"Putusi pacarmu dan jadilah pacarku."
_A L F I N_Rentenir gila💚
siap siap, dandan yng cantik
nanti gw jemput. jgn pke baju
yng terbuka bngt. Nanti bnyk
Yng liat.jgn pake riasan tebel, nanti dkra
Gw ngajak tante Tante. Klo lo
Burik gw give away entraku otw ma😘😘😘😘😘😘😘😘😘
Lia tertawa sekilas, lalu kembali melempar asal handphonenya. Ia sudah bersiap siap sejak pagi tadi, mereka berencana akan pergi ke pantai.
Lia menggunakan dress selutut yang berwarna hitam. Tubuhnya yang ramping sangat cocok menggunakan dress itu, apalagi perutnya yang masih terlihat datar.
"Cantik banget gue," ujar Lia memuji dirinya sendiri di depan cermin.
Lia berputar di depan cermin memamerkan dress barunya hasil jual ginjal Ailen. "Gilak, gue cantik banget ternyata make dress ini, ga sia sia gue jual ginjalnya."
"Aduh ini gimana yah, gue takut semua cowo cowo jatuh cinta karena kecantikan gue." Lia terkekeh sendiri, ia hanya menggunakan riasan tipis, tapi karena emang udah cantik dari sononya, yah gitu.
Lia berjalan menuju pintu apartemen karena mendengarkan suara orang yang sedang membuka pintu. Lia terpaku melihat penampilan Ailen, jeans biru, kaos hitam, jaket denim yang membalut tubuh kekarnya, tak lupa gelang hitam yang mendominasi.
Ailen tersenyum dan berjalan ke arah Lia. Mengecup sekilas bibir merah mudanya. Lia memukul lengan Ailen karena kesal. "Kebiasaan banget!"
"Salah sendiri kenapa bibirnya candu banget." Lia tak menghiraukan ucapan Ailen dan segera mengambil tasnya.
"Cantik banget masa depan gue," beo Ailen kala Lia pergi mengambil tasnya.
"Aii, ayuk!" Lia menarik tangan Ailen kala laki laki itu sibuk memainkan handphonenya.
Ailen mengangguk dan menggenggam tangan Lia, mengiring perempuan itu untuk pergi bersamanya.
"Ga usah cemberut gitu, burik tau enggak," bisik Ailen di telinga Lia.
_____
Keduanya telah sampai di sebuah pantai, Lia langsung berlari ke pinggir pantai. Jujur tidak ada tempat yang Lia sukai kecuali pantai. Karena itu tampak sangat menyenangkan.
"Yang jangan lari lari, entar salto jungkir balik!" peringat Ailen kala Lia berlari tanpa mengenakan sandal.
"Ngajak anak monyet keluar kandang yah gini," beo Ailen karena melihat Lia yang sudah duduk di hamparan pasir pantai.
"Gilak Aii! Cantik banget langitnya!" Lia menunjuk langit sore yang sangat indah itu. Ailen menggeleng, Lia menoleh dan menatap kesal laki laki itu. Orang langitnya cantik banget kok. " Lo buta yah! Itu cantik banget tolol!"
Ailen kembali menggeleng. "Enggak lah, kan yang cantik cuma kamu." Pipi Lia bersemu seketika, sialan Ailen sedang menggodanya sekarang.
"Sa ae karung goni!" Ailen tertawa dan merangkul Lia. Ailen menunjuk salah satu tempat di ujung sana, terlihat banyak sekali anak kecil yang sedang membangun istana pasir. "Yang inget tempat itu enggak?" Lia menoleh ke arah yang Ailen tunjuk.
"Inget, tempat pertama kali gue ketemu bocah sombong." Ailen tertawa, ia masih ingat sekali bagaimana wajah songong Lia kala ia pertama kali menghampirinya dulu.
"Tapi lo emang udah songong dari kecil yah," ujar Ailen tiba tiba yang membuat Lia tertawa, memang benar adanya.
"Gue inget banget awal pertemuan kita, gue emang udah ngerasain cinta pandangan pertama sih," ujar Ailen yang terus saja merangkul Lia.
"Cinta pandangan pertama mata mu!"
"Beneran yang, gue kan dulu lagi iseng pengen gangguin orang, eh ketemu elo, lagi sendiri. Biasanya nih yah, dulu pas kita masih bocil. Kalo ada cewe cewe yang ngeliat kita pasti langsung diajak kenalan, lah elo? Dicuekin gue nya." Lia tersenyum lebar menatap Ailen.
"Karena lo bukan tipe gue." Ailen terkekeh, seperti biasa menarik telinga Lia.
"Katanya sih ga tipe, tapi ngeliat gue disenyumin sama cewe lain aja, cemburu." Lia menggeleng, bukannya cemburu nih yah. Cuma sekarang tuh Ailen udah jadi hak miliknya, jadi ga boleh di ambil sama orang lain.
"Mana gelangnya?" tanya Ailen karena Lia tak memakai gelang couple mereka.
"Gelang apa?" tanya Lia.
Ailen menunjukkan gelang tangan yang ia gunakan, tertera gambar mahkota dan bacaan VOLKAS disana, ini adalah gelang pemberian Lia dulu, sampe sekarang masih di pake Ailen.
"Ini gelang ayah kan?" tanya Lia antuasias. Ailen mengangguk. "Gue kirain udah ilang."
Ailen menggeleng gelengkan kepalanya. "Kan elu ngasih gue tolol."
"Gue lupa banget."
"Gue sempet khawatir banget waktu itu, gue kira ilang."
"Enggak yang, sama gue."
"Nanti kalo anak kita di masa depan kembar, warisin gelang ini ke mereka berdua," ujar Ailen yang diangguki Lia.
"Lia." Lia menoleh kala Ailen memanggilnya.
"Kenapa?" tanya Lia.
"Gue sayang banget sama lo, sama kakak juga." Lia tertawa, bahkan Ailen selalu mengatakan hal yang sama, tak perlu di beritahukan lagi, Lia sudah tau itu.
"Gue nya enggak," balas Lia bercanda. Ailen gemas dan memeluk erat Lia dari samping. "Biarin yang penting gue nya sayang."
"Lo sayang gue, gue sayang Alfin," balas Lia bercanda, Ailen tambah gemas dan memeluk Lia kian erat.
"Aii lepasin!"
"Gamau."
"Ih aii lepasin!" rengek Lia lagi, Ailen tidak menghiraukannya dan kembali memeluk erat Lia.
"Bilang sayang dulu."
"Enggak."
"Yaudah, enggak juga." Ailen semakin gencar memeluk Lia, tak jarang laki laki itu menggigit lengannya. Bisa mati mendadak Lia kalo dibiarkan begini.
"Aii sakit!"
"Biarin."
"Bilang sayang dulu," rengek Ailen sambil mendusel dusel kepalanya di lengan Lia.
"Enggak."
"Iya! Iya! Gue sayang sama lo," putus Lia yang membuat Ailen tersenyum, Ailen melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar menatap Lia.
"Gue nya enggak."
"Sialan lo! Mati sana!"
"Nanti ah matinya, kita kan belum buat kakak junior." Tolong tenggelamkan Ailen sekarang juga, semakin lama Lia semaki esmosi melihatnya.
_Off Baperan_
885•30•05•21
ꜱᴀʏᴀ, ᴘᴀᴄᴀʀɴʏᴀ ᴇɴꜱɪᴛɪ
KAMU SEDANG MEMBACA
AIIQELLA||TAMAT||
Romansa❝𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧.❞" Tentang dia yang berbuat akan tetapi enggan bertanggung jawab. Tentang dia yang berjanji untuk sehidup semati tetapi mengkhianati. Tentang dia yang...