"Kamu hanya fiksi semata, namun sialnya aku mencintaimu secara nyata."
_A U T H O R_"Len," panggil Lia pelan, Ailen yang sedang memainkan game di handphonenya lantas menoleh.
"Kenapa mama?" tanya Ailen manja.
Lia geli sendiri mendengarnya, mungkin karena belum terbiasa. "Nanti sore gue latihan basket yah?" mohon Lia.
Ailen segera meletakkan handphonenya di sofa, dan menatap Lia. Menggeleng kukuh setelahnya. "Enggak, ga boleh."
"Yah, Ailen ma ga seru." Lia tampak murung dan mengembungkan pipinya, Ailen gemas sendiri.
Ailen yang tadinya berbaring di sofa, dan menjadikan paha Lia sebagai bantalnya, langsung terduduk.
Ailen menarik narik pipi Lia yang menggembung, Lia semakin cemberut dibuatnya. "Lia sayang, ga boleh ngelawan sama majikan. Nanti kalo anak kita kenapa napa gimana?"
Lia menggeleng kukuh. "Enggak kenapa napa kok, janji mainnya ga loncat loncat."
"Ga loncat pala lo! Terus mau masukin bola ke ring nya gimana? Salto lo?" Ailen memasang wajah yang sangat menyebalkan, Lia semakin kesal di buatnya.
"Mati sana!"
"Ututu babunya rentenir gila marah yah? Sini sini cium bibir dulu." Lia langsung menepuk wajah Ailen yang sialnya sangat menyebalkan. "Pulang lo!"
"Kan belum jam dua, masih sore ini." Lia berdiri dari duduknya, sudah terlanjur kesal melihat Ailen yang akhir akhir ini semakin menguji nyali.
"Kemana ngab?" tanya Ailen.
"Mau sholat, kenapa? Mau di-sholatin lo?!" Ailen bergidik ngeri dan kembali memainkan handphonenya.
"Gini amat punya cewe."
__🧡💜
"Kamu lagi ngapain yang." Ailen yang baru datang dari ruang tv pun langsung menghampiri Lia yah sedang memasak mie instan.
"Punya mata kan?" tanya Lia datar.
"Punya."
"Liat makanya!" Ailen mengusap wajahnya, gini amat kalo cewe lagi hamil muda. Bawaannya pengen marah marah mulu.
"Yang, maaf."
"Enggak."
Ailen mendekat dan memeluk Lia dari belakang, Lia langsung menghempaskan tangan Ailen di perutnya. Ailen tetep keukeh memeluk Lia. "Lepas, atau air panas ke muka?"
Ailen langsung melepas pelukannya, dan berdiri di samping Lia. Memperlihatkan gigi ratanya pada Lia, cengar cengir tidak jelas.
Lia memakan mie nya di meja makan, Ailen masih beta berdiri di samping kursinya. "Nagi utang lo?" tanya Lia tidak suka.
Ailen tersenyum hangat dan duduk di kursi samping Lia. "Yang, mau," rengek Ailen manja sambil menopang wajahnya memandang wajah Lia yang sedari tadi sudah emosi.
"Masak sendiri!"
"Ga bisa."
"Manja!"
"Dahlah gue pulang aja." Ailen berniat ingin pulang, ia pikir Lia akan menghalanginya dan memeluknya dari belakang. Namun nyatanya? Gadis itu hanya acuh dan memakan dengan khidmat mie nya. Bahkan kini satu kakinya sudah naik ke atas kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIIQELLA||TAMAT||
Lãng mạn❝𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧.❞" Tentang dia yang berbuat akan tetapi enggan bertanggung jawab. Tentang dia yang berjanji untuk sehidup semati tetapi mengkhianati. Tentang dia yang...