Jeno dan Hyunjin hanya diam saja selama perjalanan menuju ruang konseling. Keduanya tak berniat mengobrol meski terkadang Hyunjin dan Jeno sering mengobrol. Oke, mungkin keadaan saat ini kurang tepat untuk berbincang, karena mereka dalam masalah saat ini.
Sesampainya di ruang konseling, Bu Jiah mempersilahkan Hyunjin dan Jeno duduk di sofa yang sudah tersedia. Hyunjin pun langsung duduk, sedangkan Jeno masih berdiri dan memikirkan kenapa Bu Jiah semudah itu mempersilahkan anak bermasalah duduk di sofa kramat ruang konseling.
"Duduk, Jen.." kata Bu Jiah begitu ia menyadari bahwa Jeno masih berdiri di belakang sofa.
"Emm, bu? Bukannya Ibu mau ngehukum kita?" tanya Jeno.
"Gak. Kali ini Ibu bebasin kalian. Ibu mau ngobrol sama kalian, dan ini ada kaitannya dengan Asahi juga Ryujin." Mendengar perkataan Bu Jiah, Jeno langsung bergerak cepat dan duduk manis di sofa yang sudah ada Hyunjin di situ.
"Kenapa emangnya bu? Asahi Ryujin? Kenapa bu?" tanya Jeno tidak sabaran.
"Sabar ngapa, Jen..." celetuk Hyunjin.
"Ibu ngomong singkatnya aja. Ibu pengen kalian jangan terlibat antara Ryujin maupun Asahi. Mereka berdua berbahaya." singkat dan jelas, namun Hyunjin dan Jeno masih perlu waktu untuk mengelola perkataan Bu Jiah.
"Tapi kenapa bu? Tadi itu kita spontan juga karena Ryujin langsung di tonjok gitu aja bu!! Kita temen sekelas masa iya gak bela?" ujar Hyunjin.
"Ya kalian juga gak salah kok soal ngebela temen kalian. Tapi ibu cuma ngasih tau kalian aja, dan Ibu juga gak tau kenapa. Ibu cuma pengen kalian untuk jaga jarak dengan Ryujin dan Asahi. Terutama Asahi. Kalian usahain untuk menjauh darinya sesegera mungkin."
Jeno dan Hyunjin bersantai di rooftop sekolah. Keduanya menikmati angin sepoi-sepoi, tak peduli pelajaran soal hari ini, mereka justru lebih memedulikan Ryujin. Iya Ryujin. Memikirkan seorang Ryujin, terlintas di pikiran Hyunjin, kenapa Jeno ikut menghajar Asahi disaat Ryujin diserang oleh Asahi.
"Jen.."
"Apaan?"
"Kok lu ikut hajar Asahi tadi?" tanya Hyunjin yang mulai sewot.
"Lah emang kenapa kalo gue nyoba ngebela juga ngelindungin temen gue? Salah ya?" jawab Jeno dengan santai.
Keduanya tak berbicara lagi, hingga Jeno menanyakan hal lainnya, barulah pembicaraan ini terasa hidup.
"Lu pasti ngira gue ikut ngebantai Asahi karena gue ada rasa ama Ryujin gitu?" dan Hyunjin seketika mengangguk.
"Hadeehh tolol, gue udah punya Siyeon, ngapain gue ambil juga Ryujin yang jelas punya lu?" ujar Jeno.
"Ya kan takutnya aja. Ryujin is mine, no one can steal her heart from me.." kata Hyunjin sambil tersenyum kecil.
"Dumbass,.." celetuk Jeno.
"Sadar diri sinting," celetuk balik Hyunjin.
Membicarakan gadis masing-masing, Jeno akui ia sudah lama tak bertemu Siyeon. Gadis itu terakhir terlihat April lalu. Sesaat, terlintas perasaan bersalah oleh Jeno karena pada bulan itu adalah bulan, where Jeno and Siyeon had a long journey in their bed..
Ambil saja kemungkinan terburuknya, membuat kepala Jeno terasa berputar.
"Siyeon? Where are you have been?" gumam Jeno.
Sudah 4 bulan, Siyeon tak masuk sekolah. Semenjak terakhir kali ia berhubungan dengan Jeno, Siyeon merasakan hal-hal aneh di tubuhnya, dan benar saja ia hamil karena berhubungan yang terakhir kali itu. Siyeon merasa senang juga takut, tapi tak ada niat baginya untuk menggugurkan kandungannya. Karena ini adalah anak dari lelaki yang ia cintai.
Namun, 4 bulan sudah Jeno tak menemuinya. Apakah Jeno takut menemui Siyeon karena kemungkinan besar bahwa Siyeon sudah hamil anaknya?
"Jeno, i miss you.."
Tiba-tiba saja Siyeon merasa lapar. Wajar saja ia lapar, karena sudah 3 hari ia tidak makan. Tidak, lebih tepatnya ia makan, namun harus dimuntahkan lagi karena rasa mual yang hebat. Rasa mual itu karena kehamilannya yang masih muda, dan terkadang rasa itu cukup mengganggunya.
Siyeon pun memilih keluar rumah karena ia tak pernah memasokkan makanan. Lagipula apa gunanya menyimpan makanan yang akan ia muntahkan lagi.
Keluar dari rumahnya, Siyeon hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk sampai di minimarket dekat rumahnya. Belum sampai ia di minimarket, mata Siyeon menangkap sosok yang perawakannya mirip Jeno. Perlu waktu beberapa detik bagi Siyeon untuk menyadari bahwa sosok itu memanglah Jung Jeno. Mulai sadar bahwa sosok itu Jeno, Siyeon pun tersenyum senang, hingga ada seorang gadis muda yang tengah hamil datang menyusul dimana Jeno berdiri.
"Itu Jeno kan? Tapi siapa di belakangnya?"
Samar-samar namun perlahan sosok gadis itu terlihat jelas bagi Siyeon. Sosok itu ialah Karina Yoo. Dia adalah musuh sekaligus sahabatnya semasa SMP. Mengingat Karina dan Siyeon pernah bertengkar hebat karena Jeno, membuat Siyeon tak bisa berpikir jernih mengenai kehamilan Karina yang sudah berumur tua.
Pikiran negatif Siyeon langsung memuncak ketika ia melihat tingkah Karina yang seakan lengket dengan Jeno. Dilihatnya Karina menggandeng tangan Jeno dan kepalanya di senderkan ke pundak Jeno begitu Karina berhasil mencapai di sisi Jeno.
Kenapa Jeno malah diam saja? Kenapa ia malah tersenyum? Apakah ia senang dengan memiliki Karina dibanding Siyeon? Mencoba untuk positive thinking tentang Karina, namun hal itu sulit bagi Siyeon. Mungkin tak mungkin kehamilan itu juga anak Jeno.
Daripada penasaran, lebih baik ia bertemu Karina langsung, dan membicarakan segalanya face to face..
❄️❄️❄️
say hello to the someone that had bad record with siyeon..
Thanks for you because you read this chapter until end. ❤Dont forget to vote and comment 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
hidden things | nct . skz 00l
Фанфикwhat do you know about us? ©cremxbrulexx, 2020