Sebuah letusan keras membuat [Name] spontan menutup matanya. Dia menunggu beberapa saat, karena tidak terjadi apapun, dengan bingung dia kembali membuka matanya, dan mengangkat tongkatnya, tapi penyihir di hadapannya segera terjatuh ke depan, Carrow menabrak lantai sedemikian keras sampai-sampai kaca-kaca di rak buku bergemerincing.
"Aku belum pernah memingsankan orang kecuali dalam pelajaran DA kita," kata Luna, terdengar agak tertarik. "Lebih berisik dari yang kuduga."
Seluruh barang dan langit-langit mulai bergetar. Langkah kaki bergegas, bergema, terdengar lebih keras di balik pintu menuju asrama; mantra Luna membangunkan para
murid Ravenclaw yang tidur di lantai atas.[Name] langsung menarik Luna, bersembunyi di belakang patung Rowena Ravenclaw saat pintu terbuka dan sebarisan anak Ravenclaw, semua dalam pakaian tidur, membanjiri Ruang Rekreasi.
"Kita akan ketahuan," bisik Luna.
"Tidak akan, aku sudah membuat mereka semua tidak bisa melihat kita," [Name] merapatkan tubuh keduanya, membawa tubuh Luna ikut masuk ke dalam jubahnya yang besar.
Ada yang menahan napas, ada yang menjerit, terkejut saat melihat Alecto tergeletak tak sadarkan diri. Pelan-pelan, takut-takut mereka mengelilingi Alecto, seperti seekor binatang buas yang bisa bangun kapan saja dan menyerang mereka.
Lalu seorang anak kelas satu, kecil tapi pemberani maju mendekati Alecto, menusuk punggung Alecto dengan jari kakinya. "Kukira dia sudah mati!" teriak anak itu kegirangan.
"Oh, lihat," bisik Luna gembira, saat para anak Ravenclaw mengerumuni Alecto, "mereka senang!"
"Yeah," gumam [Name] sambil tersenyum miring.
Terdengar ketukan di pintu Ruang Rekreasi dan tiap murid Ravenclaw membeku. Dari sisi yang lain [Name] mendengar suara halus seperti nyanyian, yang dikeluarkan oleh elang pengetuk pintu: "Ke manakah perginya barang-barang yang menghilang?"
"Ga tau, ‘napa? Diam!" geram suara kasar yang [Name] kenal sebagai Amycus, saudara laki-laki Carrow, "Alecto? Alecto? Kau disitu? Kau sudah menangkapnya? Buka pintunya!"
Para Ravenclaw berbisik-bisik sesama mereka, ketakutan. Lalu tanpa peringatan, serangkaian ledakan keras datang, seakan seseorang sedang menembaki pintu.
"ALECTO! Kalau dia datang, dan kita belum menangkap Potter—"
"Mereka mengira aku Harry," [Name] berkata pada Luna.
"—kau mau bernasib sama seperti Malfoy? JAWAB!" Amycus berteriak, mengguncang pintu sekuat dia bisa, tapi tetap saja tak terbuka.
Anak-anak Ravenclaw mundur, karena takut sampai ada yang melarikan diri lewat tangga ke ruang tidur. Saat [Name] sedang mempertimbangkan apakah dia sebaiknya membuka pintu saja dan Memingsankan Amycus sebelum Pelahap Maut itu dapat melakukan hal lain, ternyata sedetik kemudian sebuah suara yang paling dikenalnya terdengar dari balik pintu.
"Boleh kutahu apa yang sedang Anda lakukan, Profesor Carrow?"
"Mencoba—melewati—pintu—terkutuk ini!" teriak Amycus. "Pergi dan cari Flitwick! Suruh dia buka ini, sekarang!"
"Tapi bukankah saudarimu di dalam?" kata Profesor McGonagall, "bukankah Profesor Flitwick mengijinkannya masuk tadi, atas
permintaanmu yang mendesak? Mungkin dia bisa membukakan pintu untukmu? Sehingga kau tidak perlu membangunkan setengah kastil.""Dia tidak menjawab, kau sapu tua! Kau yang buka kalau begitu! Lakukan, sekarang!"
"Tentu saja, bila kau menginginkannya," kata Profesor McGonagall sangat dingin. Dia mengetuk dengan santun, dan suara beralun itu bertanya lagi, "Ke manakah perginya barang-barang yang hilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Girl [X Hogwarts Boy]
Vampire❛𝗶'𝗺 𝗻𝗼𝘁 𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗻𝗴𝗲𝗿, 𝗶'𝗺 𝘁𝗵𝗲 𝗱𝗮𝗻𝗴𝗲𝗿.❜ •• HARRY POTTER AND TWILIGHT CAST IN ONE UNIVERSE [𝗔𝗹𝘂𝗿 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝗯𝘂𝗸𝘂──Me do not own any of J.K. Rowling and Stephenie Meyer characters...] © amandazalianty, 18 May 2021