7.

73 26 5
                                    

Vote dan komennya Kak.

• • •

Sia menghadap kebelakang dengan gaya terkejutnya. Dengan mata melongo diikuti dengan bibir yang melongo.

"Lo Dinda 'kan?" tanya Sia berusaha meyakinkan bahwa gadis yang berdiri didepannya ini memang benar gadis yang ditemuinya dipinggir lapangan tadi.

Dinda mengangguk kemudian berjalan mendekati Sia dan memeluk Sia erat seolah takut kehilangan.

"Gue kangen lo Sia! Lo kenapa ngehilang, hah? Lo sama Leta jahat banget sama gue! Lo berdua ninggalin gue disaat gue lagi dalam kondisi terpuruk!" kata Dinda ditengah isak tangisnya.

Sia belum bisa mengerti ini semua. Apa yang terjadi sebenarnya. "M—maksudnya, gimana ya?" tanya Sia.

Dinda melepaskan pelukannya dari Sia. Lalu berganti menatap Sia dengan lekat. "Lo Athanasia Rakeyra 'kan? Sahabat kecil Dinda Azizania dan Aleta Angelaine. Lo sama sekali gak inget sama gue?" katanya.

Sia menatap Dinda dengan tegang. "Jangan bilang... Lo Dinda Azizania anaknya tante Asih! Lo Dinda itu 'kan?" tanya Sia dengan raut wajah berbinar.

Dinda mengangguk. "Iya, itu gue!"

Tanpa aba-aba, Sia langsung memeluk Dinda erat. "Maafin gue Din, gue sama Leta dulu ninggalin lo, sekarang gue gak akan ninggalin lo lagi." kata Sia.

Dinda tersenyum. "Iya udah, gue olahraga lagi ya? Nanti istirahat kedua gue temuin di rooftop ini lagi." kata Dinda sambil tersenyum.

Sia mengangguk lalu melanjutkan aktifitasnya tadi, mensejukkan badan.

Setelah jauh dari rooftop, Dinda memunculkan smirk andalannya. "Akhirnya gue bisa ketemu sama lo lagi Athanasia Rakeyra, akhirnya gue bisa balas dendam sama lo! Karena lo penyebab kak Bima meninggal!" katanya.

• • •

"Sia!" panggil Argan saat istirahat kedua sudah dimulai.

Sia menatap Argan. "Kenapa Gan?" tanyanya.

"Kekantin bareng skuy! Gue traktir lo dah!" kata Argan sambil merangkul pundak Sia.

Sia melepaskan tangan Argan dari pundaknya lalu menggeleng kuat. "Maaf ya Gan, gue udah janji sama Dinda Azizania buat ketemuan di rooftop. Besok aja ya, btw makasih loh tawarannya, lo jarang banget baik sama gue, hehe!" kata Sia diiringi candaannya lalu pergi ke rooftop meninggalkan Argan sendirian.

Argan menatap Sia teduh. "Dinda Azizania, kenapa harus dia? Lo gak tau, kalau dia licik, sama seperti ibunya yang hampir berhasil ngambil papa gue." lirih Argan.

• • •

"Sia! Disini!" kata gadis itu sambil melambai-lambaikan tangannya.

Sia melihat kearah suara itu. Ah, ternyata Dinda sudah menunggunya sejak tadi. Sia mendekati Dinda sambil tersenyum manis.

"Lo udah nunggu dari tadi?" tanya Sia.

Dinda mengangguk. "Iya. Lo lama banget, darimana sih? Untung gue gak lumutan nungguin lo dari tadi." kata Dinda berlagak seperti orang merajuk.

Sia terkekeh kecil. "Hehe, maaf Din, tadi gue ada urusan sebentar, jadi, lo mau ngapain nyuruh gue kesini?" tanya Sia sambil melihat-melihat area rooftop.

Athanasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang