3

107 39 18
                                    

"Apa kesalahan aku, sampai kalian
Tega berbuat seperti ini kepadaku?"
-Athanasia.

• • •

Sia sedang berdiri ditengah lapangan. Karena tuduhan dari Leta tadi, Sia dihukum oleh buk Sisi. Dan bodohnya, buk Sisi percaya begitu saja dengan Leta. Iyalah, anak donatur terbesar disekolah. Terkadang, hidup hanya tentang uang, uang dan uang.

"Atha!"

Sia mendongak, ada Argan dan kedua temannya berlari kecil menghampirinya.

"Lo ngapain panas-panasan begini berdiri ditengah lapangan? Nanti item, gak cantik lagi loh!" guyon Argan.

"Tuh cewek siapa? Keliatannya Argan perhatian banget ke dia?" tanya salah satu teman argan ketemannya yang lain.

"Gak tau tuh, pacarnya mungkin."

Argan mendongak. Menatap temannya yang sedang asik berbisik-bisik.

"Tha, kenalin, ini yang kulitnya item namanya Akbar, nah, itutu yang pake topi, namanya Leon." tunjuk Argan kepada Sia.

Sia hanya mengumbar senyum canggung. "O-oh oke, kenalin, aku Athanasia Rakeyra, panggil Sia aja..." Sia menjulurkan tangannya dan dibalas oleh kedua teman Argan.

"Gue Akbar Prasetyo, lo cantik, kayak orangnya." puji Akbar.

Argan malah tertawa terbahak-bahak. "Bwahaha! Ngelawak lu Bar? Seharusnya lo bilang gini, 'cantik, kayak namanya' bukan, cantik, kayak orangnya, bwahahahan"

Sumpah, kenapa Sia harus ada diposisi seperti ini. Ternyata, kedua teman Argan sangat menarik.

"Gue Leon Alderick. Panggil Leon aja, kalau mau manggil sayang juga gak pa-pa." kata Leon. Dia meringis kecil saat menyadari tatapan bengis dari Argan.

Sia menatap Argan dan kedua temannya. Tunggu! Sia baru menyadari satu hal. Kenapa Argan, Leon dan Akbar bisa keluar dari kelas? Sedangkan ini masih jam pelajaran. Apakah mereka kena hukum seperti Sia? Atau jangan-jangan mereka membolos?

Argan yang sadar akan tatapan Sia pun berceletuk. "Kami bolos." Sia pun mengangguk faham.

"Lo juga, kenapa bisa berdiri disini? Lo bolos juga Sia?" tanya Akbar yang mendapat gelengan dari Sia.

"Terus?"

"Kena hukum."

"Dihukum siapa?"

"Buk Sisi."

"Kok bisa dihukum?"

"Ketauan nyontek."

"Whattt!?"

"Kenapa?"

"Kok lo nyontek? Gue kira lo siswi baik-baik," tanya Argan penuh tatapan ragu kepada Sia.

Sia gelagapan sendiri. Tidak mungkin 'kan Sia mengatakan yang sebenarnya? Kalau dia mengatakan yang sebenarnya pasti Leta akan habis ditangan tiga pemuda ini.

"Tha?"

"O-oh, itu, iya, gue dituduh nyontek, padahal dia yong nyontek sama aku..." lirih Sia.

"Shit!" Argan mengepalkan tangannya kuat. "Siapa yang nuduh lo? Gue gak akan biarin hidupnya tenang, gue gak suka milik gue diganggu."

Sia mematung, bagaimana kalau Argan benar-benar melakukan sesuatu ke Leta? Bisa-bisa Sia akan semakin dibenci oleh Leta.

"I-itu, anu..." Sia memainkan jari kukunya karena dia gugup.

"Siapa Tha?" tanya Argan penuh penekanan.

Akbar dan Leon yang merasa terkacangi disituasi yang sangat akward ini pun pergi tanpa sepatah katapun. Mereka takut menganggu Argan dan Sia yang sedang sibuk bercintaan.

Athanasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang