Tolong promoin book ini di medsos kalian ya, biar banyak yang baca, lancar postingnya. Yang nunggu mereka ketemu, silakan menikmati part ini. Update setelah 100 komen.
..
Adelia menjentikkan telunjuk sebagai penanda rekaman Yangti telah selesai. Butuh beberapa kali take di awal karena Yangti justru bingung kalau disuruh melihat ke arah ponsel. Pada akhirnya, Adelia memakai kamera depan untuk merekam.
Yangti duduk di meja makan menghadap layar, ponselnya diberi sandaran toples krupuk. Ingatkan Adelia untuk membeli tripod kecil yang harganya di bawah lima puluh ribu supaya lebih yahut lagi kegiatan merekamnya.
Karena rumah cukup sepi, suara Yangti terekam dengan jelas. Meskipun ponsel Adelia tidak sekelas iphone, namun cukuplah untuk menghasilkan video dengan kecerahan yang cukup baik, tergantung pengambilan gambarnya.
"Yangti mau ndengerin dulu?"
"Boleh," Yangti memakai kembali kacamata plus, menerima ponsel milik sang cucu, wanita tua itu menyimak tausiah singkat yang berdurasi sepuluh menit. Kata Adelia tidak perlu panjang-panjang yang penting teratur posting.
"Nanti Adel edit lagi biar bagus."
"Iya," Yangti menyerahkan ponsel, diturunkan kacamata, "nanti disiarkan di mana?"
"Grup pengajian, Yangti ada kan grupnya?"
"Yangti punya wa tapi gak bisa masang video kayak gitu."
"Nanti Adel yang postingin."
"Posting iku opo?"
"Kayak ngirim video di grup pengajian biar bisa ditonton orang banyak," penjelasan umumnya begitu supaya mudah dimengerti.
"Oh.., ya wes."
Adelia mengamati jam di dinding, sudah jam setengah sepuluh, Pak Jarwo belum ada tanda-tanda kedatangannya. "Yangti."
"Hm?"
"Punya nomer hape istrinya Pak Jarwo?"
Alis Yangti tampak bertaut, "memang istrinya Jarwo punya hape?"
"Katanya hape Pak Jarwo sering dibawa istrinya, makanya susah kalau mau janjian."
"Kamu mau ke mana sama istrinya Jarwo?"
"Bukan mau pergi sama istrinya, tapi sama Pak Jarwonya."
Belum selesai Adelia menjelaskan, terdengar suara sepeda motor di halaman rumah, "itu kayaknya."
"Mau pergi ke mana, Del?"
"Kelurahan, katanya Pak Seklur manggil Adel," Adelia bergegas masuk ke kamar mengambil tas ransel berisi dokumen dan surat lamaran buat jaga-jaga.
"Pak Seklur? Kok manggil kamu?" Yangti menyusul Pak Jarwo ke ruang tamu karena Adelia masih sibuk siap-siap di kamar. "Mau ke mana, Wo?"
"Assalamu'alaikum, Bu Nyai."
"Wa'alaikumsalam. Adel mau ke kelurahan, bener?"
Pak Jarwo mengangguk, "leres, Bu Nyai."
"Mau apa di sana?"
"Dicari Pak Seklur," semakin lama pesan Timor jadi melenceng kalau disampaikan lewat laki-laki berusia lima puluh dua tahun tersebut.
"Apa Pak Seklur kenal Adel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
General Fiction[Tamat] PHK itu... Putus Hubungan Kasih atau Putus Hubungan Kerja? Adelia sabar menunggu kapan nasib baik berpihak padanya, tapi katanya Tuhan tidak tidur. Dia ingin pembuktian. Patah hati jelas menyakitkan, tapi agama adalah alasan kenapa ia merel...