H a p p y R e a d i n g
Nara terbangun dari tidurnya. Dia mengecek layar handphonenya. 02.37. Kemudian dia melirik Zeline yang tertidur tepat disampingnya sambil memeluk sebuah guling. Nara merasakan ada cairan kental mengalir dihidungnya, dia raba lalu dia lihat apa itu. Cairan berwarna merah. Ada apa ini? Dia mimisan, lagi.
Nara buru-buru kekamar mandi yang berada didekat kamar. Dia berjalan pelan agar Zeline tidak bisa mendengarnya.
Nara mengambil air lalu mengelapkannya kehidungnya.
"Kenapa kambuh lagi, sih?" kesal Nara.
Kemudian dia mengambil obat yang berada dikantungnya. Lalu meleguknya, pahit. Tidak apa, dia sudah terbiasa.
Kemudian dia meneguk obat tidur nya, lalu kembali ketempat tidurnya.
• • •
"Ma, Pa, Kak, Nara pergi sekolah dulu ya..."
"Iya! Hati-hati! Pulang nanti, biar papa yang jemput kamu!"
Didalam mobil, Nara terus saja melamun, tidak berniat membuka suara sedikitpun.
"Non tumben diem aja, biasanya ngajak saya bicara terus," kata pak supardi—sopir pribadi Nara.
"Haha, gak pa-pa, pak, lagi gak mood ngomong aja, hehe.." lirih Nara disertai kekehan kecilnya.
Nara terus saja memikirkan, bagaimana kalau dia meninggal nanti? Bagaimana nasib kedua orangtuanya? Kakaknya? Glen, Argan, serta Intan. Apakah mereka akan sedih? Nara sudah menduga, bahwa mereka semua akan bersedih. Nara tau hidupnya tinggal beberapa minggu lagi, dan Nara pun sudah mempunyai rencana bagaimana agar mereka semua tidak menangisi kepergian Nara.
Ya, mulai besok, Nara akan membuat mereka semua benci kepada dirinya.
Ya. Nara yakin itu akan berhasil.
Ya, dia yakin.
• • •
"Kerjakan halaman 150-155. Saya keluar kelas dulu, Rafael, kamu jaga kelas, jangan biarkan kelas ini rusuh!" peringat buk Sisi lalu keluar kelas.
"Ok bu!" kata siswa bernama Rafael itu.
"Emang bener ya, kalau Sia itu adalah Nara? Anak kandung dari pemilik sekolah ini?"
"Kayaknya sctv bakalan buat ftv baru deh, judulnya, Anak Yang Hilang, hehe..."
"Kita sekarang harus panggil dia Nara, bukan Sia lagi!"
"Leta sekarang udah jadi penakut, dia gak berani sama Nara."
Mendengar ucapan terakhir itu, Leta tidak terima dan langsung menggubrak meja gadis itu.
"Maksud lo apaan, huh!?" tanya Leta.
Gadis itu meringis kecil. "Lo yang apa-apaan, dateng-dateng langsung marah-marah!" solot gadis itu.
"Lo bilang gue penakut? Mana buktinya!" bentak Leta.
Lisa--nama gadis tadi pun langsung tertawa meremehkan kearah Leta. "Emang bener 'kan kalau lo sekarang udah jadi penakut? Buktinya aja kalau lo sama dia berpapasan, lo langsung nunduk, haha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanasia [END]
Genç KurguIni tentang Athanasia Rakeyra. Gadis cantik yang mengalami Amnesia permanent sejak kecil. Dia bahkan tidak ingat dengan jati dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa-apa tentang masa kecilnya. Yang dia ingat hanya satu. Dia terbangun disebuah rumah sakit...