Bagian 3

5.8K 983 128
                                    

"Apakah aku mengganggumu?"

Aku mendongakkan kepalaku, menatap lelaki yang baru saja bicara. Lagi dan lagi, lelaki yang memperkenalkan namanya sebagai Cedric Diggory itu muncul di hadapanku.

Cedric tersenyum menatapku, dan dia duduk di sebelahku tanpa di persilahkan.

"Malas menjawab atau tidak bisa berbicara?" tanyanya santai. Tapi aku mendengar nada mengejek di akhir.

"Malas,"

Cedric sekarang tersenyum penuh kemenangan karena aku mau menjawabnya, dan dia melanjutkan dengan tak percaya. "Ternyata yang sering di bicarakan anak-anak tidak benar..."

"Lalu apa urusannya dengan kau?" kataku dingin.

"Tidak ada urusan. Tapi aku penasaran, kau belum menjawab pertanyaanku tadi pagi. Siapa namamu?" sekarang kepala Cedric benar-benar memutar sepenuhnya ke arahku.

"Jika aku menjawab, maukah kau pergi dari sini?"

"Tidak janji. Tapi bisa dipikirkan," katanya meledek.

"[Name] Cullen."

"Apa?"

"Itu adalah namaku,"

"Nama yang bagus, seperti orangnya," kata Cedric lembut.

Semua manusia di sini benar-benar aneh. Aku bergumam dalam hati. Sejujurnya memang seperti itu, mereka mengatakan apa yang mereka inginkan tanpa harus di pikir terlebih dahulu. Contohnya Harry Potter beberapa menit yang lalu.

"Cedric Diggory." Dia mengulurkan tangannya.

"Pergi." usirku singkat.

Cedric kembali menarik tangannya dengan muka sedih. Ada sedikit rasa iba di dalam hatiku, aku benar-benar tidak berniat jahat, aku sangat ingin memiliki teman tapi mengingat siapa diriku, rasanya itu hal yang tidak mungkin.

"Kau boleh tetap disini," kataku akhirnya.

"Tapi kenapa kau tidak mau menerima uluran tanganku?"

"Diam atau pergi."

Sudah kubilang aku tidak berniat jahat, tapi mengapa manusia selalu merasa penasaran terhadap orang lain? Ini adalah hal yang tidak aku sukai ketika ada orang yang mulai mengenalku. Menanyakan tentang diriku, kepribadianku, dan ujung-ujungnya bertanya tentang keluargaku.

"Baiklah," kata Cedric pasrah. Dia mengambil batu di hadapannya dan melemparnya sembarang arah.

Aku sempat tertegun, kenapa aku baru menyadarinya? Dia mirip sekali dengan orang yang paling kusayangi di dunia ini.

"Kau yakin itu adalah wajah aslimu?" tanyaku.

Cedric menoleh dengan alis terangkat, lalu tertawa. "Apa maksudmu? Tentu saja ini wajah asliku."

"Aku tidak bercanda,"

"Menurutmu aku bercanda?" kata Cedric serius. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak—hanya saja kau terlalu mirip dengan seseorang, hanya tatapan mata kalian yang berbeda," kataku jujur.

"Siapa?" dia bertanya penasaran.

"Ayahku, Edward."

Mata Cedric berbinar, entahlah, mungkin dia senang karena aku mengatakan dia mirip dengan ayahku.

"Kalau begitu kau boleh melihat wajahku terus," katanya.

"Kenapa?"

"Kalau benar wajahku mirip dengan ayahmu, kau boleh terus melihatku, agar aku bisa menjadi ayah dari anak-anak kita."

A Silent Girl [X Hogwarts Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang