empat belas

23K 1.3K 9
                                    

Jam istirahat kantor hari ini cukup berbeda, setelah Zeindra mengklaim bahwa Caca adalah miliknya suasana kantor lebih hangat dari biasanya apalagi Jihan dan Yogi yang sering bercanda dan membuat suasana mencair.

Namun tidak untuk hari ini, hari ini begitu datar. Tidak ada suara tertawa Jihan dan Yogi ditambah Zeindra dan Caca yang kelihatannya saling diam.

Jihan dan Caca duduk dikursi kantin paling pojok. "Eh Ca, tumbenan lo enggak sama pak bos? Ada masalah?"

Caca diam, dia masih tidak ingin mengatakan apa-apa. "Caca jawab ih! Masa gue dikacangin gini."

"Diem-diem bae sih." Kedua gadis ini menoleh dan ternyata itu Yogi dan Ibnu yang ikutan gabung.

Ibnu bisa melihat bahwa Caca sedang ada masalah, wajahnya murung.
"Ca lo lagi ada masalahnya?" Tanyanya hati-hati.

"Enggak kok." Jawab Caca seadanya.

"Bang Zein mana? Kok lo tumbenan enggak sama dia? Biasanya kayak perangko nempel mulu." Kata Yogi.

Pletak!

"Lo diem aja bisa? Berisik banget." Ketus Jihan sembari menjitak kepala Yogi. "Sakit Han." Keluhnya.

"Asabella."

Mereka semua menoleh kepada sang CEO yang baru saja tiba di kantin, namun selang beberapa detik seorang wanita yang dengan seenaknya memeluk Zeindra dari belakang.
"Aku rindu."

Cih! Benar-benar menjijikan sekali untuk dilihat.

Akhirnya mereka mendapat jawaban dari perubahan sikap Caca.
"Megan?" Ucap Yogi tidak menyangka.

Zeindra mencoba melepaskan pelukan sepihak ini namun Megan tetap memaksanya. Karyawan kantor lainnya juga menatap aneh dua orang yang saling berpelukan ini.
"Asabella, saya bisa je-

"Zein! Ayo pergi makan, aku laper banget." Lagi-lagi Megan bertingkah manja didepan semuanya.

"Aku pengen ke restoran, aku enggak level makan ditempat kayak gini." Megan menarik Zeindra pergi keluar dari kantin.

Menjijikan.

"Cih! Perempuan satu itu memang selalu menjijikan." Kesal Yogi.

"Lo kenal Gi?" Tanya Ibnu.

Yogi tertawa meremehkan lalu mengelus puncak kepala Caca lembut.
"Lo tenang ya Ca, perempuan itu enggak bakalan bisa ngerebut bang Zein dari lo. Percaya sama gue!"

Caca tersenyum namun hatinya masih begitu takut.

Jihan juga kini memeluk Caca dari samping. "Jadi ini alasan lo diem aja ya? Sakit banget ya Ca?"

"Jangan khawatir Ca, kita semua disini buat lo." Ujar Ibnu.

"Waktu bang Zein masih sama kakak gue pun dia selalu berusaha ngerusak hubungan mereka. Dia mantannya Zein, cuma waktu kak Alesya meninggal Zein akhirnya milih buat ngelamar dia tapi dia nya masih nolak karena milih ngelanjut S2 di Jerman. Gue jujur, gue enggak suka sama dia dan gue senang waktu bang Zein bilang kalau Caca yang jadi calonnya. Megan itu licik, dia enggak sayang sama Lian, dia cuma mau Zein dan ya mungkin hartanya." Jelas Yogi.

"Gue mau lanjut kerja dulu." Caca langsung pergi gitu aja ninggalin mereka semua.

"Ca-

"Jihan, dia lagi butuh waktu sendiri." Kata Ibnu sembari menahan Jihan.

Caca duduk dikursi kerjanya sambil menatap kosong kearah rak buku disampingnya. Hatinya begitu hancur.

Zeindra. Setelah nama itu sudah mulai diterima dihatinya namun kini menjadi pertimbangan antara bertahan atau mengakhiri.

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang