Bacanya pas udah berbuka aja yah entar berdosya☺️
Kemarin digantungin yahhh🤣
"Dia hanya fiksi semata yang tidak akan mungkin menjadi nyata."
_Kata gue_Ailen membuka matanya saat sinar matahari yang sudah mulai menelusup ke kamar apartemennya. Ia mengucek ucek mata terlebih dahulu.
"Arggg!" Ia mengerang, kenapa tubuhnya terasa sangat lelah sekarang.
Saat membuka mata ia terkejut, ini bukan kamarnya. "Lah kok di apart?" beonya.
"Kapan gue kesini?" herannya lagi, tak lama ia tersadar dengan apa yang ia lakukan semalam. Ia melotot seketika, dan mengecek bagian bawahnya.
Ailen semakin melotot dibuatnya, keringat dingin mulai bercucuran di bagian pelipisnya. "Oh shit!"
"Gak! Gue gak mungkin!"
Ailen mengingat dengan jelas bagaimana suasana malam tadi, ia terdiam sambil meremas rambutnya frustasi. Ia terlalu ceroboh sampai tidak bisa berpikir jernih.
"A-Ailen sakit."
Suara Lia semakin terputar dengan jelas di benaknya, rasa bersalah itu semakin menjadi jadi. Ia memukul dadanya yang berkecamuk.
"G-gue ga mungkin merawanin anak orang kan?"
"Iya enggak! Ga mungkin!"
Keringat dingin itu semakin menjadi jadi kala ia melihat bercak darah di atas seprainya. "Ya Tuhan, Ailen harus gimana."
"Lia!" pekik Ailen berusaha mencari Lia, tapi ia tak kunjung menemukan gadis itu, Ailen melihat sebuah kertas kecil di atas nakas yang langsung ia ambil dengan cepat.
Gue pergi, makasih udah ngehancurin masa depan gue. Gue benci Lo Len.
Ailen kembali mengacak acak rambutnya frustasi, tolong bilang padanya bahwa ini hanya mimpi!
Ailen tidak tau harus melakukan apa sekarang, ia merasa gagal menjadi seorang pria sekarang. Oh Tuhan kenapa ia sangat bodoh.
Ailen melotot kala melihat sepuluh panggilan tak terjawab dari Mami-nya. Dengan cepat Ailen menelpon kembali. Ia tidak mau Mami-nya khawatir.
"H-hallo Mi? Kenapa?"
"Hallo bang! Kamu dimana? Kenapa ga pulang? Mami sama Daddy udah nyuruh anak buahnya buat nyari kamu? Kamu dimana sekarang?" cerocos suara di seberang sana yang semakin membuat Ailen merasa bersalah.
"Abang gapapa Mi, ga usah khawatir. Abang nginep di apart, maaf lupa izin."
"Cepetan pulang bang! Jangan bilang kamu lupa kalo hari ini kita mau ke Gereja?"
Ailen benar benar lupa jika hari ini Minggu, apakah masih pantas dirinya untuk masuk ke rumah suci itu? Apakah masih pantas seseorang pendosa sepertinya untuk beribadah disana?
"I-iya Mi, nanti Abang nyusul. Kalian duluan aja." Panggilan itu terputus seketika, yang membuat Ailen menghela nafas lega.
Yang ada dipikiran Ailen sekarang hanyalah Lia, bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Ailen yakin Lia sangat terpuruk sekarang. Ia harus mencari gadis itu dan menyelesaikan semuanya.
"Kenapa Tuhan ga nyiptain cewe kaya lo di dalam agama gue Li?"
****
Lia berjalan tak tentu arah, kakinya yang sudah tergores akibat terus terusan bergesekan dengan aspal. Bajunya yang masih menggunakan baju basket. Dan wajah gadis itu yang masih tampak acak acakan. Lia tau ini salah, tapi ia tidak bisa menghindar. Ia terjerumus ke dalam yang namanya nafsu semata.
Ia terduduk di pinggir jalan yang tampak sepi, ia menunduk tak berani mendongak. Air matanya kembali menetes begitu saja. Sekarang ia tidak lebih dari seorang gadis hina. Lia meremas perutnya, pikiran pikiran buruk itu terus saja menghantuinya.
"Ailen jahat! Dia ga mikirin nasib gue!" ujarnya sambil terus memukul mukul kepalanya.
"G-gue harus gimana sekarang?"
"B-bunda Lia harus gimana sekarang? Lia udah ga suci lagi, gimana kalo Ailen ga mau tanggung jawab? Lia harus gimana bunda." Lia kembali menangis mengingat bagaimana sedihnya film yang ia tonton tempo hari, bagaimana brengseknya seorang laki laki. Dan sedihnya hidup seorang gadis yang hamil di luar nikah.
"Apa Lia bakal ngerasain nasib yang sama?"
"Lia takut, orang orang bakal benci Lia nanti."
"G-gimana kalo nanti Lia hamil?"
_Off Baperan_
Pendek yah? Otak aku mentok soalnya
595•14•05•21
ꜱᴀʏᴀ, ᴘᴀᴄᴀʀɴʏᴀ ᴇɴꜱɪᴛɪ
KAMU SEDANG MEMBACA
AIIQELLA||TAMAT||
Любовные романы❝𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧.❞" Tentang dia yang berbuat akan tetapi enggan bertanggung jawab. Tentang dia yang berjanji untuk sehidup semati tetapi mengkhianati. Tentang dia yang...