"Kalau lo bahagia, jelas
gue juga bahagia."
-Argan• • •
"Kesalahan lo? Banyak! Lo tuh egois banget tau gak!? Gue harap lo cepet mati deh!" murka Leta didepan muka Sia tanpa menghiraukan tatapan orang disekitarnya.
Glen menatap Sia kasihan. Begitu juga dengan Argan. Ada perasaan sedih dihati Argan saat melihat Sia diperlakukan seperti ini oleh Leta. Apalagi saat tahu bahwa Leta memfitnah Sia.
"Boleh bicara tentang apapun. Kecuali hidup dan mati. Itu semua diatur ditangan tuhan." kata Glen dingin.
"Nah! Gue setuju tuh! Dengerin kodok!" sahut Argan sambil merangkul pundak Glen.
"Gak usah pegang-pegang. Jijik." kata Glen sambil melepaskan tangannya dari rangkulan Argan.
Argan terkekeh kecil melihat sikap sok infeel kakaknya itu. Padahal, kalau dirumah Argan sangat sering bermanja-manjaan dengan Glen. Dah Glen pun tidak mempermasalahkan hal itu.
Argan menatap Sia yang menunduk. "Lo ngapain nunduk? Takut? Mau nangis hah? Lawan! Jangan diem aja, masa sama Leta aja takut, gue bakalan dukung lo seratus persen. Cepet lawan!" desak Argan.
"A-aku gak berani Gan, aku takut Leta dan temennya jadi makin benci sama aku..." lirih Sia tanpa mengangkat wajahnya.
"Terserah dia mau benci lo apa gak, masih banyak orang yang ngedukung lo Sia, termasuk gue sama Argan." akhirnya Glen pun angkat bicara.
Sia menatap Argan dan Glen bergantian tidak percaya. Setelah mendengar ucapan mereka berdua tadi, semangat Sia seketika membara. Dia menatap Leta, Intan dan Aurum bergantian.
"Apa mau kalian sih? perasaan gue gak nganggu kalian, dan buat lo, Intan dan Aurum, gue gak ada sedikitpun salah sama kalian 'kan? Ini cuma urusan gue sama Leta, kalian berdua gak usah ngikutin urusan orang lain, ganggu tau gak!?"
Saat mengatakan itu, Sia kepikiran dengan yang diucapkan kemarin untuk bicara dengan logat lo-gue, bukan aku-kamu, karena, menurut Sia, aku-kamu sudah ketinggalan jaman.
Argan menatap Sia tidak percaya. "Lo dapet keberanian ngomong gitu dari mana Tha?" tanyanya.
Sia seketika tersadar atas omongannya. "Gan... Aku takut... Aku tadi gak nyadar bicara kayak gitu ke mereka..." lirih Sia. Sia menatap Leta. "Leta, maafin aku, aku tadi gak sadar ngomong gitu kekamu, maafin aku ya?" pelas Sia.
Leta menatap Sia jijik. "Mentang-mentang lo dibela dua most wanted sekolah, seenaknya lo bilang gitu ke gue? Athanasia Rakeyra, walaupun memang lo udah berubah, gue tetep nganggep lo Sia yang dulu, Sia perebut yang udah jadi hak milik gue! C'mon girls kita pergi, disini bukan rumah kita, najis!" kata Leta menekankan kata terakhirnya.
Leta, Intan dan Aurum pergi dari sana. Glen juga pergi. Sia ingin menghalau Glen agar tidak pergi, karena Glen lah semangat Sia muncul hingga akhirnya berani mengatakan semua kata itu didepan Leta.
"Sumpah Tha, lo tadi keren banget tau gak? Lo kok bisa kayak gitu? Gak nyangka banget gue, perubahan yang drastis!" puji Argan kepada Sia.
Sia tersipu malu. "Semua ini berkat Glen..."
Raut wajah Argan tiba-tiba berubah menjadi kaku. "Glen? Kok dia?" tanyanya.
Sia menatap Argan. "Iya, karena Glen yang kasih semangat itu buat aku, Aku keinget yang dia bilang tadi," kata Sia sembari tersenyum.
"Berarti semangat dari gue gak membantu ya?" tanya Argan sendu.
Sia gelagapan. Bukan itu maksudnya, Argan juga memberi semangat untuk Sia kok, malah sangat membantu. Tetapi, ya, Glen lebih unggul satu langkah dari Argan.
![](https://img.wattpad.com/cover/269471579-288-k996161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanasia [END]
Teen FictionIni tentang Athanasia Rakeyra. Gadis cantik yang mengalami Amnesia permanent sejak kecil. Dia bahkan tidak ingat dengan jati dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa-apa tentang masa kecilnya. Yang dia ingat hanya satu. Dia terbangun disebuah rumah sakit...