45. Khai

1.8K 335 97
                                    

SIANG!!! JANGAN LUPA KOMENNYA!!!
.
.
.
.
.

"Gue duluan Bang yang ngambil," ujar Kala.

"Gue duluan yang dateng ke sini," sahut Kin.

"Tapi tangan gue nempel duluan di es krimnya!"

"Tangan gue yang buka kulkas. Jauhin tangan lo gak dari es krim gue?!"

"Abang, Mas Kala, kalian tuh bisa gak sehari aja jangan ribut kalau ketemu?" Sambil mengusap-ngusap perutnya yang terasa sedikit kencang, Kirana menghampiri kedua putranya yang sedang meributkan sesuatu di depan kulkas. Dilihatnya tangan Kin dan Kala sedang memegang bersamaan sebungkus es krim rasa coklat. "Cuma karena es krim doang ributnya?" tanya Kirana.

"Mas duluan lho Mam yang ambil," kata Kala. Dia dan Jinan sudah berada di Jakarta sejak tiga hari yang lalu karena libur sekolah keduanya telah tiba, bertepatan dengan kandungan Kirana yang sudah menginjak bulan ke sembilan, dan menurut perkiraan dokter, minggu depan Kirana akan melahirkan. Hanya perkiraan. Tapi Kirana berdoa semoga perkiraan itu tak meleset karena dia sudah tak sabar untuk memeluk putri kecilnya.

"Abang duluan yang buka kulkasnya," balas Kin tak mau kalah.

"Udah buat gue aja." Bulan yang entah sejak kapan datang ke rumah Jeffreyan, tiba-tiba saja merebut es krim coklat tersebut dari Kala dan Kin lalu memakannya tanpa memikirkan perasaan kedua sepupunya yang sejak tadi sudah bertengkar memperebutkan es krim yang tinggal satu-satunya.

Kirana menggeleng seraya terkekeh pelan melihat tingkah Bulan. Sedangkan Kala dan Kin menatap sinis si gadis. "Kenapa ngeliatinnya gitu banget?" tanya Bulan.

"Gue yang capek ribut sama Kala, malah lo yang makan es krimnya. Dasar Kak Sabit!" sungut Kin.

"Bulan anjir nama gue!" balas Bulan.

"Udah ah, kalian berdua kalau mau makan es krim beli aja sana ke minimarket. Sekalian beli buat stok, jangan coklat semua. Beli yang vanila juga buat Ayah sama Jinan," titah Kirana.

"Duitnya?" tanya Kala seraya menyodorkan tangannya.

"Di kamar. Ada Ayah di sana, minta Ayah buat ambilin uangnya di dompet Mama."

"Tunggu Mam, kita perginya naik apa? Kan kita dilarang bawa motor," tanya Kin dengan maksud tersembunyi. Mengenai motor baru itu, Jeffreyan tak menjual motor ninja tersebut seperti keinginan Kirana. Dia menyimpannya di garasi untuk digunakan anak-anaknya kelak saat berumur tujuh belas tahun.

"Ada sepeda di garasi, gak usah sampai berpikiran Mama bakal ngizinin kamu bawa motor. Kakak aja butuh waktu enam minggu buat sembuh bener."

Kin berdecak pelan. "Iya iya. Ayo lah Kal, ajak Jinan sekalian."

"Gue ikut dong," pinta Bulan.

"Ngapain? Lo kan udah makan es krimnya," kata Kin.

"Mau lagi hehe."

"Dasar maruk!"

Setelah anak-anaknya pergi, Kirana masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai satu sejak minggu lalu. Jeffreyan memiliki pemikiran yang sama seperti Jaehyun dulu ketika Kirana sudah hamil tua. Jeffreyan tidak ingin Kirana naik turun tangga karena menurutnya sedikit berbahaya, dirinya takut jika Kirana akan terpeleset atau terjatuh saat menuruni atau menaikki anak tangga. Ketika masuk ke dalam kamar, Kirana melihat Jeffreyan yang baru keluar dari kamar mandi. Pria itu tersenyum begitu tatapan keduanya bertemu. Jeffreyan menghampiri Kirana dan mengecup bibir istrinya sekilas. "Hem bau gosong, pasti habis ngomelin anak-anak," kata Jeffreyan yang langsung mendapat pukulan di bahunya dari sang istri. Jeffreyan tertawa. "Bercanda sayang. Kamu mana pernah bau sih?"

Remind Me (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang