empat puluh delapan

2K 107 14
                                    

4 tahun kemudian.

Hari ini keluarga besar Zeindra pergi berlibur ke Cappadocia. Ayah, bunda, mama, kak Asya, bang Irvan semua ikut.

Cappadocia, tempat yang sangat ingin Caca datangin dari jaman kuliah.
"Mas makasih banget kamu udah ajak aku dan keluarga ku liburan kesini."

Esther sudah berusia 5 tahun, dan bahkan ia sudah sekolah TK. Lian dan Esther saling bergandengan melihat pemandangan disana.

"Lihatlah Esther sangat indah kan?" Esther mengangguk senang.

"Oma, Opa lihat deh balon udaranya sangat bagus. Esther ingin naik itu." Tunjuk Esther kepada salah satu balon udara.

Zeindra langsung menggendong putri bungsunya. "Kamu mau?" Esther mengangguk.

"Ayo kita semua naik itu."

"Mas tapi aku takut." Ucap Caca.

Lian menggenggam tangan mama nya. "Tenang aja ma, ada Lian kok."

Asya langsung baper sendiri melihat pemandangan ini. Ohiya, Asya dan Irvan juga sudah punya dede bayi, dede bayi masih umur 11 bulan bernama Claudia.

"MasyaAllah Lian, kamu sweet banget si sama mama kamu."

"Bapak sama anak sama-sama bucin." Ledek Irvan.

"Sewot aja lu bang." Kata Zeindra.

Mama dan bunda ketawa melihat mereka semua.

Zeindra juga menggenggam tangan Caca. "Ada mas, ada Lian. Kamu tidak perlu takut ya sayang." Caca pun akhirnya memberanikan diri untuk ikut naik balon udara.

"Whoaaa pa liat deh, pemandangannya bagus banget dari atas." Ucap Esther kagum. Lian juga terlihat histeris menatap keindahan alam di Cappadocia ini.

"Zeindra makasih ya sudah mengajak ayah dan bunda kesini." Ucap ayah.
Zeindra tersenyum menatap ayah mertuanya. "Iya yah, sudah kewajiban Zeindra untuk menyenangkan kalian semua."

Setelah puas dengan balon udara mereka memutuskan untuk jalan-jalan lagi dan pastinya tidak lupa untuk berburu makanan disana. Apalagi Lian yang perutnya sudah kelaparan.

"Oma, Lian Laper."

"Esther juga."

"Iya ayo kita cari tempat makan."

Zeindra berbisik ke ayah. "Yah bisa jagain mereka berdua bentar? Zeindra mau kesana sama Caca bentar aja yah. Boleh?"

Caca bingung apa yang dibicarakan suami dengan ayahnya.

"Lama juga tidak masalah Zein." Zeindra pun tersenyum.

"Sayang, ayo kesana sebentar." Ajak Zeindra.

"Loh anak-anak gimana?" Tanyanya.

"Paa mau kemana? Esther ikut." Dasar anak papa.

"Eitss. Esther sama Opa saja ya."

Bunda juga ikutan bingung. "Emang mereka mau kemana?" Tanya Bunda.

"Biasalah anak muda." Ucap ayah tertawa.

"Anak muda dari mana nya?" Ledek mama.

Mereka semua pun tertawa dengan hal itu sedangkan anak-anak fokus menunggu makanan.

Zeindra membawa Caca melihat pemandangan disana, angin sepoi-sepoi pun menyapa mereka. "MasyaAllah banget ya mas pemandangannya."

Tangan Zeindra tergerak untuk memeluk istrinya ini. "Sayang, mas terima kasih banget sama kamu karena udah memberi kebahagiaan sebesar ini pada hidup mas. Terima kasih telah menerima Lian sebagai anak kamu, terima kasih telah melahirkan Esther dan terima kasih telah sabar dan selalu setia kepada mas."

Caca hanya bisa diam mendengar semua kata-kata indah itu. Ia juga nyaman dengan pelukannya.

"Sayang, apapun itu kita harus tetap bareng-bareng ya. Hanya maut yang bisa memisahkan kita. Mas sayang sama kamu."

Kali ini Caca melepas pelukannya dan tersenyum menatap suami tampannya ini. "Mas aku juga berterima kasih karena telah mencintaiku dan berjuang bersama ku selama ini. Aku juga sayang banget sama kamu dan anak-anak kita." Mereka kembali berpelukan.

"Maaa paaa." Suara mungil terdengar dari arah seberang. Itu Esther.

Esther berlari menghampiri kedua orangtuanya. "Peluk Esther juga dong pa, masa papa cuma peluk mama." Esther memang sangat bucin terhadap papa nya.

Zeindra pun tertawa dan langsung menggendong anak bungsunya itu. "Kamu enggak mau peluk mama?"

"Hehe mau juga."

"Hm dasar ya, sementang Lian sudah besar jadi enggak di peluk lagi." Protes Lian.

Kali ini Caca tertawa sembari menghampiri anaknya itu. "MasyaAllah sayang, sini peluk mama." Yah kalau sih Lian adalah bucin Caca.

"Dasar Esther anak papa." Ujar Lian.

"Kak Lian juga dasar ya anak mama." Balas Esther.

"YaAllah, kalian anak papa dan mama." Kata Zeindra.

"Ohiya ma, Lian tiba-tiba rindu tante berisik deh." Ucap Lian.

Zeindra langsung menatap manik mata Caca saat itu juga. "Hm iya, mama juga rindu banget sama tante Jihan."

Zeindra kemudian langsung memeluk istrinya dengan sangat erat. "Sudah ya, ayo kita lihat pemandangan lagi."

...

"Ayah, Jihan ingin ke taman bermain." Anak kecil yang baru berusia 3 tahun itu menarik-narik lengan baju sang ayah.

"Iya sayang nanti sore kita ke taman bermain ya."

"Jihan mau nya sekarang yah, Jihan sangat ingin ke taman bermain." Ucap anak kecil itu lagi.

Yogi menghela napasnya pasrah, anaknya ini memang sangat cerewet sama seperti bundanya. "Iya sayang iya ayo kita ke taman bermain."

Mereka berdua pergi ke taman bermain. Jihan anak yang sangat aktif dan pintar, ia sangat ingin tahu dengan semua hal. Jihan sering bertanya apapun itu pada ayahnya.

Yogi menatap anaknya yang sedang fokus dengan permainan di taman. Anaknya sangat ceria meskipun hanya bermain sendirian. Tanpa sadar air mata Yogi mengalir.

"Ayah kenapa nangis? Ayah kenapa ya air mata bisa keluar?" Jihan berlari menghampiri ayahnya yang tiba-tiba menangis.

Anak itu langsung berhenti bermain dan duduk disamping ayahnya. "Ayah tidak boleh sedih, kan Jihan selalu ada buat ayah."  Yogi hanya mampu membalas dengan pelukan hangat untuk Jihan.













TBC

Hai guys!!

Aku balik lagi.
Kalian rindu pak duda kah?
Maafin ya aku telat berbulan" buat update cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen.

Ditunggu next partnya✨️

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang