Happy Reading...
Memandang langit memang selalu menyenangkan, langit malam yang sudah dihiasi banyak bintang sungguhlah sangat indah.
"Kenapa di sini? Dingin, nanti masuk angin." Ujar Irene sembari berdiri di samping Seokjin di teras.
"Tidak ada, hanya memandang langit."
Irene mengikuti arah pandang Seokjin, "Wah, langit sungguh indah malam ini." Irene berdecak kagum.
Seokjin tersenyum dan mengalihkan pandangannya menatap Irene. "Kau juga indah, malam ini." Goda Seokjin.
Irene tersipu malu, "Gombal." Jawab Irene.
"Aku serius."
"Kau pikir itu mempan padaku?"
"Tapi pipimu memerah." Seokjin semakin gencar menggoda Irene.
"Kau ini." Irene langsung menyembunyikan wajahnya.
"Hahaha, aku bercanda." Seokjin terkekeh.
Seokjin memeluk Irene dari belakang, "Kau lihat kan bintang di atas sana?" Tanya Seokjin.
"Humm, kenapa?"
"Mereka indah, jika berada di langit yang gelap, coba saja mereka ada di siang hari, apa akan terlihat?"
"Tentu saja tidak." Jawab Irene.
"Begitu juga aku, hidupku selama ini terlalu gelap, makanya aku bersyukur kau datang untuk menghiasinya dengan keindahan, kau adalah bintang yang menghiasi gelapku." Ujar Seokjin lembut.
Irene tersenyum, "Dan aku adalah bintang yang paling beruntung di dunia ini, karena bisa menghiasi kegelapan malammu."
Seokjin balas tersenyum, "Kita tidak tahu endingnya, apakah itu baik, atau justru buruk. Tapi, apa kau mau berjanji padaku?"
"Berjanji apa?"
"Tidak peduli bagaimana akhirnya, kuharap kau selalu bahagia, jangan gentar untuk melepasku jika kau terluka, jangan gentar untuk membenciku lagi saat kau sudah tidak sanggup menahannya. Ketahuilah satu hal, aku akan dengan tulus pergi jika itu untuk kebahagiaanmu."
"Aku tidak bisa berjanji."
"Kenapa?"
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu dengan alasan apapun, kau tahu? Aku bahkan rela terluka ribuan kali, asal kau tetap bersamaku, jadi jangan berharap aku untuk berjanji."
"Irene..."
"Tidak Kim Seokjin."
"Tapi..."
"Kau? Apa kau mau berjanji seperti itu juga kalau aku suruh?"
Seokjin diam.
"Tidak bukan?" Lanjut Irene.
"Tapi, kalau kita tidak saling melepas jika kita terluka, maka lukanya akan semakin dalam."
"Dari pada menghindari luka, kenapa tidak sama-sama saja menghadapinya? Kita bisa Seokjin, kita bisa asal bersama-sama."
"Tapi aku takut... Aku tidak percaya diri, dan aku tidak percaya diriku sendiri... Aku takut lebih menyakitimu."
"Kim Seokjin, walaupun kau tidak bisa percaya dirimu sendiri, tapi aku percaya padamu, aku mempercayaimu sepenuhnya, aku yakin, pilihanku tidak salah, orang yang aku pilih adalah orang yang paling tepat diantara banyaknya pilihan yang ada, jadi kau jangan berpikir yang tidak-tidak."
Seokjin menatap manik teduh istrinya "Terimakasih karena telah mau mempercayaiku." Seokjin menunduk.
"Kau tadi bicara apa dengan Jinyoung?" Selidik Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDY (END)
FanfictionAku memang menginginkan jalan keluar. hanya ada satu jalan keluar, tapi... Apa jalan keluar satu-satunya ini justru menyesatkanku?