"Mencintaimu itu bagaikan berjalan di tumpukan jerami, menyakitkan."
_V I O R A_"Ailen! Baju lo balikin dulu!" teriak Lia dari luar, Ailen sedang mandi. Sudah jadi kebiasaan Ailen kalo mandi baju ga pernah di balikin.
Itu celana dalam, tergulung gulung aja, ga malu emang. "Iya!"
"Jangan iya iya doang! Balikin!" teriak Lia lagi, Ailen tak mendengarnya karena suara air di kamar mandi yang sangat kencang.
Lia berjalan menuju meja makan, menyiapkan sarapan berupa roti bakar dengan slai. Tak lama, Ailen datang dengan mengenakan kaos dan celana jeans hitam. Ailen tersenyum, duduk di hadapan Lia.
"Pagi, mbak," ujar Ailen bercanda.
"Sore, mas," balas Lia.
"Aii mau kemana? Udah rapih gitu." Lia juriga, pagi pagi udah rapih banget, padahalkan ini hari Minggu. Ailen memang menginap disini sekarang, tapi mereka tidak satu kamar.
"Gereja, Lia." Lia terdiam sesaat, ia jadi lupa. Bahwa Ailen harus menjalankan ibadahnya terhadap Tuhannya.
"E-eh iya lupa."
Ailen menghabiskan roti bakarnya, dan meminum segelas susu yang dibuatkan oleh Lia. "Susu kamu mana?" tanya Ailen karena tidak melihat susu bumil untuk Lia.
"Ga enak," ujar Lia jujur.
Ailen berdiri dari duduknya, ia mengambil susu bumil di atas lemari, dan membuatkan susu itu untuk Lia. Ailen memberikannya pada Lia, tapi Lia menolaknya begitu saja.
"Ga enak Aii." Lia menolak kala Ailen memberikan susunya. Ailen duduk di kursi sebelah Lia, mengelus puncak kepalanya dengan sayang, Ailen tersenyum hangat. "Lia harus minum susunya, kasian kakak, dia laper."
Lia bukannya di buat buat, ia memang kurang menyukai susu itu. "Tapi ga enak Aii."
Ailen harus memiliki seribu cara agar bisa membuat Lia meminum susunya. "Aku minum setengah, nanti kamu setengah. Gimana?"
Lia tampak berpikir, kasian juga sih Lia liatnya. "Kamu duluan, nanti aku minum juga."
Ailen terpaksa meminum susu ibu hamil, Ailen jadi was was sendiri, jangan sampai ia hamil karena meminum susu ini.
Ailen meneguknya sebanyak tiga kali. Memberikan susu itu pada Lia, dengan amat terpaksa Lia meminumnya. "Ga boleh di muntahin."
"Tuh kan, enak."
"Enak apanya! Enek!" Ailen tersenyum dan mencubit bibi chubby Lia. "Pinter banget."
Ailen menyambar kunci motor di atas lemari, memakai jaketnya. Pada saat ingin pergi Ailen berbalik lagi. "Mau nitip ga?" tawar Ailen.
Lia mengangguk antusias. "Kecuali seblak tapi," lanjutnya yang membuat Lia terlihat tidak bergairah.
Kan baru mau bilang nitip seblak. "Mie ayam aja yah?" tawar Ailen yang terpaksa di angguki Lia.
🌚🌚🌚🌚
Setelah selesai dengan ibadahnya, Ailen pulang ke rumah. Tak lupa membelikan pesanan Lia, ternyata mamang mie ayamnya lagi cuti. Lia kalo ga mamang langganan ga mau makan.
Ailen berniat membelikan Lia ice cream saja, apalagi cuaca panas, jadi mendukung.
Ailen masuk ke salah satu kedai khusus ice cream, memesankan satu cup ice cream rasa vanilla kesukaan Lia.
Ailen duduk di salah satu bangku kedai, karena penglihatan yang cukup tajam, Ailen dapat melihat di meja seberang sana ada Aizah dan Alfin. Tu dua bocah udah jadian apa gimana?
Ailen duduk di kursi samping mereka, sengaja menutup wajahnya dengan buku menu, Ailen tu kepo mereka sedang berbicara apa.
Ailen mendengarkan ucapan mereka dengan khidmat. Sejauh ini sih hanya bahas masalah basket saja, tapi tunggu bentar. Ini kok jadi bahas bahas Lia?
"Lo terlalu cepet nyebarinnya Fin!" ujar Aizah kesal, Ailen tidak mengerti arah pembicaraan mereka. Tapi ia masih saja kukuh untuk mendengarkannya.
"Gue udah ga tahan, semakin lama mereka semakin lengket," ujar Alfin tidak mau salah, toh benar Ailen dan Lia memang semakin hari semakin lengket.
"Tapi kita belum ngajak anak anak lain, tanggung banget Fin, gue tu mau dia hancur sekaligus!" Alfin tersenyum dan memegang tangan Aizah. Jujur Ailen benar benar muak melihat kedua orang ini.
"Lo tenang aja Jak, kita sama anak anak udah nyusun segalanya. Lo jangan takut, lo aman." Aizah tidak sepenuhnya yakin pada ucapan Alfin, tapi ia juga tidak mau meragukan ucapan laki laki itu.
"Pokoknya Lo harus hancurin dia di hari istimewanya!" ujar Aizah penuh penekanan. Alfin mengangguk, itu sangat mudah baginya.
"Aman Jak, sabaran dikit, lo bakal menang di akhir." Aizah tersenyum layaknya iblis, tidak lama lagi impian emasnya bisa terwujudkan.
Ailen yang mendengarkannya agak kurang paham, ini yang mau dicelakain siapa?
"Lo harus celakain anaknya juga!" ujar Aizah lagi yang bisa didengarkan oleh Ailen
Ailen terdiam sesaat, anak? Jangan bilang jika mereka ingin mencelakakan Lia dan anaknya?
Begitu kan?
Ailen paham sekarang, bahwa dalang dari semua ini adalah Aizah dan Alfin. Tapi yang masalah di sekolah kemarin itu murnih salah Alfin.
Dari sini Ailen sadar, bahkan sahabat terdekatlah yang menghancurkan.
_Off Baperan_
743•30•05•21
ꜱᴀʏᴀ, ᴘᴀᴄᴀʀɴʏᴀ ᴇɴꜱɪᴛɪ
KAMU SEDANG MEMBACA
AIIQELLA||TAMAT||
Romance❝𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐤𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧.❞" Tentang dia yang berbuat akan tetapi enggan bertanggung jawab. Tentang dia yang berjanji untuk sehidup semati tetapi mengkhianati. Tentang dia yang...