Happy reading...
Hari berganti, dan Irene bertekad untuk mulai menyelidiki kasus ibunya, tentu saja tanpa sepengatahuan Seokjin.
Seokjin makan makanannya dalam diam, Irene juga cuek saja, tidak ada pembicaraan sama sekali, sampai Irene selesai dengan makanannya dan hendak meletakkan bekas piringnya di dalam wastafel.
"Hmm... Tuan Seokjin, apa hari ini anda akan ke kantor?" Tanya Irene formal.
Seokjin memicingkan matanya.
"Tuan?" Tanya Seokjin memperjelas.
Irene mengangguk.
"Iya... saya kan pelayan di sini, jadi kurang sopan kalau saya memanggil nama anda, jadi mulai sekarang dan seterusnya saya akan memanggil anda tuan."
"Tidak." Tolak Seokjin.
"Kenapa?"
"Panggil seperti biasanya saja."
"Iya tapi kenapa?"
"Kau itu kan istriku! Mana bisa memanggilku tuan." Ucap Seokjin tanpa sadar.
Ada perasaan aneh di hati Irene mendengar pengakuan Seokjin tentangnya.
Seokjin yang baru tersadar, langsung meralat ucapannya.
"Eh... Maksudku... Orang-orang kan tahunya kau itu istriku, bagaimana bisa memanggilku tuan? Nanti orang mengira aku memaksamu menikahiku lagi. Tidak, tidak."
"Kan kenyataannya kau memang memaksaku?!" Kesal Irene.
Seokjin berjalan mendekati Irene, tangannya mulai merengkuh pinggang Irene, jarak wajahnya dan Irene sangat dekat, membuat detak jantung keduanya tidak normal seperti biasanya.
*Perasaan aneh...
"Aku tidak pernah memaksamu, tapi aku membelimu, ayahmu telah menjualmu kepadaku!"
Irene meremas erat telapak tangannya. Sakit hatinya muncul seketika setelah mendengar ucapan Seokjin.
Kemudian, sebelah kaki Irene terangkat dan menginjak kaki Seokjin dengan sangat kuat.
"Rasakan!"
Seokjin meringis kesakitan, dan Irene segera bergegas berlari.
"Lain kali, kau belajar lagi bagaimana cara menghargai orang lain!" Ucap Irene lantang dan segera pergi ke kamarnya.
"Sial!" Umpat Seokjin.
Di dalam kamarnya, Irene mengacak kasar rambut dan wajahnya.
"Lihat saja, akan aku buktikan kalau ibuku tidak bersalah! Orang-orang sepertimu, nanti akan memohon permintaan maaf dariku, dan lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu saat hari itu tiba." Ucap Irene dengan sinar mata yang penuh amarah.
Seokjin menatap pintu kamar Irene sangat lama, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, namun dia tidak mau berlarut, kemudian diapun pergi dengan tas jinjing kantornya.
"Apapun ini, aku tidak mengerti maknanya, yang ku tahu, ini semua harus berakhir, walaupun baik atau buruk hasilnya nanti, aku akan menerimanya." Batin Seok Jin
________
Irene turun ke lantai bawah, dia mencari-cari keberadaan Seokjin, dan sedetik kemudian senyum merekah di bibir ranum gadis itu, dia tidak melihat sosok yang paling dia benci, Kim Seokjin.
"Syukurlah orang itu sudah pergi." Ucap Irene dan segera bergegas ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Di atas meja makan, Irene melihat sebuah note dan ada uang juga di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/238949288-288-k243664.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDY (END)
FanfictionAku memang menginginkan jalan keluar. hanya ada satu jalan keluar, tapi... Apa jalan keluar satu-satunya ini justru menyesatkanku?