Happy reading...
Jarum jam berlalu dengan sangat cepat, sudah jam 12 malam, namun Joohyun belum juga terlihat batang hidungnya di dalam rumah besar milik Seokjin. Seokjin dari tadi belum tidur, tidak tahu mengapa hatinya gelisah memikirkan seorang gadis yang paling dia benci belum pulang juga ke rumah, apalagi itu kesalahannya.
Namun Seokjin tetaplah Seokjin, egonya lebih tinggi, sangat sulit untuk mengakui kalau dia khawatir.
"Tidak mungkin kan dia nyasar? Seharusnya dia sudah pulang dari 2 jam yang lalu, apa aku lapor polisi saja?" Gumam Seokjin.
"Aku kenapa sih? Terserah padanya mau nyasar atau tidak, apa peduliku? Lagipula siapa yang menyuruhnya keluar dari mobil?" Lanjut Seokjin kembali berdiri dari duduknya, dan tanpa sadar tubuhnya bergerak menuju pintu utama.
"Tapi, kalau dia hilang, bagaimana aku bisa balas dendam?" Seokjin membuka pintu utamanya dan melihat langit yang sudah sangat gelap.
"Sudah sangat larut. Apa tidak apa-apa, seorang gadis masih berada di luar?" Pikir Seokjin lagi.
"Ini sudah tidak benar, kenapa aku harus memikirkannya?"
"Oh iya, inikan bagian dari rencanaku, aku tidak ingin dengan hilangnya dia merusak rencanaku. Tidak... Itu tidak boleh terjadi..."
(Bilang khawatir aja apa susahnya sih? 😌)
"Aku harus mencarinya, iya ini demi menyukseskan rencanaku bukan? Haha, iya... Tidak ada alasan lain selain itu." Ucap Seokjin kemudian masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil kunci mobil.
Seokjin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mana tahu di jalan dia bertemu dengan Irene.
..........
Irene terlihat kebingungan untuk tinggal di mana, dia sudah hampir dua jam berada di luar minimarket yang kebetulan buka selama 24 jam.
"Harusnya aku membawa tas ku tadi sebelum kabur, mana uang dan ponselku ada di dalam sana..." Sesal Irene.
Irene duduk dengan menyandarkan kepalanya di atas meja.
"Malang sekali nasibmu Irene. Harus sekali ya kamu lapar di saat seperti ini?" Gumam Irene.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Irene.
"Mohon maaf mbak, di sini tidak aman untuk gadis seperti mbak tinggal sendirian, bahaya Mbak, Mbak harus pulang ke rumah." Ucap penjaga minimarket.
Irene mengangguk.
"Terimakasih mas." Jawab Irene.
Irene kemudian beranjak pergi.
"Aku harus ke mana? Apa harus kembali ke rumah itu lagi?" Irene sangat gundah.
"Tapi ini kesempatanku untuk kabur, kalau aku kembali, sama saja aku mengaku kalah padanya. Tidak tidak, tidak boleh, aku harus bertahan sampai kapanpun."
Irene berjalan menyusuri jalan yang hanya diterangi oleh lampu jalan saja, malam ini langit sepi karena bintang hanya terlihat satu atau dua saja, tidak banyak.
"Bahkan langit saja kesepian..." Ujar Irene sambil menengadahkan wajahnya ke atas langit.
Irene kemudian berjalan menuju halte bus, duduk menyandarkan kepalanya di sana..
"Aku harus ke mana? Tidak ada tempat di dunia ini yang mau menjadi rumahku..."
Irene menundukkan kepalanya frustasi.
"Apa aku menginap di sini saja malam ini? Tapi dingin sekali..."
Semesta masih saja sangat jahat pada Irene. Sudah dingin yang mampu menembus gaun tak terlalu tebal Irene, sekarang malah turun hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDY (END)
FanfictionAku memang menginginkan jalan keluar. hanya ada satu jalan keluar, tapi... Apa jalan keluar satu-satunya ini justru menyesatkanku?