13_Terasing

1.5K 345 499
                                    

400 Komen? Play mulmed Cinta Tak Bersyarat Cover

..

"Gimana Adel?"

Akad telah selesai dilaksanakan, Adelia terlihat baik-baik saja meski hatinya remuk redam. Perempuan mana yang kuat menahan pedihnya ditinggal menikah oleh orang yang pernah paling disayangi hanya untuk menikah dengan sang adik. Bagai buah simalakama, datang pedih, tidak datang dipertanyakan.

Pada akhirnya Adelia datang bersama Ibu dan berlagak seolah-olah turut berbahagia dengan pernikahan Laras dan Gilang. Bahkan ia dengan tenang ikut berfoto dalam sesi keluarga setelah prosesi akad. Semua hanya demi mempertahankan harga diri, toh tidak ada status mantan di antara dirinya dan Gilang, mereka hanya berteman dekat dengan perasaan sepihak yang tidak berbalas.

"Adel lagi dirias, Yangti."

"Lanjut resepsi?"

"Inggih," Ibu menatap Adelia keluar dari dalam kamar mengenakan kebaya seragam yang dijahitnya sendiri. "Anak-anakku ayu banget pake kebaya."

"Laras manglingi?"

"Yang pasti cantik."

"Nanti Ibuk dikirimin foto-fotonya ya."

"Nggih," Ibu menunduk memakai selop yang tadi sempat dilepas, tangan kanan masih menempelkan ponsel pada telinga, "Yangti sehat kan kami tinggal?"

"Alhamdulillah, oiya kemarin ada tamu."

"Sinten?"

"Calon adek iparnya Sekar."

"Oh Mas Bomo?"

Yangti mengangguk, "anter undangannya Sekar sama Abram."

"Sepuluh hari lagi ya?"

"Iya, di Surabaya."

"Jadi ke Surabaya, Yang?"

"Maunya, kamu sama Adel ikut kan?"

"Insya Allah," Ibu terkesima melihat Si Sulung terlihat anggun memakai kebaya meski ornamennya hampir tidak terlihat, tanpa disadari ada senyum tersungging. Meski nanti wajah memakai masker, namun lipstik tetap dipoleskan dengan warna kalem yang membuat sang putri terlihat lebih dewasa.

"Biar di sana Bomo bisa kenal lebih dekat Adel."

"Dekat gimana?"

"Bomo bilang sama Ibuk, dia pengen kenal lebih jauh, siapa tahu jodoh."

Untuk sesaat Ibu terdiam mendengar penjelasan panjang soal Bomo yang dengan berani menyatakan keinginannya untuk serius dengan Adelia, "mereka harus berteman dulu, jangan dipaksa."

"Aku gak maksa, Nduk. Tapi Bomo itu bibit bebet bobotnya ya wes jelas, anak baik-baik, mapan, dari keluarga religius, yang paling utama keluarga sudah saling kenal. Apalagi Sekar nanti nikah sama Abram, kalaupun Adelia dan Bomo menikah juga awu-nya masih betul, gak kewolak-walik."

Kalau mau jujur, Ibu cukup senang dengan berita yang dibawa Yangti, ternyata Adelia masih dilirik orang, tapi di sisi lain terselip ketakutan apakah nanti sang putri akan diperlakukan adil? Diakui kehadirannya, tidak dikucilkan dan diinjak harga dirinya.

"Iya berteman dulu, penjajakan dulu."

"Adel sudah dilangkahi adeknya loh. Biar ndang payu."

Alis Ibu bertaut, "memang kalau habis dilangkahi harus cepat-cepat nikah?"

"Ya gak juga, tapi sebaiknya disegerakan."

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang