empat puluh dua

8.3K 602 33
                                    

Lian sedang makan ice cream di balkon rumahnya sambil ngelihatin pemandangan siang hari. Hari ini memang sangat panas, makannya Lian minta ke papa sebelum ke Singapore buat nyetok ice cream banyak di kulkas.

"Untung papa baik beliin Lian ice cream banyak. Ngomong-ngomong Papa lagi ngapain ya disana?" Gumamnya.

"Lian sedang apa?" Tanya Caca.

"Hai ma. Lian lagi makan ice cream."

"Mau telpon papa enggak?"

"Papa pasti lagi sibuk ma, ntar malam aja deh."

Caca ikutan duduk disamping Lian sambil mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Sudah 9 bulan lebih usia kandungannya, sekarang hanya tinggal menunggu hari saja.

"2 bulan lagi Lian bakalan sekolah kan ma?"

"Iya sayang."

"Wah Lian tidak sabar, Lian harus jadi anak yang pintar supaya seperti papa."

Caca tersenyum mendengar tekad anaknya itu. Caca bersyukur mempunyai anak seperti Lian, meski bukan anak kandung.

"Akhhh!!"

"MAMAAAAAA."

Caca meringis kesakitan memegangi perutnya. Tiba-tiba saja perutnya terasa perih dan kram.

"OMAAA!! CEPAT KESINI OMAAA!!"

Caca bahkan pingsan, tergeletak dilantai balkon dengan tangan yang masih memegangi perutnya.

"Astagfirullah Caaa, kamu kenapa? Lian, mama kenapa?"

"Tiba-tiba saja mama perutnya sakit."

"Ambil handphone oma Lian."

Lian langsung berlari mengambil handphone omanya.

"Astaga sayang, kamu kenapa? Ca sadar." Oma memangku kepala Caca.

"Melahirkan? Pasti Caca mau melahirkan." Katanya.

"Ini oma cepat telpon ambulance."

Oma langsung menelpon ambulance dan orangtua Caca.

"Ca kamu pasti kuat, mama yakin kamu pasti kuat Ca."

"Mama bangun, maaaaaa." Lian bahkan menangis histeris melihat mama nya yang tiba-tiba saja jatuh sakit.


























Caca berada sedang ditangani oleh dokter sedangkan mama dan bunda mencoba mengubungi Zeindra tapi tidak diangkat.

"Astaga Zein angkat dong."

"Tante!! Gimana keadaan Caca?" Jihan juga baru saja tiba disana.

"Tolong hubungi Zeindra ya Jihan."

Jihan juga sibuk menghubungi Zeindra dan Yogi tapi memang tidak ada tanda-tanda telpon itu diangkat.

"Keluarga nona Asabella?" Dokter keluar dari ruangan.

"Kami dok kami."

"Sudah waktunya nona Asabella melahirkan dan harus di operasi karena nona tidak sadarkan diri."

Bunda lemas mendengar Caca yang belum sadarkan diri. "Yah, gimana nasib putri kita hiks..hiks.."

"Oma jangan sedih, mama pasti baik-baik saja. Mama adalah mama yang kuat." Ucap Lian meski dia sendiri pun menangis.

"Jeng sudah ya, kita percayakan saja pada dokter."

"Silahkan ke administrasi untuk menanda tangani berkas."

DUDA! (SUDAH TERBIT Di E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang