19.

46 9 8
                                    

'Ayo mati! Ngapain bertahan!?'

(dari author buat Nara)

H a p p y  R e a d i n g
________________________________

Nara berjalan gontai kearah kelasnya. Kepalanya pusing seperti biasa. Dia juga sudah menyiapkan tissue, untuk berjaga-jaga, siapa tahu dia mimisan lagi.

Tiba-tiba, Leta dan kedua teman cabenya itu menghadang langkah Nara. Sungguh, saat ini Nara tidak mempunyai kekuatan untuk melawan mereka.

"Heh! Lo ngapain masih sekolah? Pulang sana, gak ada tempat buat orang kayak lo disekolah ini!" usir Leta sambil menirukan gaya orang mengusir hewan.

"Hushh! Hushh!" kata Aurum ikut-ikutan.

"Bener tuh kata Leta! Mentang-mentang lo anaknya pemilik sekolah ini, lo jadi seenaknya sama kami! Lo belum tau aja sisi asli dari kami!" timbuh Intan.

Nara hanya diam saja tidak menanggapi. Leta yang kesal karena ucapannya tidak ditanggapi oleh Nara pun menarik kuat pergelangan tangan Nara dan membawanya kebelakang sekolah. Aurum dan Intan pun tertawa bahagia. Sepertinya akan ada pertunjukan seru, batin mereka.

"Kenapa, Let? Gue gak mau berantem, gue mau masuk kelas lagi." kata Nara santai sambil berjalan menuju kelasnya.

"Eitss, eitss! Gak semudah itu, lo tau? Lo kemarin bikin gue kena masalah! Gue benci sama lo!" teriak Leta kelewat kesal.

Nara menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian menunduk. "Gue tau, kok. Gue tau kalau lo benci sama gue, gue tau! Tapi, kalau lo mau berantem sama gue jangan hari ini, besok aja, ya? Gue hari ini cape banget, sumpah. Besok, lo bebas! Mau jambak gue, nampar gue, bahkan bunuh gue aja gak pa-pa, gue gak bakalan bales lo," lirih Nara pilu sambil menggengam sisi tasnya.

Aurum dan Intan terdiam membisu mendengar ucapan Nara yang menyedihkan. Nara berbicara sangat serius kali ini. Aurum dan Intan merasa kasihan dengannya. Tetapi, tidak dengan Leta, gadis itu menganggap Nara hanya omong kosong saja.

"Tapi gue gak mau, gue maunya nyiksa lo hari ini, gimana dong?" kata Leta sambil mendekatkan wajahnya kewajah Nara.

Plakk!

Satu tamparan kuat mendarat dipipi Nara. Nara tidak bisa membalas, karena kekuatannya saat ini sangatlah lemah. Dia hanya terduduk dilantai sambil memejamkan matanya. Darah diujung bibirnya mengalir bersamaan dengan air mata yang mengalir diujung matanya.

'Apakah ini akhirnya?' batin Nara pilu.

Leta menendang paha Nara kencang, membuat sang empunya meringis kecil.

"Gak usah sok lemah lo! Gue tau, lo pura-pura lemah cuma biar gue dikeluarin dari sekolah 'kan!? Bangun lo! Lawan gue!" murka Leta.

Tanpa aba-aba Leta menendang wajah Nara dengan sepatunya yang dipenuhi debu dan tanah. Aurum dan Intan yang melihat itu semua hanya diam 'tak mampu membantu Nara.

Nara hanya duduk dengan kelopak mata yang penuh dengan air mata, dengan wajah yang dipenuhi tanah bekas sepatu Leta tadi. Dan juga ujung bibir yang berdarah akibat tamparan Leta.

Athanasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang