Happy reading...
Seokjin segera melajukan mobilnya secepat yang ia bisa, entah kenapa setelah Irene memberitahukan bahwa ada tamunya di rumah, perasaannya menjadi tidak enak.
"Apa Hyung sudah datang?" Gumam Seokjin gusar.
"Semoga dia belum menjalankan rencananya."
Seokjin tidak memperhatikan lampu merah yang sedang menyala, ini pertama kalinya Seokjin melanggar rambu lalu lintas, semua orang tahu betapa taatnya Seokjin terhadap aturan, namun hari ini semua batasannya ia langgar, untuk apa? Apakah untuk seorang wanita yang ingin ia balaskan dendam, atau justru sudah ada arti lain wanita itu di dalam hati dingin seorang Kim Seokjin? Entahlah tidak ada yang tahu, bahkan Seokjin sendiri tak tahu apa yang sedang ia lakukan.
Seokjin sudah sampai di depan pekarangan rumahnya, dia memarkirkan mobilnya dengan asal dan segera bergegas masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah Seokjin mendapati Irene sedang tertawa bersama seorang yang sangat ia kenal.
"Kim Seokjin? Kau sudah datang? Ini dia tamumu, dia lucu sekali." Ucap Irene masih tidak berhenti tertawa.
Orang itu membungkuk singkat pada Seokjin.
"Abai?" Bingung Seokjin.
"Hai Hyung, hehe."
"Kenapa kau di sini?" Tanya Seokjin.
"Aku disuruh Hyung tertua untuk mengantarkan barangnya ke sini, nanti malam dia akan datang, dia sedang ada urusan di luar." Jawab Seokbai.
"Tunggu... Dia siapa Seokjin? Kau tidak mau mengenalkannya kepadaku?" Tanya Irene tiba-tiba.
"Dia Seokbai." Jawab singkat Seokjin.
"Iya, kalau itu aku juga tahu, maksudku, dia siapanya kamu?"
"Dia supir hyungku. Nanti malam Hyungku akan ke sini, dia akan menginap di sini beberapa bulan." Jawab Seokjin.
"Benarkah? Kenapa tidak bilang kalau kau supir?" Kesal Irene.
"Kau tidak bertanya noona, lagipula kau pasti mengira aku rekan bisnis jin Hyung kan? Atau saudara kembar jin Hyung? Aku tahu aku setampan itu." Jawab Seokbai.
Seokjin memutar bola matanya malas, dan Irene hanya bisa tertawa.
"Apa itu lucu?" Cibir Seokjin.
"Lucu sekali, kalau dipikir-pikir, dia memang mirip denganmu Seokjin, hahaha."
"Matamu rabun atau bagaimana? Bagaimana bisa kecebong ini kau samakan denganku?"
"Wah, tega sekali kau Hyung, aku ini saudara kembarmu, seluruh dunia juga tahu itu."
"Iya, dalam dunia yang kau buat sendiri."
Irene lagi-lagi tertawa. Seokbai cemberut.
"Hyung... Aku lapar.." rengek Seokbai.
"Kalau lapar pergi sana pulang dan makan di rumahmu."
"Aku ingin makan masakanmu Hyung... Aku kan baru kembali ke sini setelah berapa lama, kau tidak merindukanku ya?"
"Huh... Dasar manja... Ayo, aku masakkan."
Irene melongo dengan jawaban Seokjin, bagaimana bisa seorang Kim Seokjin bisa luluh oleh seorang abai, yang notabenenya adalah supirnya sendiri? Irene tak habis pikir.
"Apa hari ini kau yang akan memasak?" Tanya Irene.
"Hmm." Jawab singkat Seokjin.
"Baiklah, kalau begitu aku boleh istirahat di kamar kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDY (END)
FanfictionAku memang menginginkan jalan keluar. hanya ada satu jalan keluar, tapi... Apa jalan keluar satu-satunya ini justru menyesatkanku?