Chapter 17

464 86 20
                                    

Happy reading...

Malam semakin larut, Seokjin masih berkutat dengan berkas yang sejak tadi ia pandangi tanpa niat untuk mengerjakan. Pikirannya melayang entah kemana, perkataan adiknya tadi sukses membuat ia berpikir tentang menata kembali hidupnya.

Tapi tetap saja, jawaban yang selalu hatinya berikan adalah penyesalan. Dia menyesal setiap kali ingin menata kembali hidupnya, ia merasa tidak pantas untuk bahagia, disaat Irene entah bahagia atau tidak di luar sana.

Seokjin belum bisa tenang, jika belum mengetahui keadaan Irene.

"Tapi... Apa dengan hidup begini, aku jadi menyusahkan orang lain?" Satu kalimat yang Seokjin ucapkan tanpa sadar.

Seokjin mengambil tas kerjanya sembari membuka laci meja, mengambil kunci mobil yang sudah lama tak ia sentuh, hampir sebulan ini, Seokjin tidak pernah beranjak dari ruangannya, di setiap ada meeting, abai yang selalu menggantikannya. Seokjin semakin sadar, kalau ia sudah menyusahkan banyak orang.

Seokjin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, hingga ia sampai di rumah mewah yang sebenarnya tidak sanggup ia masuki lagi, terlalu banyak kenangan pahit di dalam sana.

Seokjin masuk ke dalam rumah, dan bayang-bayang Irene yang muncul pertama kali di benaknya. Hal inilah yang menyebabkan Seokjin tidak ingin pulang ke rumah. Tapi ia sadar, ia juga tidak bisa egois lagi, ada adiknya Yeri yang juga membutuhkan perhatiannya.

"Oppa? Kau pulang?" Teriak Yeri yang terlihat sangat bahagia melihat kepulangan kakaknya.

Seokjin memasang sebuah senyum, "Mungkin ini pilihan terbaik." Gumam Seokjin lalu memeluk adiknya itu dengan erat.

~~~

Besoknya, Seokjin mulai kembali menata hidupnya, bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang-orang disekitarnya. Sebenarnya, Seokjin sudah bertekad untuk terlihat baik-baik saja di depan semua orang, dan akan menyiksa dirinya sendiri saat tidak ada orang di sekitarnya.

Bukankah terlihat pura-pura bahagia lebih menyakitkan?

~~~

"Nona, selamat, perundingan berhasil, dan besok nona sudah bisa bekerja." Ujar Seulgi, sekretaris Joohyun.

"Bagus Seul, kamu bisa pergi." Jawab Joohyun sembari menyunggingkan sebuah senyum.

Sepeninggalan Seulgi, Joohyun kembali berpikir, "Apa ini benar?" Namun iya langsung menepis pemikiran itu.

"Jangan gunakan hatimu Joohyun-ah, hatimu akan selalu membuatmu terluka, ingat itu." Ucap Joohyun pada dirinya sendiri.

~~~

Di lain tempat, Seokjin terlihat sangat berbeda, dia menyapa semua orang dengan sangat ramah, Yoongi yang hari itu berkunjung ke kantor Seokjin hanya menatap miris sahabatnya itu, karena ia tahu bahwa Seokjin hanya pura-pura.

"Kau baik?" Sapa Yoongi sesaat setelah ia memasuki ruangan Seokjin.

Seokjin yang ternyata sedang termenung sontak saja kaget mendengar suara Yoongi.

Seokjin tersenyum, "Tentu, hari ini cerah ya Yoon, hehe." Jawab Seokjin.

"Cerah dari mananya? Kau bahkan tidak membuka tirai jendelanya." Ujar Yoongi sembari membuka tirai jendela ruangan Seokjin.

Seokjin tersenyum kikuk, "Kenapa kau ke sini Yoon?"

"Besok ada rapat bersama klien baru kan?"

"Entahlah, dari mana kau bisa tahu?"

"Tadi Abai menghubungiku, katanya dia tidak bisa datang besok, jadi dia menyuruhku untuk menggantikannya, makanya aku ke sini untuk menanyakan apa yang harus aku lakukan." Jelas Yoongi.

REMEDY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang