7. Jeffreyan

1.5K 353 142
                                    

Males sebenernya, komennya pada ga semangat gitu hehehe. Padahal asem udah double up lhooo...

Apa udh pada gak suka ya?
.
.
.
.
.

Kirana membanting pintu ruangannya dengan keras lalu berbaring di brankarnya. Wanita itu juga menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Emosinya saat ini sungguh kacau setelah mendengar perkataan Jeffreyan di ruang tari tadi. Kini Kirana tidak ingin bertemu siapapun, termasuk Jeffreyan. Dia ingin memiliki waktu sendiri, namun Jeffreyan tidak membiarkannya karena pria itu khawatir jika Kirana akan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa. Alhasil Jeffreyan masuk ke dalam ruangan Kirana dengan mengendap-ngendap. Jeffreyan turut berjinjit agar Kirana tak mendengar langkah kakinya. "Keluar, aku tahu kamu masuk ke ruangan aku," ujar Kirana dari balik selimut.

Jeffreyan terbelalak. Lalu dia menghela napas panjang karena telah ketahuan Kirana. Jeffreyan akhirnya kembali berjalan normal dan mendekati Kirana yang berbaring memunggunginya. "Aku gak akan kemana-mana. Aku mau di sini, temenin kamu," kata Jeffreyan.

Kirana menyingkap selimutnya dan berbalik menghadap Jeffreyan. Wanita itu menatap Jeffreyan tajam. "Jangan sekali-kali kamu bilang kalau kamu itu Jeffreyan. Kamu Jaehyun. Kamu suami aku Mas. Aku gak kenal sama Jeffreyan."

Jeffreyan tersenyum tipis. Dia menarik kursi dan duduk di samping brankar Kirana. "Iya, aku Jaehyun. Maaf kalau ucapan aku tadi nyakitin hati kamu. Ya?"

"Aku maafin, tapi kamu harus janji jangan ulangi hal kayak tadi lagi."

Jeffreyan menyodorkan jari kelingkingnya. Dia mengajak Kirana untuk membuat janji kelingking. "Janji," ucap Jeffreyan.

Kirana mengangkat kedua sudut bibirnya. Dia menyambut hangat jari Jeffreyan. Tatapan keduanya lalu bertemu. Lagi, Jeffreyan merasakan debaran aneh setiap kali dirinya menatap tepat di manik Kirana. Gelombang yang tidak bisa Jeffreyan definisikan tersebut semakin kuat kala wajah Kirana mendekat pada wajahnya. Hembusan napas hangat Kirana yang menerpa wajah si dokter, membuat perut Jeffreyan tergelitik seperti dihinggapi ribuan kupu-kupu. Reflek pria itu memejamkan mata, menunggu apa yang akan dilakukan Kirana. "Dokter Jeffreyan?" Mata Jeffreyan kembali terbuka. Dia melihat Kirana yang kini sudah menjauh dari wajahnya.

"Dok?" Jeffreyan menoleh ke belakang, seorang perawat baru saja memanggilnya.

"Y-ya?"

"Maaf menganggu waktunya. Tapi dokter dipanggil sama dokter Hari di ruangannya," kata si perawat memberitahu.

"Oh iya. Terimakasih, saya kesana sekarang." Jeffreyan berdiri. Dia menggaruk tengkuknya  yang tak gatal sembari menatap Kirana dengan gugup. "K-kirana, aku mau keluar sebentar ya."

Kirana hanya diam, tak merespon ucapan Jeffreyan.

"Ran?" panggil Jeffreyan lagi.

"Aku benci nama Jeffreyan," kata Kirana akhirnya. "Aku muak denger nama itu Mas."

Jantung Jeffreyan rasanya mencelos mendengar perkataan Kirana. Hatinya terasa begitu sakit. Jeffreyan sendiri tak mengerti bagaimana dirinya bisa seperti ini. Padahal bukan hanya satu atau dua kali Jeffreyan menghadapi pasien yang mengira dirinya orang lain, bahkan sering. Tapi baru Kirana yang mampu membuat Jeffreyan merasakan sakit karena hal tersebut.

Jeffreyan berusaha menunjukkan senyumnya pada Kirana. "Maaf ya. Lain kali aku bakal bilangin ke yang lain untuk gak panggil aku Jeffreyan lagi." Setelahnya Jeffreyan pergi, meninggalkan Kirana sendirian. Sampai hari sudah malam, Jeffreyan tidak kunjung kembali ke ruangan Kirana, membuat wanita itu khawatir dan gelisah. Jason yang malam ini mendapat giliran untuk menjaga Kirana karena dirinya sudah tidak lagi di Solo dan sudah bekerja di perusahaan Rendra, menatap bingung sang Kakak yang terus mundar mandir di dalam ruangan.

Remind Me (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang