empat puluh enam

4.4K 263 31
                                    

Dua sahabat yang saling melengkapi kekurangan kini telah menemukan pasangan terbaiknya masing-masing.

Caca yang kini telah melahirkan anak perempuan beberapa waktu lalu sedangkan Jihan yang baru saja menikah. Bukankah kisah mereka sangat bahagia? Ditambah mereka dinikahi oleh pria bertanggung jawab sekaligus mapan.

"Mas, aku bersyukur banget bisa jadi istri kamu. Padahal berapa kali aku tolak kamu, eh kamu nya masih mau sama aku."

Zeindra mengelus kepala Caca lembut, menyalurkan kasih sayang untuk istrinya ini. "Sayang, apapun itu akan mas lakuin untuk kamu."

"Perjalanan cinta kita berat banget yakan mas?

"Ya begitulah."

"Sampai aku jemput kamu ke Jerman hehe."

Zeindra sedikit tertawa, dia sadar bahwa istrinya sedang menyindir dirinya. "Iya mas tau kamu sindir mas kan? Nakal."

Caca langsung memeluk suaminya. "Aku bercanda mas, sekarang kamu udah seutuhnya milik gadis sederhana ini. Aku bahagia banget udah melalui semuanya sama kamu."

Zeindera tidak bisa berkata-kata lagi. Hatinya tenang kalau sudah bersama istrinya ini. Pelukan mereka bahkan semakin erat. "Ssstttt intinya mas sayang kamu."

Pintu kabar tiba-tiba terbuka secara perlahan, disana ada anak kecil pintar bernama Brilian yang tersenyum menatap momen romantis kedua orang tuanya.
"Lian ganggu kah?" Tanyanya pelan.

"Iya kamu ganggu." Kata Zeindra pura-pura kesal sama anaknya.

"Mas kamu mah, jangan gitu ah."

"Yaudah deh pa, Lian balik jaga adik cantik aja. Bye ma bye pa."

"Hee Lian, papa bercanda." Zeindra panik langsung mengejar anaknya itu.

Caca udah nahan tawa lihat kelakuan suami sama anaknya ini, Zeindra memang hobi isengin anak sulungnya itu. Ditambah tingkah Lian juga menggemaskan.

"Hehe Lian juga bercanda pa. Mama sayang sama Lian kok, jadi enggak mungkin Lian ganggu. Paling papa yang ganggu mama, yakan ma?" Anak itu muncul lagi dari pintu kamar.

Tuhkan. Anak ini memang menggemaskan sekali.

"Dasar Brilian." Kata Zeindra.

















"Bangun woi! Udah pagi." Teriak Jihan ke suaminya.

"Apasih, gue masih ngantuk. 1 jam lagi lah Han baru bangun."

"Kagak! Yogi bangun, masakin gue dong. Laper banget."

Yogi langsung bangkit dari tidurnya menatap istri yang sedari tadi teriak-teriak. "Jihan, lo serius?"

"Serius lah."

Pletak!

Satu jitakan berhasil mendarat dikepala Jihan. "KDRT ya lo."

Yogi sabar banget memang nikahin cewe satu ini, untung cinta.

"Yaudah gue masakin deh."

Jihan langsung senyum baper melihat suaminya ini. "Gemes." Batinnya.

Pertama-tama Yogi cuci muka dulu, kalau kata dia sih biar ganteng dan ga ileran. Setelahnya, dia mulai ambil bahan-bahan dikulkas. Disana ada ayam, ada telur, sama ada daun selada.

Jihan duduk dikursi dapur sambil menatap punggung lebar suaminya itu. Jujur, tidak ada hasrat Jihan untuk membantu.

"Ayam goreng, telur goreng aja deh ya?" Jihan cuma angguk-angguk kepala doang.

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang