"Ada apa Cullen?" suara Profesor Tofty terdengar di telinganya. Beberapa anak memekik kaget dengan gerakannya yang tiba-tiba.
"Harry, apa kamu baik-baik saja?" kata [Name] sambil menegakkan tubuh lelaki itu kembali ke bangkunya.
Harry memegangi lukanya. "Luka-ku sakit [Name], apa yang harus kulakukan..."
"Penglihatan?" bisik [Name] pelan dan Harry membalasnya dengan anggukan.
"Potter, kamu harus ke Hospital Wings," kata Profesor Tofty yang sudah mengambil alih Harry membuat [Name] bergerak menjauh.
"Aku tidak akan pergi... aku tidak butuh sayap rumah sakit... aku tidak mau," Dia sedang meracau selagi mencoba melepaskan diri dari Profesor Tofty.
"A-ku baik-baik saja, sir," Harry tergagap, sambil menyeka keringat dari wajahnya. "Benar... aku cuma tertidur... dapat mimpi buruk..."
"Tekanan ujian!" kata penyihir pria tua itu dengan bersimpati, sambil menepuk bahu Harry dengan gemetaran. "Hal itu terjadi, anak muda, terjadi! Sekarang, minum air yang menyejukkan, dan mungkin kamu akan siap kembali ke Aula Besar? Ujian hampir usai, tapi kamu mungkin bisa menyelesaikan jawaban terakhirmu dengan baik?"
"Ya," kata Harry dengan liar. "Maksudku... tidak... aku sudah melakukan melakukan sejauh yang kubisa, kukira..."
"Sangat bagus, sangat bagus," kata penyihir tua itu. "Aku akan mengumpulkan kertas ujianmu dan kusarankan kamu pergi dan berbaring."
"Saya akan melakukannya, terima kasih banyak," kata Harry sambil mengangguk penuh semangat. "Tapi aku butuh Cullen untuk menemaniku,"Profesor Tofty menoleh ke arah [Name] yang masih berdiri memperhatikan mereka. "Apa kamu sudah menyelesaikan ujianmu, Cullen?"
"Sudah Profesor," kata [Name] cepat.
"Kau yakin dengan jawabanmu?"
[Name] mengangguk. "Aku sudah belajar mati-matian untuk ujian ini,"
"Baiklah, kamu boleh menemani Mr. Potter," kata Profesor Tofty.
"Terima kasih Profesor," [Name] dan Harry membungkuk sopan kemudian keluar dari sana dengan langkah besar.
"Apa yang kamu lihat Harry?" bisik [Name].
"Sirius dalam bahaya [Name]!" teriak Harry saat mereka menepi di tengah koridor yang sepi. "Voldemort ingin membunuhnya, dia menyuruh Sirius mengambil benda itu. Benda yang kamu lihat di mimpimu!"
"Kalau itu benar apa yang akan kamu lakukan?" tanya [Name].
"Menolongnya tentu saja!" Harry berkata dengan marah. "Bantu aku [Name], aku tidak tahu harus mengatakannya pada siapa, hanya kamu yang—"
Air mata Harry turun bercucuran dan [Name] langsung menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. "Aku akan membantumu Harry, tenanglah. Sekarang tunggu Ron dan Hermione, lalu kita akan pikirkan langkah selanjutnya,"
Bel berdering tepat saat itu dan kegaduhan biasa dari murid-murid yang mulai membanjir keluar ke koridor-koridor di atas dan di bawah mereka. Harry tidak bergerak, dia masih setia memeluk tubuh [Name]. Dengan posisi mereka yang seperti itu membuat beberapa anak menatap mereka dengan aneh. Cedric yang baru keluar kelasnya bersama para kelas tujuh lain sempat memberinya tatapan tajam, tapi [Name] langsung mengalihkan pandangannya dan menarik Harry mundur agar tak tertabrak oleh kerumunan yang semakin besar.
"Harry!" kata Hermione ketika dia dan Ron bergegas ke arah mereka, sambil terlihat sangat ketakutan. "Apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu sakit?"
"Kenapa kamu?" tuntut Ron.
[Name] memberikan isyarat mereka untuk diam. Dia memberikan gerakan mulut yang berarti 'penglihatan' kepada keduanya. Hermione yang langsung paham segera membisiki kata itu kepada Ron.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silent Girl [X Hogwarts Boy]
Vampire❛𝗶'𝗺 𝗻𝗼𝘁 𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗻𝗴𝗲𝗿, 𝗶'𝗺 𝘁𝗵𝗲 𝗱𝗮𝗻𝗴𝗲𝗿.❜ •• HARRY POTTER AND TWILIGHT CAST IN ONE UNIVERSE [𝗔𝗹𝘂𝗿 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝗯𝘂𝗸𝘂──Me do not own any of J.K. Rowling and Stephenie Meyer characters...] © amandazalianty, 18 May 2021