23. Ayah

1.7K 373 113
                                    

SELAMAT SOREEEE
.
.
.
.
.

Kirana menghela napasnya berat saat melihat kondisi wajah Kin dan Kala yang babak belur karena keduanya yang sempat adu tinju. Kini Kirana, Jeffreyan, beserta anak-anak mereka termasuk Jihan yang sudah bangun sedang berkumpul di dalam kamar Kirana. Kin berdiri di dekat pintu kamar, sedangkan Kala di dekat jendela. Keduanya saling berjauhan dan enggan menatap satu sama lain, membuat Kirana mengusap wajahnya kasar. "Kalian kenapa sih? Apa yang salah sampai bikin kalian berdua ribut gini?" tanya Kirana tak mengerti.

"Salah karena Mama bawa anak itu kesini," ujar Kin seraya menunjuk Kala dengan dagunya.

"Siapa juga yang mau kesini? Gue kalau bukan karena Kakek yang maksa, gue gak akan mau dateng kesini dan gabung sama keluarga lo," sahut Kala tak mau kalah.

Emosi Kin kembali memuncak saat mendengar jawaban dari Kala. Dia bersiap untuk menghampiri adiknya dan melayangkan tinjuan yang lebih keras lagi dari sebelumnya, berharap Kala tidak akan pernah sadarkan diri setelahnya. Tetapi dengan cepat Jeffreyan menahan tubuh Kin. "Sabar Bang, jangan apa-apa main fisik," kata Jeffreyan tenang. Pria itu lalu mengalihkan pandangannya pada Kala. "Kala, kamu juga bagian dari keluarga ini. Kamu anak Mama sama Ayah."

"Udah aku bilang kan? Ayah gak usah ikut campur," kata Kala.

"Kala cukup!" Kirana melerai. Dia tak tahan dengan sikap yang Kala tunjukkan pada Jeffreyan sejak tadi. "Kamu bisa kan gak ngomong gitu sama Ayah kamu? Walaupun Ayah bukan orang tua kandung kamu, tapi kamu harus hargain Ayah Kal. Ayah yang bakal jagain kita setelah Papa meninggal, Ayah yang bakal ngasih kamu perhatian yang sebelumnya gak pernah kamu dapetin dari almarhum Papa. Jadi ngomongnya yang sopan. Bisa?"

"Ran, udah gak apa-apa," ujar Jeffreyan.

"Gak Mas, Kala udah keterlaluan. Kalau gak aku giniin, dia bisa ngelakuin hal yang lebih gak sopan lagi," kata Kirana. "Kalanka, sekarang minta maaf sama Ayah," titahnya.

Kala hanya diam, tak memperdulikan permintaan Kirana.

"Kala, please turutin Mama," ujar Jihan.

"Kal." Jinan ikut mendesak. Dia tak bisa membela Kala karena kembarannya tersebut memang salah. Kala salah karena telah bersikap tidak sopan pada Jeffreyan.

Kin berdecih. "Lo gak diajarin sopan santun sama Nenek lo?"

"Kin kamu juga diem," ujar Kirana.

"Lo sendiri diajarin sopan santun gak di sini?" tanya Kala yang ditujukan pada Kin. "Mam, asal Mama tahu ya, Abang duluan yang ngata-ngatain Nenek. Aku jelas gak terima, Abang gak tahu gimana Nenek yang ngerawat aku selama ini."

"Lo sendiri ngatain Mama! Lo bilang Mama penyebab Papa meninggal, lo bilang Mama bakal bunuh lo kalau Nenek gak bawa lo. Mikir pakai otak, kalau Mama emang pembunuh, gue sama Kak Jihan pasti udah gak ada di dunia ini. Dan Mama gak bakal susah-susah perjuangin lo sama Jinan. Lo gak tahu kan kalau waktu Mama hamil lo, Papa sempat minta Mama buat gugurin kandungannya?" Air mata Kirana menetes mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut Kin. Dia baru tahu jika Kala juga turut menuduhnya seperti Nindya mengenai kematian Jaehyun, dan Kirana juga baru tahu bahwa ternyata Kin mengetahui peristiwa belasan tahun silam, di mana Jaehyun sempat meminta Kirana untuk menggugurkan kandungannya. "Tahu apa yang Mama lakuin buat lo sama Jinan ketika Papa minta hal tersebut? Mama nampar Papa, cuma karena Mama lebih memilih kalian. Mama yang nyelamatin hidup kalian! Bukan Nenek!"

Remind Me (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang