44. Jual Motor Lagi

1.4K 322 75
                                    

JAM 00.00 ADA YANG BACA GAK YA?!
.
.
.
.
.

Mendengar kabar yang disampaikan Zidan, Kirana dan Jeffreyan terkejut bukan main. Keduanya bergegas mengganti pakaian dan bersiap pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Jihan. Jeffreyan sempat melarang Kirana, meminta istrinya untuk tetap di rumah, mengingat hari sudah malam dan kondisi Kirana yang sedang hamil besar. Tapi sebagai seorang ibu, Kirana merasa tidak bisa duduk diam saja di rumah tanpa melihat langsung bagaimana keadaan putrinya yang baru saja mengalami kecelakaan mobil, ditambah Kirana memiliki sifat yang sedikit keras kepala, jadi larangan Jeffreyanpun tak diperdulikannya. "Mam, pakai jaketnya dulu." Jeffreyan menahan tangan Kirana yang terburu-buru keluar kamar. Pria itu memakaikan Kirana jaket jeans miliknya. Jeffreyan mengusap pundak sang istri. "Tenang ya, Kakak pasti baik-baik aja. Kamu jangan tegang gitu, nanti perutnya kenceng bisa sakit."

Begitu Kirana dan Jeffreyan keluar kamar, mereka berpapasan dengan Kin. "Mama sama Ayah mau kemana?" tanya Kin, melihat kedua orang tuanya yang sepertinya akan pergi ke suatu tempat.

"Kak Jihan kecelakaan, sekarang ada di rumah sakit," kata Jeffreyan.

"Hah kok bisa?!" tanya Kin kaget.

"Mas ayo cepetan," ujar Kirana.

"Mam aku ikut ya," pinta Kin yang hanya dibalas anggukan Kirana. Ketiganya pergi ke rumah sakit yang sudah diberitahukan Zidan sebelumnya. Baru saja Jeffreyan akan menanyakan mengenai Jihan ke resepsionis, dirinya, Kin, dan Kirana melihat Jihan sedang duduk di kursi roda yang di dorong oleh Zidan. Tangan gadis itu nampak di gips, dan kemeja putih yang dipakai Jihan terdapat sedikit noda darah. Kirana dengan cepat menghampiri putrinya, disusul Kin dan Jeffreyan.

"Kakak gak apa-apa?" tanya Kirana dengan raut wajah khawatir.

"Lho Mama kok di sini?" Jihan sama sekali tidak menyangka dengan kedatangan Kirana ke rumah sakit. Karena dirinya sudah berniat untuk tidak memberitahukan keluarganya perihal kecelakaan yang baru saja menimpanya. Bahkan sesaat setelah kecelakaan itu terjadi, alih-alih menghubungi orang tuanya, Jihan justru menghubungi Zidan karena dia tidak ingin membuat keluarganya, terutama Kirana yang sedang mengandung khawatir dan akhirnya menjadi beban pikiran untuk sang mama. Jihan juga telah mengajak Zidan untuk bekerja sama agar tak memberitahukan kabar ini pada Kirana atau Jeffreyan, tetapi sepertinya kekasihnya itu tak bisa diajak kerja sama. Jihan melemparkan tatapan sinis pada Zidan. "Kamu ya yang kasih tahu Mama?" tanya Jihan pada sang kekasih.

"Orang tua kamu emang harus tahu Yang," balas Zidan.

"Jadi kalau Zidan gak ngasih tahu Mama, kamu gak bakalan ngasih tahu Mama Han?" tanya Kirana. "Kamu tuh kenapa sih? Dari dulu Mama udah sering bilang, kalau ada apa-apa tuh kabarin Mama. Bagus Mama selalu nitip pesan ke Zidan supaya ngabarin terus soal kamu karena kebiasaan jelek kamu itu yang gak pernah mau terbuka ke Mama."

"Ran, sabar." Jeffreyan mencoba menenangkan Kirana. Dia tahu istrinya sedang dipenuhi kekhawatiran akan si sulung. "Sekarang kondisi kamu gimana Kak?" tanya Jeffreyan.

"Tangan kanan aku patah Yah, gak terlalu serius sih, sama ini lecet di dagu. Tapi kata dokter aku gak perlu rawat inap, ini mau pulang," jelas Jihan.

"Gak serius gimana? Orang di gips gitu kok. Coba ceritain gimana kronologinya kamu bisa kecelakaan," pinta Kirana.

"Jadi ada mobil sedan dari arah berlawanan yang nyalip mobil truk gitu. Aku gak tahu deh itu orang yang bawa mobil ngantuk apa gimana, aku udah klakson supaya dia gak nyalip, tapi tetep aja di terobos. Alhasil gini, aku ditabrak yang bikin mobil Papa rusak. Maafin aku ya Mam, bikin barang peninggalan Papa sampai rusak gitu. Aku udah minta Zidan buat bawa mobilnya ke bengkel tadi."

Remind Me (END✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang