35. Rumah Mertua

1.4K 338 79
                                    

Mengandung bulan gosong
.
.
.
.
.

Bosan.

Kirana benar-benar bosan seharian ini, tidak ada Jeffreyan atau anak-anaknya yang menemaninya. Mereka semua disibukkan dengan aktivitas masing-masing, Jeffreyan di rumah sakit, Jihan bekerja, Kin bersekolah, dan si kembar berada di Solo. Ingin rasanya Kirana mengerjakan sesuatu untuk mengusir rasa bosannya, tapi rasa malasnya mengalahkan segalanya. Alhasil Kirana hanya bermalas-malasan di kasur dengan laptop yang menyala, memutar sebuah film romantis yang berasal dari negeri gingseng, Korea Selatan. Meski filmnya ringan, tetapi Kirana tidak terlalu memahaminya karena pikirannya yang tidak fokus. Pikiran wanita itu berkelana kesana kemari, bukan memikirkan hal yang berat, tetapi Kirana sedang memikirkan dan membayangkan, betapa nikmatnya memakan rujak serut buatan Ralin di siang yang terik ini. Meski kandungannya sudah menginjak bulan ke lima, tetapi Kirana masih sering mengidam sesuatu dan morning sickness yang di alaminya belum benar-benar menghilang.

Setelah mengumpulkan niat, Kirana memutuskan untuk pergi ke rumah orang tuanya dengan menyetir mobil sendiri. Sebelumnya dia sudah mengabarkan Jeffreyan dan anak-anaknya melalui grup chat keluarga jika dirinya berada di rumah orang tuanya. Ketika sampai, Kirana melihat Ralin sedang menggendong anak kedua Kiara dan Kenio yang baru berusia satu tahun yaitu Ben, sedangkan Kakak Ben, Alicia yang dua tahun lebih muda dari Kala dan Jinan, sedang menggambar di ruang keluarga. Kiara dan Kenio biasa menitipkan anak-anak mereka pada Ralin ketika sedang bekerja. Kiara khawatir jika dirinya menitipkan anak-anaknya ke baby sitter, akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Mama." Kirana mengecup bergantian pipi Ralin dan Ben.

"Kesini sendiri?" tanya Ralin.

"Iya, masa aku ajak Mas Rey? Belum pulang dia," kata Kirana. "Eh Ma, bikinin aku rujak serut dong. Kayaknya seger banget siang-siang gini makan rujak."

"Ampun deh Ran, Mama males bikinnya. Beli aja ya yang depan pengkolan itu, biar Mama minta Pak Dawin yang beliin." Pak Dawin, supir keluarga Rendra.

Kirana menggeleng. "Aku maunya yang dibikin sama Mama. Ayo dong Ma, cucu Mama nih yang mau. Ben biar sama aku sini." Kirana mengambil alih Ben dari Ralin, membuat wanita paruh baya itu tak bisa berkutik dan akhirnya membuatkan rujak yang Kirana inginkan. Setelah membeli buah dan bahan-bahan yang diperlukan, Ralin mulai meracik sambal rujaknya. "Cabenya yang banyak," celetuk Kirana dari belakang sang Mama.

"Digetok Jeffreyan tahu rasa kamu Ran. Dua aja, gak usah banyak-banyak."

"Enam! Enam aja Ma."

"Tiga, nawar lagi gak jadi Mama buatin."

Kirana mendengkus. "Mama mirip banget sama Mas Rey. Apa-apa ditawar."

Ralin terkekeh pelan mendengar keluhan putrinya. "Udah Bennya kamu taruh aja di baby walker, gak pegel gendong-gendong terus?"

"Pegel sih." Kirana menaruh Ben di baby walkernya. Dia menjaga keponakannya di ruang keluarga sambil menunggu rujak serut buatan Ralin selesai dibuat. "Cia lagi gambar apa?" tanya Kirana pada Alicia.

"Aku lagi gambar adik bayinya aunty Kirana." Alicia menunjukkan hasil gambarnya pada Kirana, membuat sang Tante tersenyum setelah melihatnya. Alicia menggambar seorang bayi dengan pita merah muda di kepalanya.

"Perempuan?" tanya Kirana.

Alicia mengangguk. "Aku yakin, adiknya Mamas kembar pasti perempuan."

Remind Me (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang