45

2.9K 173 29
                                    

Setelah berhasil menenangkan adiknya hingga tertidur, Joni berjalan keluar dari kamar sang adik, berniat mengambil ponsel yang masih tertinggal di depan tv sebelum indra penglihatannya melihat Lucas yang sedang meminum segelas air dingin dengan tatapan datar ke arah tv.

"Belum pulang?" Ucap Joni membuat atensi Lucas berpindah kepadanya.

Lucas hanya menjawab dengan gelengan kepala, dirinya menepuk pelan tempat kosong di sebelahnya, memberi kode kepada Joni untuk duduk disana.

Joni pun menurut, ia mendudukkan diri di samping Lucas.

"Kayaknya lebih baik lo turutin ucapan Nana dulu deh, dari-"

"Ga akan" Potong Lucas dengan tegas.

"Cas, dengerin gua dulu"

"Nana emosinya lagi nggak stabil, turutin aja kemauannya nanti kalo udah sadar pasti ngerasa bersalah" Lanjut Joni.

"Iya kalo ngerasa bersalah, kalo nggak gimana" Ucap Lucas.

"Lo pikirin dulu aja baik baik" Hanya itu yang bisa Joni ucapkan.

"Lo percaya sama gua kan bang?"

"Awalnya gua nggak nyangka waktu Nana nangis nangis nyeritain semuanya sama gua, karena selama ini gua yakin lo ga akan kaya gitu, nanti gua akan minta Il buat jelasin semuanya, biar gua tau apa yang sebenarnya terjadi kalo dilihat dari sudut pandang lo sama Nana"

"Nana kenapa bisa nyangka kalo gua selingkuh? Gua bahkan ga pernah punya pikiran kaya gitu bang"

"Nana cuma cerita kalo dia dapet kabar dari seseorang kalo lo selingkuh, nanti kita cari tau lagi"

"Huft, yaudah gua pulang dulu ya bang, besok gua coba kesini lagi" Pamit Lucas.

Joni hanya mengangguk sembari menepuk pelan bahu Lucas.

~~~

Sudah tiga kali dalam sehari ini, Lucas mendatangi rumah Nana, namun gadis itu masih enggan bertemu dengan dirinya.

Akhirnya dengan sedikit bantuan Joni, sekarang Lucas sudah berada di dalam kamar gadis itu, menunggui Nana yang sedang tidur.

Hati Lucas terasa sakit saat melihat keadaan Nana yang tampak kacau, apalagi keadaan kamar yang sudah seperti kapal pecah, dan dirinya adalah penyebab dari semua itu.

Lucas menghela nafas pelan, dielusnya rambut Nana. Jujur saja ia merindukan Nana yang manja padanya, bukan yang membencinya seperti ini.

Entah karena merasa terusik atau apa, Nana perlahan-lahan membuka matanya, dirinya belum sadar jika sosok yang dihindarinya sedang tersenyum lembut menatapnya.

Nana bangkit dari tidurnya, duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kosong.

"Na" Panggil Lucas pelan.

Dirinya tidak kuat untuk berpura-pura tegar lagi, kini air matanya turun, berjalan mendekati Nana lantas duduk di lantai sembari menaruh kepalanya di paha Nana yang masih memandang kosong ke depan.

"Na, maafin aku" Ucap Lucas sambil menangis.

"Na, kamu ceritain semuanya sama aku ya, hm? Kita cari jalan keluar bareng-bareng ya sayang" Lucas kembali berucap sambil mendongak menatap Nana.

Masih tidak ada tanggapan dari Nana, gadis itu seolah-olah tidak mendengar perkataan Lucas, bahkan mungkin tidak menyadari keberadaan laki-laki itu.

My girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang