, soalnya mama gue lagi sakit Ca. Tapi janji deh besok gue jemput lo!"

"Ibnu lo kenapa sih? Gue enggak apa-apa loh, lagian kan emang biasa juga gue naik ojol kan? Semoga mama lo cepat sembuh." Ucap Caca dan Ibnu akhirnya bisa pulang dengan tenang.

"Eh Ca belum pulang? Gue anter ya?" Tawar Jihan ke Caca.

"Enggak usah Han, gue naik ojek aja."

Jihan pun langsung meluk-meluk manja Caca. "Ih Caca mah, padahal gue anter juga enggak masalah. Ayo dong Ca, gue anterin ya? Ya? Ya?"

Caca menggeleng sambil tersenyum ke Jihan menunjukan layar ponselnya.
"Gue udah dapat driver, lo duluan aja. Hati-hati Jihan." Caca langsung mendorong-dorong temannya agar pulang, Caca tidak suka jika harus merepotkan orang lain demi dirinya.

"Kamu belum pulang?" Caca menoleh ke samping dan ternyata itu Zeindra.

"Lagi nunggu drivernya datang pak."

"Batalin aja, kamu pulang sama saya."

Caca menatap tak percaya bosnya ini. "Enggak usah pak, saya bi-

"Saya tidak terima penolakan Asabella!" Tegas Zeindra.

Caca hanya bisa terdiam setelah mendengar ucapan tegas bosnya ini.
"Kamu tunggu disini, saya ambil mobil dulu. Ingat tunggu disini dan batalin drivernya tadi." Zeindra melesat pergi ke parkiran sedangkan Caca masih mencoba menyaring semua perkataan Zeindra.

Maksudnya gimana? Caca enggak mau jadi pelakor. Caca takut perasaannya tumbuh pada orang yang sudah menikah, ia tidak ingin dicap buruk oleh siapapun.

Caca menatap layar hp nya dan ia memilih untuk membatalkan pesanannya. "Positif thinking aja kalau pak Zein emang orangnya baik ke semua karyawan." Ucapnya memastikan.

Sebuah mobil BMW silver berhenti tepat dihadapan Caca. "Ayo masuk." Suruh Zeindra.

Caca masih terdiam ditempat, ia harus masuk atau melarikan diri saja?

"Astagfirullah Ca, kamu enggak ngerepotin saya. Udah buruan masuk." Suruh Zeindra lagi.

Kali ini dengan perlahan Caca pun masuk ke dalam mobil mewah itu.






TBC

Jangan lupa vote dan komen❣

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang