10.

71 20 6
                                    

Vote sebelum membaca. Tq.

• • •

Sia sudah sampai dirumahnya. Dia membuka handphonenya untuk menelepon Zeline. Dia mencari nama Zeline dibuku kontaknya. Saat sudah menemukannya, Sia buru-buru memencet tombol telepon, dia tidak ingin Zeline menunggu lebih lama.

Tuuuut tuuuut

Tidak ada yang menjawab. Sia mencoba meneleponnya sekali lagi. Kali ini ada yang menjawab.

"Siapa?"

Sia mematung mendengarnya. Sangat berbeda dengan suara Zeline. Suara ini, seperti suara wanita yang dia temui dirumah sakit waktu itu.

"Sia, kak Zeline nya ada?"

"Sia? Temennya Zeline ya?"

"Iya tante. Mm... Kak Zeline nya ada 'kan?" tanya Sia.

"Ada, sebentar ya, saya panggilin dulu."

"Iya tante."

"ZELINE!!!! ADA TEMEN KAMU INI YANG NELPON!" teriak wanita itu.

Sia membekap mulutnya sendiri, berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Matanya berair, mulutnya tetap dia tahan agar tidak bisa menimbulkan tawa. Entah kenapa, cara wanita itu memanggil Zeline sangatlah lucu.

"Iya? Sia ya?"

"Iya Kak."

"Sia, aku nyuruh kamu nelepon aku ini ada sebabnya. Aku ingin tanya sama kamu."

"Tanya apa ya Kak?" tanya Sia bingung.

"Kamu besok sekolah?"

"Sekolah. Emangnya kenapa ya Kak?"

"Oh. Besok pulang sekolah, kita bisa ketemu gak? Ada yang mau aku bahas sama kamu."

"Ohh, tentu bisa Kak. Kalau aku udah pulang sekolah besok, langsung aku kabarin ya..."

"Iya, aku tunggu ya Sia, dah bye."

Tuuut tuuut

Telepon dimatikan secara sepihak oleh Zeline. Sia berfikir, adakah hal yang penting yang hendak disampaikan oleh Zeline? Kenapa nada bicara Zeline kepadanya terlihat sangat serius? Ah! Sudahlah, memikirkan hal itu, sangat-sangatlah membuat Sia pusing. Lebih baik sekarang dia tidur.

• • •

"SIAAA! BANGUN! KAMU MAU NGEBO LAGI HAH!?" teriak Indah dari dalam dapur.

Sia membuka matanya karena teriakan tidak tahu malu dari ibunya. Bagaimana kalau ada tetangga yang mendengarnya? Malu pasti.

"Hoaammm!" Sia menguap. Sebenarnya saat ini dia masih sangat mengantuk. "Iya bun, ini Sia udah bangun, otw mandi!" sahut Sia sambil beranjak dari kasurnya.

Setelah selesai mandi dan berganti baju. Sia berjalan kebawah untuk sarapan.

"Bunda lupa beli ikan lele kemarin. Sarapan roti aja ya? Nanti disekolah kamu makan lagi aja dikantin." kata Indah sambil mengoleskan selai cokelat kepada roti Sia dan memberikannya ke Sia.

Sia menerima roti itu lalu memakannya hingga separuh. Sia menaruh roti itu diatas meja makan, dia beralih menatap Indah. Dia hanya ingin menanyakan sesuatu ke Indah.

Athanasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang